Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Setahun sekali, boneka raksasa mengerikan yang dijuluki ogoh-ogoh diarak melewati jalan-jalan di Bali, diiringi riuh bebunyian. Parade ini dilakukan di malam menjelang perayaan Tahun Baru kalender Saka atau yang kita kenal sebagai Hari Raya Nyepi.
Ogoh-ogoh menggambarkan roh jahat dan energi negatif yang ingin diusir dan dijinakkan masyarakat Bali sebelum Hari Raya Nyepi. Mereka bukan sekadar boneka raksasa berlapis kertas; mereka bedenyut bersama kehidupan, cerita dan energi dari tangan-tangan yang bekerja sama membuatnya hidup.
Berada di dekat ogoh-ogoh saat parade berlangsung, penonton dapat merasakan daya magis yang besar untuk melihatnya dari dekat. Patung-patung ini seolah menari, tubuh mereka yang semampai berayun mengikuti irama kerumunan penonton, pendar bayangan mereka bermain-main pada dinding-dinding bangunan di sepanjang jalan.
ADVERTISEMENT
AYANA Bali Hadirkan 10 Ogoh-Ogoh di Museum SAKA
Untuk pameran perdananya, Museum SAKA berkolaborasi dengan komunitas dan seniman Bali untuk menciptakan sekitar sepuluh ogoh-ogoh; Dewi Saraswati, Ksatria Srikandi, Sita Kapandung, Pedanda Baka, Hiranyakasipu Antaka, Ngewacak Rare, Mahesasura Pralaya, Karebut Kumbakarna,Amuk Rahwana Ian Wilmana, hingga Boma Narakasura.
Sebagai pintu masuk pengunjung untuk mendalami makna Nyepi, pameran ini melibatkan sembilan banjar dan seniman muda ternama, termasuk Banjar Ubung Jimbaran, Banjar Tainsiat Denpasar, dipimpin seniman Kedux dan Banjar Kelodan Tampaksiring yang dipimpin seniman Gus Koi.
Kurasi dan pengembangan pameran ogoh-ogoh diawasi oleh tim kuratorial yang dipimpin inovator budaya terkemuka Marlow Bandem. Koleksi permanen museum yang akan diresmikan tahun depan telah dikurasi oleh komite peneliti, kolektor dan pakar budaya terkenal, termasuk Dr James Bennet, Prof. I Made Bandem, Farah Wardani dan Marlow Bandem di bawah kepemimpinan Bruce Carpenter, seorang galeris dan sejarawan seni terkemuka yang telah menulis lebih dari 20 buku tentang seni, budaya dan sejarah Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Melalui Museum SAKA, AYANA bertujuan untuk meningkatkan kontribusinya secara signifikan kepada masyarakat Bali yang telah memberikan berkah bagi keluarga AYANA," kata General Manager AYANA Resort, Giordano Faggioli, saat pembukaan museum untuk tamu terbatas yang turut dihadiri kumparan akhir pekan lalu.
Museum SAKA yang didesain Napp Studios & Architecs juga menawarkan tempat menarik untuk beragam keperluan acara. Misalnya East Gallery yang ada di lantai pertama, adalah area dalam ruangan yang menyediakan suasana berseni untuk acara-acara khusus, mulai dari pernikahan hingga pertemuan yang bisa menampung 300 tamu.
Selain itu ada juga Saka Garden di lantai dua, yang merupakan area luar ruang dikelilingi taman hijau dan menawarkan pemandangan matahari terbenam. Area yang juga dilengkapi panggung terapung ini bisa menampung hingga 400 tamu.
ADVERTISEMENT
"Menjelang pembukaan museum tahun depan, para tamu AYANA Villas Bali, AYANA Resort Bali, AYANA Segara Bali dan Rimba by AYANA Bali, dapat mengunjungi museum secara gratis dengan menjadwalkan kunjungan mereka melalui AYANA web app," tambah Giordano.