Berkunjung ke Sentra Gamelan, Kesenian Khas Nganjuk, Jawa Timur

25 Januari 2019 8:59 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nganjuk bukan hanya terkenal sebagai kota kelahiran tokoh pergerakan nasional, Dr. Soetomo, pendiri organisasi Boedi Oetomo. Nganjuk juga dikenal dengan kesenian musik campur sari dan karawitan.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Nganjuk menjadi sentra pembuatan gamelan di Jawa Timur. Gamelan adalah alat musik tradisional pengiring campur sari dan karawitan.
Salah satu pengerajain legendaris gamelan adalah Didik Adiono, warga Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Nampak tak ada yang istimewa saat kumparanTRAVEL berkunjung ke bengkel gamelannya, sederhana laiknya rumah di desa. Namun, ketika masuk ke dalam bengkel, suara besi ditempa dan dilas saling bersautan, nyaring dan bising.
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Didik mulai mengembangkan usaha gamelan sejak tahun 1960 dan eksis hingga saat ini. Bahkan, ia acap kali mengekspor gamelan ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, dan Belanda.
Gamelan Nganjuk terkenal menggunakan bahan besi kuningan. Bahan dasar inilah yang membedakan antara gamelan Nganjuk dengan gamelan dari Solo, maupun Yogyakarta, yang menggunakan tembaga.
ADVERTISEMENT
"Bahan gamelan Solo dan Yogya lebih bagus, tapi dalam segi perawatannya, usia pemakaian jangka waktu yang lama. Ketimbang bahan dasar tembaga, yang kalau jatuh langsung pecah," ujar Didik ketika ditemui kumparanTRAVEL di rumah usahanya, Ngajuk, Jawa Timur, Kamis (24/1).
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Didik menjelaskan, tidak semua pengrajin mampu membuat suara gamelan dengan baik. Pasalnya, dibutuhkan telinga yang peka terhadap nada-nada pentatonis dari gamelan. Hal ini hanya diperoleh dari tuning telinga secara turun temurun.
Didik mengungkapkan, satu set gamelan dapat dihargai sekitar Rp 75 juta hingga Rp 300 juta. Pasalnya, dalam pembuatan satu set gamelan dibutuhkan waktu minimal satu bulan untuk merampungkannya. Cukup lama, bukan?
"Kapasitas untuk yang paling bawah paling cepat satu bulan untuk satu set. Dalam setahun kemarin kita alhamdulillah, ya, sekitar 24 set," terangnya.
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin gamelan (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Satu set gamelan itu terdiri dari 20 alat musik, antara lain gong, ricik-an atau bilah-bilah, bonang barung, bonang penerus, kempyang, ketuk, kempul, suwuan, slenthem, gendar barung, gendar penerus, gemung, saron barung, saron penerus, kenong, gambang (dari kayu), kendang, siter, suling, dan rebab. Maka tidak heran jika pengerjaanya dapat memakan waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Saat ini Didik memiliki 25 orang karyawan, yang terdiri dari pengerajin pahat atau ukir, pandai besi, tukang las, dan tukang cat. "Tukang catnya pun bukan tukang cat sembarangan," ujarnya.
Didik mengaku tak segan mengajak sejumlah pemuda untuk ikut bekerja di bengkelnya. Ia berharap dengan cara ini dapat mengenalkan kesenian gamelan secara lebih luas.
"Biar mereka terus terbiasa dan kenal dengan gamelan, paling enggak bisa mengurangi pengangguran," pungkas Didik.