Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Bersiap! Pemerintah China Akan Batasi Jumlah Pendaki di Gunung Everest
29 Januari 2019 17:36 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang berencana untuk traveling dan mendaki Gunung Everest tampaknya harus bersiap-siap menentukan waktu yang tepat. Pasalnya, Pemerintah China akan mulai membatasi jumlah wisatawan yang ingin mendaki gunung tertinggi di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Pembatasan pengunjung ini dilakukan karena kini Everest dihadapkan dengan masalah berupa timbunan sampah yang banyak ditemukan di sana. Berbagai cara sebelumnya telah dilakukan oleh Pemerintah China, seperti memberlakukan denda bagi siapa pun yang membuang sampah di Puncak Everest , hingga peraturan yang mengharuskan para pendaki membawa pulang kembali sampah sesuai dengan jumlah barang yang ia bawa saat mendaki.
Namun, tampaknya hal tersebut masih belum cukup untuk menangani permasalahan sampah yang terjadi di Everest. Dilansir Independent, terhitung mulai 2019, puncak Everest hanya boleh didaki sekitar 300 pendaki atau sepertiga jumlah pendaki di tahun-tahun sebelumnya. Padahal di 2017, berdasarkan data Himalayan Database, Gunung Everest pernah memecahkan rekor pendaki terbanyak, yakni 648 orang dan sekitar 202 orang berhasil mencapai puncak.
ADVERTISEMENT
Pembatasan yang diberlakukan tahun ini bertujuan agar otoritas setempat dapat melakukan pembersihan secara menyeluruh di Puncak Everest. Sebab, pengunjung yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun membuat begitu banyak sampah yang berserakan di sana.
Saat mendaki Everest, kamu tak akan sulit menemukan sampah-sampah yang berserakan di gunung tersebut. Mulai dari sampah kantong plastik, tangki oksigen, tenda, hingga peralatan memasak dapat ditemukan di sana.
Belum lagi mayat para pendaki yang tewas akibat keganasan Gunung Everest yang masih bersemayam di sekitar gunung. Tercatat sepanjang tahun 2018, Everest telah menelan korban sekitar delapan orang.
Bahkan hingga saat ini, otoritas China masih membersihkan sampah-sampah yang ada di Everest. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, otoritas setempat juga mendirikan sebuah stasiun daur ulang sampah.
Selain Pemerintah China, otoritas Nepal juga telah memberikan kantong sampah besar bagi para pendaki untuk mengumpulkan sampah. Kemudian, sampah tersebut akan diangkut ke base camp dengan menggunakan helikopter.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sampah plastik, Everest juga dipenuhi oleh limbah kotoran manusia. Akibatnya, para porter atau Sherpa yang ada di Everest pernah membawa turun sekitar 14 ton limbah manusia, kemudian membuangnya ke kawasan bernama Gorakk Shep, sebuah danau beku yang ada di ketinggian 5 ribu meter di atas permukaan laut.
Meskipun demikian, hal ini bukanlah solusi yang tepat. Menurut Grayson Schaff, salah seorang editor majalah yang menulis di Washington Post, jika tidak ditangani dengan benar, maka masalah tersebut akan menjadi bom waktu di Everest.
"Kotoran manusia di Puncak Everest akan menjadi bom waktu yang menyebabkan kekacauan itu perlahan-lahan meluncur kembali ke base camp," kata Schaff.
Bagaimana menurutmu?
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 21:56 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini