Berteman Dingin Malam di Bukit Pinggan, Bali

26 Juli 2019 9:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan pagi hari di Bukit Pinggan, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan pagi hari di Bukit Pinggan, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Bali terkenal dengan keindahan alamnya. Dipandang dari arah mana saja, mata pasti mampu merekam pesonanya. Tak heran bilamana warga kemudian mencari keberuntungan di dalamnya. Mulai dari membuat wisata di pantai, air terjun, pendakian hingga mendirikan bangunan spot-spot swafoto.
ADVERTISEMENT
Belakangan, warga juga mulai mendirikan wisata kemah. Satu di antaranya, berada di Bukit Pinggan, Desa Pinggan, Kintamani, Bangli. Bukit ini terletak 81 km dari Bandara Ngurah Rai atau membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan.
Menunggu mentari pagi di Bukit Pinggan, Bali Foto: Denita br Matondang/kumparan
Perjalanan jauh itu tentu tak jadi soal. Sebab, cukup membayar Rp 10 ribu, wisatawan sudah mendapat izin untuk mendirikan tenda, menikmati dinginnya malam dan hangatnya mentari pagi serta perkasanya jejeran sejumlah gunung-gunung.
“Biasanya ramai kalau malam minggu,” kata salah satu pemilik lahan kemah, Made Artawan (39), saat berbincang dengan kumparan, Kamis (25/7).
Suasana kemah di Bukit Pinggan, Bali Foto: Denita br Matondang/kumparan
Saat hari berselimut malam, suhu di tempat ini dapat mencapai 16 derajat. Ini tentu jadi tantangan bagi pecinta alam untuk selalu mencari kehangatan. Bahkan, hangatnya api unggun tak mampu melawan dingin sepanjang malam.
ADVERTISEMENT
Menenggak segelas dua gelas arak bisa jadi obat dikala dingin berteman sepanjang malam. Apalagi, ditambah ubi, jagung, ayam atau ikan bakar. Malam dingin tak terasa berlalu.
Suasana tentu semakin asyik, bulan, bintang dan alunan nada dari dawai gitar, seirama menemani malam.
Suasana kemah di Bukit Pinggan, Bali Foto: Denita br Matondang/kumparan
Pagi hari, matahari mulai bersinar. Langit dibuat memerah. Pemandangan sejumlah desa di Kintamani ditunjukkan. Jejeran gunung disuguhkan. Mulai dari Gunung Agung, Gunung Abang, Gunung Batur. Bahkan, bila beruntung puncak Gunung Rinjani pun akan kelihatan.
Tak sedikit pula para calon pengantin yang memanfaatkan keindahan alam di bukit ini untuk melakukan foto pra-nikah (prewedding). Biasanya, dengan membayar Rp 150-250 ribu calon pengantin sudah mendapat izin untuk berfoto, mendokumentasikan kebutuhan pra-nikahnya.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, Artawan tak lupa menuturkan bahwa wisata kemah ini berawal dari sejumlah pemuda antah berantah berkemah di bukit itu. Pemuda itu, diprediksi sukses memviralkan di media sosial.
Suasana menjelang sunrise di Bukit Pinggan, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
Lalu, sekitar tahun 2015, wisatawan terutama para pelajar SMP hingga universitas mulai ramai meminta izin berkemah. Melihat antusiasme ini, empat spot kemah dibuka dan bilamana akhir pekan tiba maka diperkirakan sebanyak 50 orang berkemah di sana.
Namun, untuk menjaga kebersihan dan keindahan bukit, warga mematok harga. “Lahan dikelola warga sendiri-sendiri,” ujar dia.
Lebih lanjut, Aryawan menerangkan, harga dipatok murah sebab belum ada fasilitas yang ditawarkan. Wisatawan yang kebelet buang air misalnya, masih harus menumpang toilet warga.
“Ada juga lahan sudah punya toilet, yang sudah punya toilet biaya kemah setahu saya mungkin Rp 20 ribu,” ujar bapak yang memiliki lahan seluas empat are di bukit ini.
ADVERTISEMENT