Bertukar Rumah, Cara Baru Liburan Warga Hong Kong di Tengah Pandemi

13 Juni 2021 8:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat Hong Kong menggunakan masker untuk mengantisipasi terkena virus corona. Foto: AFP/DALE DE LA REY
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat Hong Kong menggunakan masker untuk mengantisipasi terkena virus corona. Foto: AFP/DALE DE LA REY
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 membuat aktivitas orang terbatas lantaran adanya larangan bepergian, termasuk liburan. Berbagai cara pun dilakukan untuk mengatasi kerinduan masyarakat terhadap traveling.
ADVERTISEMENT
Hong Kong misalnya. Negara ini meluncurkan tren liburan baru di tengah pandemi yang memungkinkan warganya tak perlu bepergian jauh. Salah satunya dengan liburan di rumah. Bukan di rumah sendiri, tetapi rumah orang lain.
Dalam hal ini, setiap musim panas warga Hong Kong akan bertukar rumah sebagai ''pengganti'' traveling ke luar negeri atau ke destinasi wisata. Para keluarga di Hong Kong yang ingin bertukar rumah akan mencocokan tanggal dan akomodasi yang disepakati bersama.
Dilansir South China Morning Post, para penghuni gedung di kota dapat menikmati rasa kehidupan di pulau atau pedesaan, sementara itu penduduk pedesaan bisa bermain di kota untuk akhir pekan.
Suasana warga saat berolah raga di Hong Kong Foto: AFP/Anthony WALLACE
Program wisata jenis baru ini merupakan inovasi yang dibuat oleh Hong Kong House Swap, sebuah situs pariwisata populer di media sosial Facebook. Situs itu dibuat oleh seorang Guru berasal dari Australia, Dilan Abeynarayana, dan istrinya, Abigail.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, keluarga Abeynarayana bertukar rumah dengan teman yang ingin ke Discovery Bay, tempat keluarga Abeynarayana tinggal.
"Kami sampai pada kesimpulan bahwa perjalanan keluar dari Hong Kong tidak akan dibuka dalam waktu dekat. Jadi sebaiknya kami berlibur di sini di rumah desa dengan tiga kamar tidur di luar Sai Kung, mudah dijangkau dari pantai dan jalur hiking," kata Abeynarayana
“Kami mulai bertukar rumah dengan teman, karena kami ingin kembali ke Discovery Bay, tempat kami dulu tinggal, lalu kami meluncurkan grup Facebook, yang baru saja tumbuh dan berkembang,” imbuhnya.
Polisi Hong Kong Patroli ke Taman. Foto: AP Photo/Vincent Yu
Seiring berjalannya waktu, komunitas ini semakin banyak diminati oleh penduduk Hong Kong. Hingga saat ini, komunitas itu telah memiliki 870 anggota. Abeynarayana mengatakan bahwa konsep bertukar rumah ini sama seperti mencari tuan rumah di Airbnb.
ADVERTISEMENT
"Cukup banyak dari mereka yang akrab dengan konsep umum seperti yang mereka gunakan untuk menjadi tuan rumah di Airbnb, tetapi pasar itu hampir selesai untuk saat ini, dan tentu saja milik kami adalah operasi non-komersial, jadi tidak ada uang tunai yang terlibat," terang Abeynarayana
Sebagian besar kesenangan bertukar rumah datang dari orang-orang yang berpikiran sama. Abeynarayana menjelaskan mereka beritikad baik ketika bertukar rumah dan tidak menghancurkan tempat tinggal orang lain. Sejauh ini, ia pernah bertukar di Pulau Lamma dan telah tinggal di Mid-Levels, tempat Discovery Bay dan Deep Water Bay untuk musim panas.
"Kami memiliki dua anak prasekolah dan mereka sangat menghargai memiliki tempat baru untuk dijelajahi, dan mainan baru untuk dimainkan. Selain itu, rumah orang lain memiliki karakter, tidak seperti kamar hotel yang bisa sangat tidak berjiwa. Kita juga bisa mendapatkan pemandangan yang sangat murah juga," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Barikade terlihat di depan menara sanggul saat Festival Bun berlangsung di pulau Cheung Chau, Hong Kong, Kamis (30/4). Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Salah satu keluarga lain yang ikut bertukar rumah adalah Nissa Cornish. Ia tinggal bersama suami dan putranya yang berusia tiga tahun, di sebuah dusun berjarak 500 meter berjalan kaki atau bersepeda dari jalan raya terdekat.
"Tidak ada kebisingan di tempat kami berlibur kecuali jika Anda menghitung burung dan kijang. Kami berjarak 10 menit bersepeda dari pantai, dan dibutuhkan waktu yang sama untuk sampai ke taman pedesaan. Ada banyak restoran di desa, serta semua infrastruktur seperti transportasi, toko, dan klinik pemerintah, Jadi semua sudah lengkap," jelas Cornish.
Sementara itu, bagi Betty Wong, yang menukar apartemen Discovery Bay miliknya dengan sebuah rumah di Sai Kung selama Paskah, mengungkapkan bahwa ''liburan pindah rumah'' merupakan cara mencari suasana baru, namun di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
Warga menggunakan masker berjalan di Mongkok, Hong Kong. Foto: REUTERS / Tyrone Siu
Wong juga menjelaskan bahwa bertukar tempat tinggal lebih baik, ketimbang menyewa hotel atau vila untuk keluarga. Sebab, bagi mereka suasana 'rumah' menjadi lebih nyaman seperti tempat tinggal sendiri dibanding menyewa penginapan.
"Anak-anak kami berdua di bawah tiga tahun, dan kami bertukar dengan pasangan yang memiliki anak-anak dengan usia yang sama sehingga ada ranjang bayi dan tempat tidur balita dan banyak mainan," tutur Wong.
Selain bertukar tempat tinggal dengan sesama keluarga, program ini juga diperuntukkan bagi wisatawan lajang. Seperti yang dilakukan oleh David Pang, Konsultan IT yang bertukar rumah di luar Fanling, tepatnya utara New Territories, dengan seorang lajang.
Ia mengungkapkan alasannya memilih liburan ''tukar rumah'' di pedesaan, lantaran ingin mengubah suasana sehari-sehari selama bekerja jarak jauh. Baginya, tinggal di pedesaan memberi kenyamanan dan ketenangan dibanding di tempat tinggal asalnya di Kota.
ADVERTISEMENT
"Saya seorang konsultan IT dan bekerja dari rumah, dan saya bersembunyi di desa yang cukup terpencil ini hampir sepanjang waktu., Jadi kesempatan untuk pergi ke kota besar sedikit menyenangkan," kata David.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).