Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Berusia 134 Tahun, Stasiun di Indonesia Ini Pernah Disambangi Charlie Chaplin
22 Februari 2023 8:01 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bagi penikmat sketsa film bisu, traveler tentu sudah tidak asing lagi dengan sosok legendaris, Charlie Chaplin . Pria satu ini dikenal dengan penampilannya yang nyentrik dengan setelan celana baggy, serta topi bowler kecil dan kumisnya yang ikonik.
ADVERTISEMENT
Selain gayanya yang nyentrik, pelawak bernama lengkap Sir Charles Spencer Chaplin, ini juga dikenal dengan aksinya yang selalu mengundang gelak tawa. Dikenal sebagai pelawak legendaris, ternyata ada banyak fakta menarik dari kisah hidup Charlie Chaplin.
Semasa hidupnya, Charlie Chaplin diketahui pernah menyambangi Indonesia, lho. Aktor dan komedian legendaris ini ternyata pernah menginjakkan kaki di Bumi Priangan atau Jawa Barat.
Dikutip dari akun Instagram resmi PT Kereta Api Indonesia (KAI) @kai121_, Charlie Chaplin, pernah menyambangi salah satu stasiun kereta api di Indonesia.
"Siapa sangka aktor dan komedian legendaris ini pernah menginjakkan kakinya di Bumi Priangan, tepatnya di Stasiun Cibatu," ungkap Railmin.
Charlie Chaplin diketahui pernah menjejakkan kakinya dua kali di Stasiun Cibatu pada 1927 dan 1935. Saat itu, Charlie Chaplin bersama aktris Mary Pickford, sedang dalam perjalanan liburan ke Garut.
ADVERTISEMENT
"Dari kunjungan itu, Chaplin mendapatkan banyak ide dan inspirasi untuk film-film komedinya," lanjutnya.
Selain Chaplin, tokoh lain yang tercatat menjejakkan kaki di Stasiun Cibatu adalah Georges Clemenceau.
Beliau adalah pendiri koran La Justice (1880), L’Aurore (1897), dan L’Homme Libre (1913); sekaligus penulis politik terkemuka. Clemenceau menjadi Perdana Menteri Prancis dalam dua periode, yakni 1906-1909 dan 1917-1920.
Stasiun Berusia 134 Tahun
Stasiun Cibatu didirikan pada tahun 1889 setelah diresmikannya jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cicalengka, dengan Cilacap oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Belanda.
Kemudian, pada tahun 1926 dibuka jalur baru yang menghubungkan Cibatu dengan Cikajang. Saat itu, jalur kereta api ini tercatat sebagai relasi jalur yang melewati rute jalur tertinggi di Pulau Jawa (+1.200 m).
ADVERTISEMENT
Menariknya, pada era kolonial Belanda, Stasiun Cibatu jadi primadona, karena menjadi pemberhentian wisatawan Eropa yang ingin berlibur ke daerah Garut.
Hal itu juga tertulis dalam buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997 yang ditulis oleh Haryoto Kunto. Antara tahun 1935-1940, setiap hari di Stasiun Cibatu diparkir selusin taksi dan limousine milik hotel-hotel di Garut, di antaranya Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang.
Sayangnya, sejak tahun 1983 jalur kereta api Cibatu-Cikajang sudah tidak beroperasi lagi.
Seiring ditutupnya jalur tersebut, dipo lokomotif Cibatu tidak lagi beroperasi sebagai salah satu dipo utama. Saat ini Dipo lokomotif Cibatu hanya berstatus sebagai sub dipo.
Di bagian depan dipo ini, terdapat potongan lokomotif uap C50 atau yang dijuluki Si Gombar.
ADVERTISEMENT
Di komplek Stasiun Cibatu juga ada Masjid Al-Fattah yang punya gaya arsitektur neo futuristik tropis, dengan mengkolaborasikan langgam lokal dan arsitektur modern yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar.