Berusia Ratusan Tahun, Ini 7 Museum Tertua di Indonesia

14 Oktober 2020 6:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Fatahilah di Jakarta Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Museum Fatahilah di Jakarta Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bagi pecinta wisata sejarah, museum menjadi salah satu tempat wisata yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Bagaimana tidak, kamu bisa berwisata sambil belajar sejarah dan mendapatkan ilmu baru yang tentu saja menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Museum Fatahillah, Museum Satria Mandala, hingga Museum Tekstil menjadi beberapa museum yang bisa kamu kunjungi di Jakarta. Namun, tak hanya di Jakarta, ada banyak juga museum yang tersebar di Indonesia dan memiliki usia yang cukup tua.
Bahkan, ada tujuh museum yang merupakan museum tertua di Indonesia. Apa saja?

1. Museum Wayang (1640)

Wayang Kulit di Museum Wayang Indonesia Foto: Fahrian Saleh/kumparan
Museum Wayang menyabet gelar sebagai museum tertua di Indonesia. Berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat, museum ini didirikan oleh VOC pada 1640 silam.
Awalnya museum ini merupakan sebuah gereja tua yang bernama "De Oude Hollandsche Kerk" dan bertahan sampai 1732. Setahun kemudian, gereja diperbaiki dan berganti nama menjadi "De Nieuwe Hollandsche Kerk" hingga 1808.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, pada 14 Agustus 1936 gereja tua dijadikan monumen dan dibeli Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, yang merupakan lembaga untuk memajukan penelitian di bidang seni serta ilmu biologi, fisika, dan sebagainya.
Wayang Golek dan Wayang Tengul Foto: Fahrian Saleh/kumparan
Pada 22 Desember 1939, Gubernur Jendral Hindia Belanda, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer membukanya sebagai museum dengan nama "De Oude Bataviasche Museum" atau "Museum Batavia Lama". Namun, namanya kembali berganti menjadi Museum Wayang dan sekaligus diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin pada 13 Agustus 1975.
Kini, Museum Wayang memamerkan 4 ribu wayang dari berbagai jenis dan bentuk. Mulai dari wayang golek kulit, wayang rumput, wayang topeng, wayang beber, boneka, hingga gamelan.
ADVERTISEMENT

2. Museum Bahari (1652)

Patung Laksamana Malahayati. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
Di urutan kedua ada Museum Bahari. Sebelum menjadi museum, tempat ini merupakan gudang untuk menyimpan, memilih, dan mengepak hasil bumi.
Bangunan ini terdiri dari dua sisi, sisi barat dan timur. Untuk sisi barat dikenal dengan Westtzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat. Sedangkan sisi timur disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur.
Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan dan tiga unit di antaranya digunakan Museum Bahari.
Replika kapal di Museum Bahari. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
Saat Jepang menjajah bangsa Indonesia, gedung ini beralih fungsi. Yang awalnya dijadikan untuk gudang hasil bumi, oleh sekutu digunakan untuk menyimpan barang logistik Jepang.
Bagian tertua dari museum ini dibangun pada 1652, saat masa kepemimpinan Gubernur Jendral Christofell van Sqoll. Selanjutnya, pembangunan dilakukan secara bertahap hingga 1774.
ADVERTISEMENT
Kemudian, setelah masa kemerdekaan Indonesia, tempat ini ditempati oleh PLN dan PTT sebagai gudang. Setelah dipugar di 1976, pada 7 Juli 1977 gedung ini diresmikan sebagai Museum Bahari.
Kini, museum yang umurnya sudah ratusan tahun itu menyimpan berbagai koleksi perahu tradisional dengan aneka bentuk, hingga kapal zaman VOC. Ada pula berbagai miniatur kapal, serta perlengkapan penunjang pelayaran pada masa lalu, seperti jangkar, navigasi, meriam, dan lainnya.

3. Museum Fatahillah (1707)

Museum Fatahilah di Jakarta Foto: Shutter Stock
Posisi ketiga ada Museum Fatahillah yang dibangun pada 1707 silam. Saat pemerintahan VOC, gedung ini digunakan untuk balai kota, pengadilan, kantor catatan sipil, dewan Kotapraja, dan juga difungsikan untuk warga yang beribadah hari Minggu.
Hingga akhirnya pada 1968 silam, bangunan ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Pergantian nama pun pernah dirasakan Museum Fatahillah, mulai dari Museum Oud Batavia, Museum Djakarta Lama, hingga Museum Sejarah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Berada di Jalan Taman Fatahillah No 1, Jakarta Barat, museum ini diresmikan pada 30 Maret 1974. Museum Fatahillah memberikan informasi mengenai perjalanan panjang sejarah Kota Jakarta sejak masa prasejarah hingga kini.

4. Museum Benteng Vredeburg (1760)

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Kali ini datang dari Kota Pelajar, Yogyakarta. Benteng yang berada di titik nol kilometer dibangun pada 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda.
'Kebaikan' Belanda ini pun merupakan salah satu taktik untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Belanda ingin terus bisa mengontrol perkembangan keraton.
Dahulu saat benteng dibangun, bentuknya masih sangat sederhana. Bagian tembok hanya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, serta bangunan di dalamnya terdiri dari bambu dan kayu dengan atap ilalang.
Koleksi peralatan minum yang dipamerkan Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Akhirnya, pada 1787 silam, keraton memperkuat benteng. Namun, sayangnya tahun 1867 ada gempa bumi dahsyat yang menghancurkan sebagian bangunan.
ADVERTISEMENT
Benteng pun diperbaiki dan namanya diubah menjadi 'Vredeburg', yang berarti benteng perdamaian. Nama ini digunakan sebagai manifestasi hubungan Belanda dan keraton yang tidak saling serang.
23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

5. Museum Nasional Republik Indonesia (1778)

Patung Gajah berbahan perunggu pemberian atau hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand saat berkunjung ke museum ini tahun 1871. Foto: Shutterstock
Dan di posisi kelima ada Museum Nasional Republik Indonesia. Pada abad ke-18 pemerintah Belanda saat berada di Batavia mendirikan organisasi bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada 24 April 1778.
Lembaga ini dibangun untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, seperti biologi fisika, etnologi, sejarah dan lainnya. Salah seorang pendirinya, JCM Radermacher menyumbangkan rumah miliknya di Jalan Kalibesar.
ADVERTISEMENT
Kala itu, ia juga menyumbangkan koleksinya berupa benda-benda budaya dan buku-buku. Lewat sumbangan ini yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Anak-anak sedang mempelajari sejarah dari koleksi patung yang ada di Museum Nasional. Foto: Shutterstock
Saat masa Pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamfor Raffles, memerintahkan membangun gedung baru untuk museum dan ruang pertemuan. Pembangunan ini dilakukan lantaran rumah di Jalan Kalibesar sudah penuh dengan koleksi.
Akhirnya gedung baru ini didirikan di Jalan Majapahit nomor 3. Dari masa ke masa jumlah koleksi GB terus bertambah hingga tidak bisa menampungnya lagi. Pada 1862 silam, Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru di Jalan Medan Merdeka Barat No 12.
Gedung baru ini akhirnya dibuka pada 1868 silam. Banyak masyarakat yang memanggil museum ini dengan "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah", sebab di halaman depan museum ada patung gajah perunggu, hadiah dari Raja Chulalongkorrm (Rama V) dari Thailand.
ADVERTISEMENT
Untuk menyesuaikan perkembangan zaman, akhirnya nama lembaga ini diubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Saat itu, Belanda juga menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia.
Pemerintah pun mengganti namanya menjadi Museum Pusat dan ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Hingga kini ada lebih dari 160 ribu benda bernilai sejarah yang terdiri dari tujuh jenis koleksi prasejarah, arkeologi masa klasik atau Hindu-Buddha, nurnismatik dan heraldik, keramik, etnograsi dan sebagainya.

6. Museum Taman Prasasti (1795)

Museum Taman Prasasti Foto: Shutter Stock
Berikutnya adalah Museum Taman Prasasti, museum sekaligus cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda ini sudah ada sejak tahun 1795. Tidak seperti museum lain, museum ini berdiri di bekas kuburan Jahe Kober.
Seperti namanya, museum ini seperti taman, tidak berada di dalam bangunan. Ada banyak koleksi yang dapat dijumpai, seperti prasasti, batu nisan, makam perunggu, marmer, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Kamu juga bisa melihat beberapa batu nisan orang terkenal seperti Soe Hok Gie, Van Delden, dan Olivia Mariamne Raffles.

7. Museum Bank Indonesia (1828)

Suasana di ruangan depan Museum BI. Foto: Nadia Jovita IR/kumparan
Terakhir, Museum Bank Indonesia merupakan salah satu museum tertua di Indonesia. Museum yang dibangun pada tahun 1828 dan digunakan sebagai bank Belanda ini kini menjadi Bank Indonesia. Museum yang jadi saksi bisu sejarah panjang dunia perbankan di Indonesia ini menyimpan berbagai koleksi menarik, lho.
Museum ini menyimpan sekitar 750 ribu koleksi yang sebagian besarnya adalah uang. Mulai dari uang kertas hingga logam dengan berbagai pecahan bisa kamu temukan di museum yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat itu.
Salah satu uang pecahan tertua yang tersimpan di museum ini adalah Uang ORI (Oeang Republik Indonesia) Emisi I pecahan setengah rupiah tertanggal 17 Oktober 1945, berbahan kertas yang ditandatangani oleh Mr. A. A. Maramis, serta diterbitkan pada 30 Oktober 1946 dan ditarik pada 1 Mei 1950.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)