Berwisata ke Pulau Galang, Mengenang Masa Lalu Pengungsi Vietnam

15 Juli 2019 16:57 WIB
clock
Diperbarui 17 Januari 2020 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampung Vietnam di Pulau Galang, Batam. Foto: Flickr/Eyla Alivia
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Vietnam di Pulau Galang, Batam. Foto: Flickr/Eyla Alivia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berkunjung ke Batam, tidak ada salahnya mampir ke Pulau Galang. Sebab di pulau yang lokasinya paling ujung ini, ada salah satu tempat wisata paling populer yaitu eks tempat pengungsian Vietnam.
ADVERTISEMENT
Kamu yang pernah belajar sejarah pasti ingat dengan peristiwa ratusan ribu penduduk Vietnam selatan melarikan diri meninggalkan kampung halamannya untuk mengungsi ke negara lain pascaperang saudara di Vietnam sekitar tahun 1975. Ya, Indonesia menjadi salah satu tempat tujuan mereka.
Perahu-perahu yang mereka pakai untuk mengungsi, bersandar dan singgah di beberapa tempat di Indonesia. Sebut saja Kepulauan Natuna,  Kepulauan Anambas, Pulau Bintan, hingga Pulau Galang.
Pintu masuk eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Dalam ceritanya,  para pengungsi ini meninggalkan negaranya menggunakan perahu-perahu yang kondisinya memprihatinkan. Bayangkan, dalam satu perahu bisa ditempati 40 sampai 100 orang.
Berbulan-bulan para pengungsi terombang-ambing di tengah perairan Laut China Selatan, tanpa tujuan yang jelas. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi berhasil mencapai tempat yang ditujunya.
ADVERTISEMENT
Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau, akhirnya disepakati untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.
Gereja dan Pagoda eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
UNHCR dan Pemerintah Indonesia kemudian membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi.
Ada beberapa pertimbangan menempatkan Pulau Galang sebagai lokasi tempat pengungsian. Pertama tempatnya luas, mudah diisolasi, dan lokasinya cukup strategis. Di Pulau Galang juga,  para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya sepanjang tahun 1979-1996, hingga akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam.
Menurut catatan sejarah,  para pengungsi ini dikonsentrasikan di satu permukiman seluas 80 hektare dan tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa oleh para pengungsi ini.
Gereja dan Pagoda eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Itulah gambaran secara umum sejarah Pulau Galang. Lantas, bagaimana kondisinya sekarang?
ADVERTISEMENT
Saat ini, bekas kamp pengungsian tersebut dijadikan tempat wisata. Berkunjung ke tempat ini, kamu akan merasakan sekaligus mengingat akan tragedi masa lalu.
Di kawasan ini, pengunjung dapat melihat beberapa monumen dan sisa peninggalan dari kamp pengungsian. Dari sisa-sisa peninggalan ini, pengunjung dapat membayangkan bagaimana para pengungsi Vietnam mencoba bertahan hidup, jauh dari tanah kelahirannya.
Kamp-kamp eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Pengunjung yang memasuki pulau ini akan disambut dengan Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. Patung ini menggambarkan sosok wanita yang bernama Tinhn Han Loai yang diperkosa oleh sesama pengungsi. Malu menanggung beban diperkosa, akhirnya ia memutuskan bunuh diri. Dalam rangka mengenang peristiwa tragis itulah maka patung ini dibuat oleh para pengungsi.
Pemerkosaan bukanlah satu-satunya tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pengungsi. Beberapa dari mereka juga mencuri, bahkan membunuh. Oleh karena itulah sebuah penjara juga dibangun di tempat ini. Penjara ini digunakan untuk menahan para pengungsi yang melakukan tindakan kriminal dan bagi mereka yang mencoba melarikan diri.
Monumen perahu di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Tak jauh dari Patung Taman Humanity, terdapat areal pemakaman yang bernama Ngha Trang Grave. Di sini, dimakamkan 503 pengungsi Vietnam yang meninggal karena berbagai penyakit yang mereka derita. Selain itu, depresi mental membuat kondisi fisik mereka semakin lemah.
ADVERTISEMENT
Lalu,  di pulau ini juga terdapat Monumen Perahu yang terdiri atas dua perahu yang digunakan para pengungsi ketika meninggalkan Vietnam. Selain itu, berbagai tempat ibadah yang dulu dibangun untuk memfasilitasi pengungsi seperti, Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja protestan, dan juga musala.
Gereja dan Pagoda eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran jelas kepada pengunjung mengenai kehidupan sehari-hari para pengungsi adalah gedung bekas kantor UNHCR. Memasuki gedung ini, pengunjung dapat melihat foto seribu wajah pengungsi yang pernah tinggal di pulau tersebut. Terdapat juga foto-foto berbagai peristiwa yang terjadi pada orang-orang Vietnam ini selama masa pengungsian. Tak hanya foto, kamu juga dapat melihat beberapa kendaraan yang tersisa seperti sepeda motor,  mobil,  truk,  hingga sepeda yang pernah digunakan oleh para pengungsi.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada banyak eks kamp-kamp pengungsian yang cukup menyeramkan. Kondisi kamp-kamp pengungsian rusak berat dan kotor. Masuk ke dalamnya, bikin bulu kuduk merinding.  Suasananya sepi dan agak mencekam.  Tidak banyak pengunjung yang masuk ke eks kamp-kamp pengungsian.
Gereja dan Pagoda eks pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Sebenarnya banyak informasi yang bisa kamu peroleh dari Pulau Galang. Jika diceritakan sangat panjang dan tidak ada habisnya.
Sekadar catatan,  Pulau Galang terletak sekitar 50 km dari pusat Kota Batam. Untuk memasuki pulau ini, pengunjung harus menyusuri Jembatan Barelang dan melewati beberapa pulau lainnya terlebih dahulu.  Dari Bandara Hang Nadim, pengunjung dapat menggunakan kendaraan sewa. Ada juga kendaraan umum seperti Metro Trans hingga taksi.
Tempat pemakaman pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
Saat sampai dan masuk ke lokasi bekas kamp pengungsi Vietnam, pengunjung dikenakan tiket masuk seharga Rp 10.000 per orang. Di tempat,  pengunjung juga akan disambut oleh puluhan monyet-monyet liar yang berkeliaran di jalan.
ADVERTISEMENT
Jadi tidak ada salahnya, sempatkan untuk berkunjung ke Pulau Galang saat berada di Batam. Pengunjung bisa berwisata sambil belajar sejarah.