Bukan Hal Mistis, Ini yang Dimaksud dengan Penerbangan Hantu

17 Juni 2022 7:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bandara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bandara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebagian traveler mungkin pernah mendengar istilah penerbangan hantu. Istilah ini kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis, di mana sebuah pesawat yang pernah mengalami kecelakaan terbang mengangkut penumpang. Terdengar menyeramkan, ya.
ADVERTISEMENT
Jika berpikiran demikian, anggapanmu ternyata salah karena ada penjelasan terkait hal tersebut. Dilansir Simple Flying, penerbangan hantu terjadi ketika sebuah maskapai terus menerbangi rute meski tidak ada penumpang di dalamnya.
Ilustrasi kabin pesawat kosong tanpa penumpang. Foto: EricGehman/Shutterstock
Lalu, kenapa maskapai tersebut tetap menerbangi rute meski tidak ada penumpangnya? Jawabannya adalah agar maskapai tetap bisa mempertahankan slot mereka di bandara.
Ketentuan tersebut dikenal dengan "use it or lose it" gunakan atau kehilangan yang dibuat oleh Komisi Eropa dan Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA).
Penerbangan hantu juga terjadi baru-baru ini di mana maskapai mengalami penurunan jumlah penumpang yang signifikan akibat COVID-19.
Ilustrasi penerbangan dalam cuaca buruk. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sebelum COVID-19 melanda, setiap maskapai penerbangan wajib mematuhi aturan 80:20.
Artinya, maskapai harus memakai setidaknya 80 persen slot waktu mereka agar bisa mempertahankan slot yang ditentukan. Namun, setelah pandemi, peraturannya berubah menjadi 50:50 karena adanya pembatasan.
ADVERTISEMENT
Kemudian kebijakan tersebut berubah lagi setelah pembatasan dicabut, slot waktu yang harus digunakan naik ke angka 70 persen mulai 27 Maret 2022.
Chief Executive Officer Lufthansa Group, Carsten Spohr, mengatakan ketentuan tersebut membuat mereka harus melakukan banyak penerbangan tambahan.
“Kita harus melakukan 18.000 penerbangan tambahan yang tidak perlu hanya untuk mengamankan (jalur) lepas landas dan mendarat dengan benar,” ujar Spohr.

Penerbangan Hantu dan Dampaknya pada Lingkungan

Ilustrasi pesawat yang sedang mengudara. Foto: Andrey Burmakin/Shutterstock
Selain berdampak pada cost atau pengeluaran maskapai, keberadaan penerbangan hantu juga berdampak terhadap lingkungan karena menghasilkan polusi udara dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan frekuensi penerbangan hantu menjadi lebih sering selama lockdown akibat COVID-19.
Greenpace memperkirakan, terdapat sekitar 100.000 penerbangan hantu melintasi Eropa pada musim dingin 2021/2022.
ADVERTISEMENT
Padahal, dari penerbangan hantu tersebut bisa menghasilkan kurang lebih 2,1 juta ton emisi karbon dioksida, yang setara dengan emisi lebih dari 1,4 juta mobil per tahunnya.
Ilustrasi pesawat saat take off. Foto: Jaromir Chalabala/Shutterstock
Hasil dari karbon dioksida pesawat tentunya akan berdampak buruk terhadap perubahan iklim bumi.
Belum lagi sektor perjalanan adalah salah satu sektor yang terus tumbuh sebesar empat persen per tahunnya dari delapan persen saat ini. Ditambah lagi, pada bulan Oktober 2021, industri penerbangan berjanji mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050.
Di sisi lain, maskapai mengatakan tidak punya pilihan selain terus menjalankan penerbangan hantu ini sehingga mereka dapat mempertahankan slot mereka.
Meski begitu, para kritikus mengatakan praktik tersebut untuk segera dikurangi karena dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
ADVERTISEMENT