news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Buntut Kecelakaan Jeju Air, Bandara Korsel Akan Pasang CCTV untuk Pantau Burung

8 Februari 2025 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota tim investigasi ilmiah polisi melakukan operasi pencarian di dekat lokasi pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Rabu (1/1/2025). Foto: STR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Anggota tim investigasi ilmiah polisi melakukan operasi pencarian di dekat lokasi pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Rabu (1/1/2025). Foto: STR/AFP
ADVERTISEMENT
Pemerintah Korea Selatan memerintahkan seluruh operator bandaranya untuk memasang CCTV dan radar untuk mendeteksi keberadaan burung. Hal ini untuk mencegah terjadinya insiden kecelakaan seperti yang dialami pesawat Jeju Air pada bulan Desember 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Insiden yang menewaskan 179 orang itu terjadi di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024).
Pesawat Jeju Air yang membawa 175 penumpang dan enam awak itu keluar dari landasan pacu dan menabrak dinding pembatas. Sebelumnya, pesawat juga menabrak sekawanan burung yang diduga membuatnya tergelincir karena roda pesawat tidak keluar saat pendaratan.
Anggota tim investigasi ilmiah polisi melakukan operasi pencarian di dekat lokasi pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Rabu (1/1/2025). Foto: STR/AFP
Dilansir dari Al Jazeera, buntut dari insiden tersebut, Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan mengumumkan rencana yang mewajibkan tiap bandara memasang setidaknya satu CCTV Thermal dan radar untuk memantau keberadaan burung.
“Semua bandara akan dilengkapi dengan setidaknya satu kamera pencitraan termal,” kata menteri pertahanan Korea Selatan.
Perangkat radar bergerak juga akan diterapkan terutama untuk menghalau keberadaan burung berukuran sedang dan besar.
Ilustrasi burung albatros. Foto: Shutterstock
"Radar deteksi burung akan dipasang di semua bandara untuk meningkatkan deteksi dini burung yang jauh dan meningkatkan kemampuan respons pesawat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Radar akan mendeteksi ukuran burung dan jalur pergerakannya, dan informasi ini akan diteruskan ke pengontrol lalu lintas udara yang, pada gilirannya, akan berkomunikasi dengan pilot.
Pihaknya juga akan membuat landasan hukum untuk memindahkan fasilitas yang dianggap dapat menarik keberadaan burung seperti fasilitas pengolahan limbah makanan dan kebun buah dari bandara dan memberlakukan pembatasan jarak baru pada fasilitas baru.
CCTV di Bandara. Foto: Ancapital/Shutterstock
"Prioritas utama adalah membangun langkah-langkah reformasi komprehensif di seluruh keselamatan penerbangan untuk mencegah terulangnya kecelakaan pesawat," kata Wakil Menteri Penerbangan Sipil, Joo Jong-wan.
Saat ini, hanya empat bandara di Incheon, Gimpo, Gimhae, dan Pulau Jeju yang memiliki CCTV Thermal untuk mendeteksi burung, menurut kantor berita negara Yonhap.

CCTV Thermal di Tiap Bandara

Dengan rencana tersebut, pemerintah Korea Selatan akan memasang setidaknya satu kamera di masing-masing dari 15 bandara domestik, yang akan dimulai pada bulan Maret 2025.
ADVERTISEMENT
Pada saat kecelakaan Jeju Air, pilot memperingatkan adanya tabrakan dengan burung sebelum menarik diri dari upaya pendaratan pertama. Pesawat jatuh pada upaya kedua ketika roda pendaratan tidak muncul.
Anggota tim investigasi ilmiah polisi melakukan operasi pencarian di dekat lokasi pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Rabu (1/1/2025). Foto: STR/AFP
Penyidik ​​Korea Selatan dan Amerika Serikat masih menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut, yang memicu duka cita nasional dengan berbagai tugu peringatan didirikan di seluruh negeri.
Menurut laporan media Korea Selatan, bulu dan DNA bebek ditemukan di kedua mesin pesawat Jeju Air, dengan kemungkinan penyebabnya adalah tabrakan dengan burung.
Penyelidikan kecelakaan tersebut semakin rumit ketika Kementerian Perhubungan mengatakan kotak hitam yang menyimpan data penerbangan dan perekam suara kokpit untuk pesawat yang jatuh itu berhenti merekam empat menit sebelum kecelakaan.