Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Kesan membosankan nampaknya tak berlaku untuk Museum Gedung Sate. Bagaimana tidak, museum satu ini tak hanya informatif tapi juga punya visual yang menarik.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Museum Gedung Sate, mengusung konsep smart museum yang menyesuaikan konten museum dengan tuntutan zaman dan kebutuhan generasi muda. Maka dari itu, selain memamerkan koleksi juga mengedepankan teknologi canggih.
Menariknya lagi, Museum Gedung Sate juga dilengkapi bioskop mini untuk mengenalkan sejarah pembangunan Gedung Sate. Kemudian ada teknologi Augmented Reality yakni sebuah perangkat yang bisa dipakai dan akan ‘mengantarkan’ pengunjung ke masa silam. Serta adapula teknologi proyektor empat dimensi (4D) yang menampilkan gambar Gedung Sate dalam tampilan 4D.
“Tidak hanya memiliki koleksi informatif, tapi juga kuat secara visual dan mengedepankan kemajuan teknologi. Di sini hadir pula perpustakaan dengan koleksi buku sejarah serta galeri kopi Jawa Barat sebagai sebuah kesatuan,” ujar Iwa Karniwa, Sekretaris Daerah Jawa Barat, seperti dikutip dari ANTARA.
ADVERTISEMENT
Museum Gedung Sate sendiri dirancang oleh J.Berger dan mulai dibangun 1920. Museum dengan tiga lantai itu diresmikan pada 8 Desember 2017 lalu.
Setelah hampir dua tahun berdiri, Iwan menuturkan bila Museum Gedung Sate dibanjiri 148.143 wisatawan. Dirinya juga berharap, kehadiran museum dapat meningkatkan minat baca masyarakat.
Hal ini mengingat hasil survei most littered nation in the world tahun 2016 lalu menunjukkan posisi Indonesia hampir terbelakang. Dari 61 negara yang masuk, Indonesia berada diposisi ke 60, sementara di urutan terakhir ada Botswana.
Dan untuk mendongkrak minat baca melalui museum, menurut Iwa pemanfaatan teknologi menjadi salah satu syarat utama yang perlu diperhatikan bagi seluruh pengelola museum. Sebab, dengan hal ini, informasi dapat lebih mudah dipahami oleh generasi milenial .
ADVERTISEMENT
“Dengan mengedepankan informasi yang bersifat visual akan lebih menarik dan mudah dipahami di kalangan genarsi muda, khususnya kalangan milenial dan generasi Z,” pungkasnya.