Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Cara Taman Safari Indonesia Jaga Kelestarian Satwa di Kebun Binatang
22 Desember 2023 14:29 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 16 Juli 2024 9:14 WIB

ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu viral di media sosial, yang memperlihatkan kondisi memprihatinkan para satwa di salah satu kebun binatang. Dalam video tersebut terlihat beberapa satwa yang seperti tak terurus, serta kondisi badannya yang kurus dan memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
VP Media, Digital dan Event Taman Safari Indonesia Group, Alexander Zulkarnain, mengatakan Taman Safari Indonesia (TSI) Group selalu berkomitmen untuk menjaga kelestarian satwa. Selain sebagai atraksi wisata, Taman Safari juga mengambil peran sebagai sebuah tempat konservasi bagi satwa.
"Jadi bukan hanya tempat wisata yang over eksploitasi, jadi mass dan volume yang penting mendatangkan banyak orang tanpa memikirkan keseimbangan antara tempat wisata dengan keberlanjutan dari alamnya. Kalau di sini kita keberlanjutan alamnya, komitmen kami selain kesejahteraan yang jadi utama, yang kedua kita juga melakukan penanaman-penanaman (pohon)," ungkap Alex, saat ditemui kumparan di acara soft launching Solo Safari di Solo, belum lama ini.
Alex mengatakan bahwa Taman Safari Indonesia Group selalu mengutamakan aspek CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Enviriontment Sustainability) dalam setiap operasional tempat wisatanya. Sebab menurutnya, hal ini masih sangat relevan dalam hal penerapan di tempat wisata.
ADVERTISEMENT
"CHSE saat ini masih sangat relevan karena duanya ini, yaitu Safety dan Environtment yang selalu kita utamakan. Kita selalu mengutamakan safety yang mengandung insurance, keamanan, security, sehingga terasa nyaman dan aman dan itu penting sekali," lanjutnya.
Kepada kumparan, Alex juga mengungkapkan alur atau proses pemilihan satwa, operasional di kebun binatang, hingga bagaimana caranya agar satwa yang didatangkan tetap terjaga baik kesehatan dan tidak kekurangan.
Sebelum mendatangkan satwa ke kebun binatang, Taman Safari Indonesia akan melakukan serangkaian penelitian terlebih dahulu, mulai dari jenis satwa yang didatangkan, iklim atau kecocokan lingkungan area kebun binatang, hingga faktor lainnya.
"Kalau pemilihan satwa dan hewan khusus itu ada VP Life and Science-nya di Bogor yang bisa menilai areanya gitu ya, cocoknya satwa seperti apa. Karena terkait long live (umur) si satwa yang bersangkutan, jadi yang menentukan Taman Safari Indonesia yang expertise di bidangnya," ungkap Alex.
ADVERTISEMENT
Di Solo Safari misalnya, ada hitung-hitungan tersendiri tentang jumlah satwa dan area dari kebun binatang. Meski Alex tidak menjelaskan secara detail rasio perbandingan antara keduanya, namun ada beberapa satwa yang bisa dicampur, seperti di alam liar dan ada yang tidak.
"Total satwanya pun ada, perhitungannya ada di areanya. Kayak misalkan satu area di Savannah Afrika itu ada. Sebenernya area itu kalau dibagi-dibagi satwanya penuh, tapi kita campur ada yang ngumpul di sana, ada yang ngumpul di sini, itu penuh satwanya," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Taman Safari Indonesia Group juga selalu berupaya, agar satwa atau hewan yang didatangkan tetap berada seperti di habitat aslinya. Caranya adalah dengan tetap menjaga naluri keliaran mereka di alam.
ADVERTISEMENT
"Jadi parameternya banyak, tim life science yang tahu tapi kalau secara umum kita lihat behavior-nya (kebiasannya) juga. Cara hidupnya seperti apa itu juga termasuk cara makan, seperti berburu, ya. Bukan berarti menghilangkan dari sisi keliarannya, itu tetap ada," kata Alex.
Perawatan Satwa: Makanan, Tempat, hingga Vaksin
Nah, sebagian dari kamu mungkin bertanya-tanya, bagaimana jika nantinya ada satwa yang ternyata memiliki jumlah lebih banyak dari satwa lainnya? Atau apakah setiap tahun atau bulannya ada satwa yang akan ditambahkan atau diganti dengan yang lainnya?
Menurut Alex, jika ada yang overpopulasi, mereka bisa tukar dengan satwa lain yang mungkin satwanya bisa berkembang biak di sini.
"Kemudian yabg overpulasi bisa dipindah ke lembaga konservasi yang lain, karena satwa kan milik negara dan tidak diperjual belikan dan tidak dimiliki kita, ini memang milik negara. Ada yang lahir, ada yang sakit, ada yang mati karena memang sudah usia, itu dilaporkan," tuturnya.
Bahkan sama seperti manusia, setiap satwa juga memiliki akte kelahiran yang menjadi informasi detail mereka.
ADVERTISEMENT
"Setiap satwa ada namanya, ada stambumnya. Karena kita enggak bisa sembarangan mindahin, semuanya ter-record ke balai konservai, KLHK, BKSDA. Mereka senantiasa akan mengecek, bukan hanya kesejahteraan, tapu jumlahnya, kelayakan tempat tinggalnya, dan lain-lain," papar Alex.
Senada dengan Alex, General Manager Solo Safari, Shinta Adithya, mengatakan bahwa setiap satwa juga akan selalu dipantau secara khusus, termasuk untuk makanannya.
"Pakannya itu ada vendor-vendornya, kayak rumput sudah ada vendor khusus yang dulunya ke sini (Solo Safari). Sisanya buah-buahan pasti ada, daging, ayam, dan dari lokal majority," ujarnya.
Terkait konsumsi satwa, Shinta mengatakan bahwa jumlahnya tergantung dari jenis satwa itu sendiri. Adapun, untuk rata-rata konsumsi satwa di Solo Safari berkisar dari Rp 10-15 juta.
ADVERTISEMENT
"Berapa banyaknya itu tergantung dengan satwanya. Seperti gajah misalnya yang beratnya 1,3 ton biasanya makannya 10 persen dari berat tubuhnya. Satu gajah berarti makan 130 kg setiap harinya, biasanya berupa sayuran, kacang-kacangan, hingga ketela," ujar Shinta.
Agar nutrisi setiap satwa atau hewan tersebut terjaga, pihak Taman Safari juga memiliki ahli gizi atau nutritionist yang khusus untuk memantau setiap kebutuhan nutrisi dari satwa tersebut.
"Kami sangat concern dengan kesehatan satwa yang mana semua satwa di sini sudah ada schedule (jadwal) makan dan vitaminnya, beserta karyawannya juga kita vaksin. Jadi, dibilang treatment khusus yang pastinya beda, karena setiap satwa itu kita lihat nutrisinya bahkan tempatnya," ucap Shinta.
Selain kebutuhan makanan, pihak Taman Safari juga selalu memperhatikan kebersihan dari kandangan setiap satwa.
ADVERTISEMENT
"Jadi untuk exhibit (pertunjukan) itu kebutuhan di siang hari. Kita ada kandang khusus, kandang tidur yang selalu diberikan dan setiap satwa yang keluar dibersihkan dulu," pungkas Shinta.