Cerita Danau Rawa Pening: Berawal dari Lidi Dicabut oleh Anak Berwujud Naga

15 Maret 2022 18:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Danau Rawa Pening di Semarang. Foto: Andreas H/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Danau Rawa Pening di Semarang. Foto: Andreas H/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Destinasi wisata di Semarang, Jawa Tengah, bukan hanya Lawang Sewu. Banyak juga tempat lainnya yang memiliki keindahan alam menawan di sana.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Danau Rawa Pening. Danau yang berada di Kabupaten Semarang dan memiliki luas 2.670 hektare ini terletak di empat kecamatan, yaitu Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.
Danau Rawa Pening beralamat di Jalan Sarbini, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Jika kamu berangkat dari pusat Kota Semarang, untuk menuju ke danau ini akan menempuh jarak sekitar 42 km.
Dilansir situs Dinas Lingkungan Hidup Semarang, Danau Rawa Pening berada di cekungan antara Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.
Danau Rawa Pening di Semarang. Foto: raditya/Shutterstock
Karena keindahannya, Danau Rawa Pening kini kerap dikunjungi para wisatawan yang ingin merasakan bagaimana suasana alam di sana.
Kamu bisa merasakan nuansa berada di air rawa dengan menggunakan perahu yang disewakan oleh warga. Biaya penyewaan kapal sekitar Rp 80 ribu untuk 6 orang. Dengan biaya itu, kamu akan dibawa untuk berkeliling Rawa Pening selama 40 menit.
ADVERTISEMENT
Jika sudah puas berkeliling dengan perahu, wisatawan bisa berkunjung ke Kampung Rawa. Di Kampung Rawa sendiri terdapat berbagai macam wahana permainan, seperti becak mini, perahu karet, dan bebek air.
Masyarakat sekitar danau juga memanfaatkan danau tersebut untuk memancing dan mencari ikan. Karena warga sekitar kebanyakan berprofesi sebagai nelayan.
Namun, di balik semua keindahan di Rawa Pening, danau itu ternyata menyimpan legenda yang harus diketahui.

Legenda Terbentuknya Danau Rawa Pening, Semarang

Danau Rawa Pening di Semarang. Foto: irawan taruno/Shutterstock
Terdapat Desa Ngasem yang di dalamnya tinggal seorang perempuan bernama Endang Sawitri. Ia baru saja melahirkan dan anaknya berwujud seperti naga, karena kutukan dari sebuah keris.
Hanya wujudnya saja seperti Naga, tapi anak tersebut bisa berbicara layaknya manusia dan diberi nama Baru Klinting. Seiring berjalannya waktu, Baru Klinting bertambah dewasa dan menanyakan siapa ayahnya.
ADVERTISEMENT
Endang Sawitri pun memberi tahu bahwa ayahnya bernama Ki Hajar Salokantara, yang sedang bertapa di Gunung Telomoyo. Ketika menemui ayahnya, Baru Klinting diminta Ki Hajar Salokantara untuk bertapa di dalam hutan lereng gunung tersebut, dengan cara melilitkan tubuhnya di Gunung Telomoyo demi lepas dari kutukan.
Tak lama setelah Baru Klinting bertapa, ada janda tua penduduk Desa Pathok mengadakan pesta, usai ia mendapatkan hasil panen. Demi memeriahkan acara tersebut, warga langsung berburu hewan.
Namun, tidak terlihat hewan apa pun. Warga malah melihat buntut dari naga besar dan memotong dagingnya untuk disajikan saat pesta itu tiba.
Saat pesta berlangsung ternyata Baru Klinting berhasil berubah menjadi seorang anak, lalu datang ke sana untuk meminta makan. Hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh warga desa, karena jijik melihat tubuh anak tersebut lusuh dan penuh luka.
ADVERTISEMENT
Karena diusir oleh warga, ia memutuskan untuk pulang. Namun, sebelum pergi Baru Klinting bertemu si janda baik hati tersebut dan diajak mampir ke rumahnya. Di sana Baru Klinting diperlakukan dengan sangat baik dan diberikan makanan.
Danau Rawa Pening di Semarang. Foto: Galih Yoga Wicaksono/Shutterstock
Baru Klinting pun memberi pesan kepada janda tersebut, jika nanti ada bunyi gemuruh, ia harus menyiapkan lesung agar selamat.
Warga desa tetap tidak terima Baru Klinting ada di sana, ia bahkan ditendang dan dipaksa supaya segera pergi. Karena kesal akan sikap para warga, Baru Klinting menancapkan lidi ke tanah dan menantang warga desa untuk mencabut lidi tersebut.
Ternyata tidak ada yang berhasil mencabutnya. Akhirnya Baru Klinting berhasil mencabutnya, dan lubang lidi tersebut mengeluarkan air deras sehingga membuat desa itu tergenang.
ADVERTISEMENT
Semua penduduk tewas, dan janda tua yang menuruti perkataan Baru Klinting selamat, karena ia naik ke atas lesung. Desa itu pun jadi rawa dengan memiliki air yang bening. Maka, kini rawa tersebut diberi nama sebagai Rawa Pening.