Cerita Harley B Sastha: Mendaki Gunung Bukan Hanya Sekadar Kuy Naik!

12 Maret 2022 15:34 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perjalanan Harley B Sastha saat mendaki gunung di Indonesia. Foto: Dok. Harley B Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Perjalanan Harley B Sastha saat mendaki gunung di Indonesia. Foto: Dok. Harley B Sastha
ADVERTISEMENT
Jika berbicara soal keindahan alam di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Apalagi soal gunung. Setidaknya ada lebih dari 400 gunung yang berada di negara tercinta kita ini.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya gunung tersebut, maka hal itu membuat mendaki gunung menjadi kegiatan yang kini banyak diminati oleh banyak orang.
Selain menantang adrenalin, mendaki gunung akan membuatmu berusaha keras demi mencapai puncak untuk melihat pemandangan indah atau sekadar memenuhi kepuasan jiwa.
Mendaki gunung juga harus diiringi dengan menjaga alam di sekitarnya. Karena kita adalah tamu yang sebaiknya tidak meninggalkan jejak, mengubah, apalagi merusak apa pun yang berada di gunung dan alam bebas.
Hal ini juga dibagikan oleh Harley B Sastha, seorang penulis, petualang, dan pemerhati konservasi kegiatan alam terbuka.
kumparan berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan Harley tentang cerita pertama kali terjun ke dunia pendakian hingga kiat-kiat untuk para pendaki pemula.
ADVERTISEMENT

Bagaimana awalnya tertarik sama dunia pendakian gunung dan apa pernah mengalami kesulitan?

Perjalanan Harley B Sastha saat mendaki gunung di Indonesia. Foto: Dok. Harley B Sastha
Harley pertama kali kenal dunia pendakian bisa dibilang "dijorokin" oleh sang kakak. Hal itu dilakukan sejak tahun 1987, saat ia menginjak SMP kelas 1 bahkan setiap weekend dan libur sekolah ia selalu melakukan trekking ke air terjun dan gunung-gunung yang mungkin tidak terlalu tinggi.
"Awal-awal tuh ke Gunung Gede dan Gunung Salak sampai akhirnya gunung di atas 3.000 mdpl masih di sekitar Jawa Barat. Bisa dibilang keluarga saya itu adalah keluarga penyuka kegiatan outdoor," kata Harley B Sastha.
Saat melakukan pendakian, ia pernah mengalami kesulitan, seperti kehabisan makanan, berada di tengah badai selama berjam-jam, tenda kebanjiran, hingga terpisah dari rombongan selama 4 jam saat melakukan ekspedisi di Gunung Leuser.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu, pas saya dan tim lagi ada di puncak Gunung Kerinci, kami terjebak badai selama berjam-jam, pas turun dikasih tahu kalau Puncak Kerinci lagi diselimuti awan hitam," tambah Harley.

Trekking gunung mana yang paling sulit?

Perjalanan Harley B Sastha saat mendaki gunung di Indonesia. Foto: Dok. Harley B Sastha
Pasti setiap gunung memiliki karakter dan kesulitan sendiri saat kita ingin mencapai puncaknya. Ia pun membagikan pendapatnya tentang trekking tersulit pada beberapa gunung di Indonesia.
Di mana sebagiannya pernah didaki seperti Puncak Cartenz dan beberapa puncak lainnya di Taman Nasional (TN) Lorenzt, Papua; TN Gunung Ganda Dewata dan Pegunungan Latimojong di Sulawesi, Binaiya di TN Manusela, Maluku; TN Gunung Leuser, dan beberapa gunung lainnya.
"Gunung tersulit ada beberapa, kayak di Sulawesi itu ada Gunung Gandang Dewata dan Latimojong. Belum lagi Pegunungan Cartenz di Papua," ujar Harley.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk gunung di Jawa pun ia mengeluarkan nama Gunung Raung yang menjadi salah satu medan pendakian tersulit yang pernah ia naiki.
Para pengabdi Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tenggara. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
"Gunung Leuser juga sulit, dengan karakternya yang basah, hutan tropis, dan belum lagi itu merupakan salah satu trek pendakian terpanjang di Asia Tenggara," pungkas Harley.
"Itu lengkap karena harus siap mental dan butuh 12-14 hari untuk mencapai puncaknya. Itu cukup bikin lelah. Berangkat dari pagi sampai sore," tambahnya.

Gunung apa di Indonesia yang paling indah dan pernah didaki?

Saat diajukan pertanyaan ini Harley tertawa dan mengatakan kalau ia tidak bisa menjawabnya. Karena menurutnya indah dalam perspektif seperti apa?
"Hahaha, indah dari sisi apa? Karena setiap gunung punya keindahannya yang berbeda. Setiap gunung juga punya cerita, karakter, dan bentang alam yang berbeda," kata Harley.
ADVERTISEMENT
Ia pun memberikan contoh, seandainya satu gunung memiliki empat jalur pendakian, sudah pasti itu punya keindahan yang berbeda-beda yang bisa membuat para pendakinya terkesan.
Perjalanan Harley B Sastha saat mendaki gunung di Indonesia. Foto: Dok. Harley B Sastha
"Kalau gue sendiri, ada beberapa gunung yang punya kedekatan dengan diri gue, yaitu Tambora, Rinjani, Leuser, Merbabu, Lawu, dan masih ada beberapa lagi," jawab Harley.
"Kalau Leuser, karena gue kenal karakter medan pendakiannya seperti apa, hutannya gimana, dia punya 4 satwa yang hidup berdampingan gajah, orang utan, badak, dan harimau hanya ada di Leuser. Karena iu buat gue Leuser adalah sesuatu yang luar biasa," ujarnya.

Kira-kira sudah berapa gunung yang dijelajahi dan ada gunung yang pengin banget didaki enggak?

Ilustrasi Himalaya. Foto: AFP/PRAKASH MATHEMA
Harley mengaku sudah mendaki puluhan gunung di Indonesia, bahkan menurutnya masih banyak gunung-gunung di Indonesia yang harus dijelajahi.
ADVERTISEMENT
"Gue percaya Tuhan dan alam itu akan memberi kesempatan. Di Kalimantan dan Sulawesi juga punya banyak banget gunung dan masih ada gunung di sana yang belum gue daki. Mungkin sampai gue mati pun gunung di Indonesia belum habis gue jelajahi," jawab Harley.
Kalau untuk di luar negeri Harley mengaku belum pernah. Namun, ia sangat ingin menjelajahi gunung-gunung kawasan Himalaya yang terkenal akan puncaknya.

Apakah pernah mengalami kejadian menyeramkan selama 35 tahun berada di dunia pendakian?

Perjalanan Harley B Sastha saat mendaki gunung di Indonesia. Foto: Dok. Harley B Sastha
Mengalami kejadian seram itu pernah dirasakan Harley. Namun, menurutnya kebanyakan kejadian itu bisa dijelaskan oleh sains. Seperti saat orang lelah hal tersebut bisa mengakibatkan halusinasi.
Ia pun mengatakan kalau orang hipotermia pun bisa menjadi seperti orang kesurupan. Karena enggak siap dengan keadaan yang ada, terlalu lelah, dan kurang makan bisa menimbulkan halusinasi yang berlebih.
ADVERTISEMENT
"Masalah gaib di gunung itu gue percaya. Karena kita hidup itu berdampingan, kalau gue punya sikap gue akan menghormati yang ada di situ, gue selalu mengucapkan salam itu kayak tata krama dan sopan santun sebagai tamu aja sih," jelas Harley.
Harimau Sumatera yang masuk ke dalam kandang perangkap di Aceh Selatan, kini telah dilepasliarkan kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Foto: Dok. Istimewa
"Pernah pipi gue dielus dan pernah juga ngeliat cewek pakai kemben kebaya diri di sebelah gue lengkap dengan pakaian Jawa. Cuma yaudah biarin aja," tambahnya.
Harley pun menambahkan kalau dirinya lebih takut berhadapan dengan Harimau Sumatera.
"Yang bikin deg-degan itu kalau ketemu Harimau Sumatera, bukan hantu-hantuan. Walaupun gue yakin kalau Harimau Sumatera juga tidak akan menyerang kalau tidak merasa terancam," ungkap Harley.

Selama pandemi ini bagaimana pendakian gunung di Indonesia?

com-Ilustrasi seseorang mendaki gunung Foto: Shutterstock
"Ini menarik, pengelola sudah menerapkan booking online. Jadinya jumlah pendaki akan semakin terpantau, mulai dari jenis kelamin, umur, dan pekerjaannya," jelas Harley.
ADVERTISEMENT
"Tentu ini jadi sisi positifnya, karena booking online memudahkan pengelola untuk memantau jika terjadi kecelakaan. Jadi pengelola tahu apa yang harus dilakukan jika salah satu pendaki mengalami kejadian yang tidak diinginkan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu saja, selama pembatasan pengelola-pengelola gunung juga menghitung kembali daya dukung dan daya tampung, mulai dari jalur pendakian hingga tempat untuk membuka tenda.
Hal tersebut dilakukan terkait kelestarian alam, supaya pendaki tidak membeludak dan bisa mengganggu satwa-satwa liar di sana.
"Para pengelola juga melakukan perbaikan jalur pendakian, pembuatan fasilitas untuk keamanan, kenyamanan, dan keselamatan pendaki, yang di mana dalam masa pandemi pengelola sudah menyiapkan itu," ujar Harley.

Apa kiat-kiat untuk para pendaki pemula?

Menurutnya mendaki bukan sekadar naik gunung saja. Harus ada persiapan yang dilakukan sebelum mendaki.
ADVERTISEMENT
"Naik gunung bukan sekadar kuy naik. Bukan berarti lu enggak siap dan langsung naik, tapi tetap harus menyiapkan segala sesuatunya," kata Harley.
Menurutnya, para pendaki harus melakukan riset terlebih dahulu. Mulai dari mencari tahu ketinggian, medan pendakian, karakter trekking dan gunungnya, hingga dimulai dari titik mana kamu mendaki.
Pendaki gunung Foto: Shutter Stock
"Kita harus tahu ketinggian gunungnya karena semakin tinggi maka oksigen juga semakin tipis. Kita harus tahu dari mana mulai awal pendakiannya apakah dari titik 0. Medannya harus tahu, karakter gunungnya seperti apa" ujar Harley.
Jadi bukan hanya sekadar mengetahui tinggi dari gunung yang akan didaki, melainkan juga karakter masing-masing medan pendakian gunungnya seperti apa.
Karena semua itu akan membantu dalam proses mempersiapkan peralatan yang akan dibawa untuk mendaki.
ADVERTISEMENT
"Karena tahu medan dan karakter pasti perlengkapannya ada perbedaan. Jadi itu yang harus diketahui. Istilahnya kalau saya bilang harus selalu riset sebelum berangkat," ucap Harley.
Menurutnya, intinya tetap pada di persiapan dan kesiapan para pendaki. Mulai dari pengetahuan, perlengkapan, fisik, mental, dan logistik. Karena tidak akan ada petualangan, termasuk pendakian gunung yang bisa dilakukan tanpa persiapan.

Apa pesan untuk para pendaki gunung setelah dilonggarkannya peraturan?

Ilustrasi pendakian Gunung Rinjani, Lombok. Foto: Shutter Stock
Saat mendaki bukan hanya kita yang harus dilindungi, tapi alam dan masyarakat sekitar juga harus dilindungi. Ketika kita hadir di alam pasti kita meninggalkan jejak, meskipun hanya sekadar jejak kaki.
"Apalagi sampah, vandalisme, bikin jalur yang enggak perlu, mengganggu satwa dan lain-lain. Mendaki itu banyak efek alam yang harus kita pikirkan dan jaga," kata Harley.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengatakan semakin banyak gunung yang pernah kamu daki, seharusnya para pendaki semakin bijak, cerdas, dan bertanggung jawab.
"Ketika pendakian sudah mulai dibuka, pesan gue cuma ayo dateng ikut aturan yang sudah berlaku. Tetap jadi pendaki yang cerdas, bijak, dan bertanggung jawab," pungkas Harley.