Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, Bertahan saat Pandemi COVID-19
26 Desember 2021 15:11 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bagi para pengrajin di Kampung Batik Giriloyo, pandemi COVID-19 adalah salah satu cobaan terberat saat itu.
"Di sini enggak ada pembuatan sama sekali, bahkan pelaku wisata pun enggak ada yang datang," kata Ibu Nurjanah, yang merupakan salah satu pengrajin batik, sekaligus pengurus di Kampung Batik Giriloyo.
Selama 1,5 tahun, Kampung Batik Giriloyo lumpuh total, selama itu juga para pengrajin batik harus pintar-pintar untuk mencari uang demi menyambung hidup.
"1,5 tahun itu kami lumpuh total, enggak ada pemasukan sama sekali," ungkap bu Nurjanah.
Namun, dengan kasus COVID-19 di Indonesia yang terus menurun, Kampung Batik Giriloyo pun perlahan bangkit dari keterpurukan yang sempat dialaminya.
"Untungnya 5 bulan terakhir sudah mulai ada, biarpun enggak bisa balik modal, yang penting ada yang beli dan tetap bisa menyambung hidup," tambah ibu Nurjanah.
ADVERTISEMENT
Ibu Nurjanah pun menambahkan bawah di bulan November lalu, sudah ada banyak rombongan wisatawan yang datang ke sini untuk belajar membatik.
"Bulan kemarin itu Alhamdulillah. Ada wisatawan dengan jumlah yang cukup besar, mulai dari 270 orang, 80 orang, dan 550 orang," kata Ibu Nurjanah.
Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, yaitu pada tahun 2019, Kampung Batik Giriloyo menerima 28 ribu wisatawan per tahunnya.
"Ini sejak pandemi turun sekitar 90 persen, untuk tahun ini belum bisa dihitung dan saya juga kurang paham infonya," tambah Ibu Nurjanah.
Cara Para Pengrajin Batik di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, Bertahan di Pandemi COVID-19
Meskipun showroom yang berada di Kampung Batik Giriloyo saat pandemi tutup, namun para pengrajin tidak putus asa. Ternyata di saat pandemi, mereka masih menjajakan batiknya melalui penjualan online, meskipun hasilnya tidak sebesar jika tidak ada pandemi.
ADVERTISEMENT
"Waktu pandemi itu masih berusaha untuk jualan online. Mungkin per hari bisa menjual sekitar 1-5 potong batik. Alhamdulillah bisa untuk menyambung kebutuhan sehari-hari," kata Ibu Nurjanah.
Berbeda dengan Ibu Siti Aminah, yang harus putar otak supaya bisa memenuhi kebutuhannya selama pandemi.
"Kalau saya, waktu pandemi itu inisiatif saja tetap membuat batik. Dengan harapan semoga esok hari batik yang saya buat bisa terjual," kata Ibu Siti Aminah, pengrajin batik.
Ketika ditanya tentang libur Natal dan Tahun Baru (nataru), pihak dari Kampung Batik Giriloyo pun berharap bisa makin banyak wisatawan yang semangat untuk belajar batik di sana.