Cerita Pendiri Backpacker Korea, Bangun Bisnis dari Nol-Bertahan di Era Pandemi

11 April 2023 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Traveler berlibur ke Korea bersama Backpacker Korea. Foto: Dok. Backpacker Korea
zoom-in-whitePerbesar
Traveler berlibur ke Korea bersama Backpacker Korea. Foto: Dok. Backpacker Korea
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korea Selatan tak bisa dipungkiri memang masih menjadi magnet bagi wisatawan Indonesia untuk terus berkunjung ke sana. Berkat K-Pop dan K-drama, bahkan setiap tahunnya semakin banyak orang yang berkunjung ke Korea, demi melihat keindahan Negeri Ginseng.
ADVERTISEMENT
Tak heran dengan semakin menjamurnya wisatawan yang ke Korea Selatan, menjadikan peluang bisnis tour dan travel juga semakin terbuka. Hal ini juga yang membuat womanpreneur Nathania Astria yang melihat peluang bisnis menjanjikan dari tren ini. Alhasil, ia mendirikan 'Backpacker Korea' sebagai jasa land tour dan private tour dengan konsep backpacker sejak 2013 silam.
Backpacker Korea didirikan bermula dari hobi traveling Nathania Astria, yang sering menyusun itinerary anti-mainstream pribadi yang dipakai untuk jalan-jalan sendiri. Kemudian, ia mulai mengajak teman-teman untuk ikutan trip anti-mainstream yang disusunnya. Di luar dugaan, respons permintaan trip anti-mainstream cukup bagus, sehingga muncul ide-ide untuk merambah menjadi peluang bisnis trip anti-mainstream dan mulai mendirikan Backpacker Korea.
Traveler berlibur ke Korea bersama Backpacker Korea. Foto: Dok. Backpacker Korea
"Berbeda dengan trip pada umumnya, destinasi yang disusun Backpacker Korea juga bukan menyasar ke tempat tujuan sejuta umat, kulinernya pun benar-benar kuliner hidden gems khas Korea yang tidak banyak turis tahu," ujar Nathania, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah enam tahun Backpacker Korea semakin membesar dan banyak loyal customer, pada tahun 2020 mereka mengalami tantangan yang cukup besar akibat pandemi. Sebab, pada masa pandemi semua penerbangan dibatasi, hingga dihentikan sementara.
Ditambah Korea Selatan dan negara-negara lainnya juga menutup border, serta semua perjalanan ke Korea harus terhenti selama dua tahun tiga bulan. Begitu pun juga dengan Backpacker Korea yang sempat menutup kantor untuk mengurangi biaya operasional. Kebijakan manajemen kas pun harus dirombak untuk mempertahankan bisnis, agar tetap berdiri.
Tempat wisata di Korea Selatan Foto: Shutterstock
"Pandemi COVID-19 membuat bisnis di bidang pariwisata menurun, tapi saya tidak pantang menyerah dan tidak mau menyerah dengan keadaan. Agar tetap bertahan, saya mengubah strategi bisnis selama masa pandemi," tutur wanita yang akrab disapa Nia tersebut.
ADVERTISEMENT
Nia mengubah cara pemasaran dan mencari peluang bisnis lain selama pandemi dengan berbekal pengalaman mengkurasi kuliner hidden gems Korea, dengan menjual makanan dan masakan Korea, demi membayar gaji pegawai, serta biaya operational lainnya selama masa pandemi. Tidak terduga dua tahun lebih masa sulit, perlahan mulai berlalu, pertengahan tahun 2022 muncul kabar baik Korea sudah mulai kembali membuka border.
Permintaan trip Korea kembali membludak, banyak customer lama dan baru mempercayakan perjalanan travel Korea kepada Backpacker Korea, baik Group Private maupun Group Series (Open Trip). Selain itu, Backpacker Korea memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tour travel lainnya, yang biasanya 1 grup tour berjumlah 35-40 orang, tetapi di Backpacker Korea 1 group maksimal hanya berjumlah 15 orang, sehingga customer bisa lebih nyaman dan lebih private dalam melakukan perjalanan liburannya.
ADVERTISEMENT
"Kepercayaan customer adalah hal penting bagi saya. Dalam menjalani bisnis ini, sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak mengecewakan customer dan selalu maksimal dalam melayani customer. Bagi saya, para customer memiliki pengaruh dari mulut ke mulut, karena tak jarang saya justru mendapatkan customer baru berdasarkan dari rekomendasi customer-customer sebelumnya. Customer itu adalah marketing saya, jadi penting sekali untuk menjaga kepercayaan mereka," pungkas Nia.