Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Cerita Pulau Janda di Kamboja, Saksi Bisu Kejamnya Pasukan Khmer Merah
30 Agustus 2022 7:02 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Khmer Rouge atau Khmer Merah merupakan sebuah gerakan militer berideologi komunis, yang pernah memerintah Kamboja pada tahun 1975-1979. Rezim tersebut tercatat sebagai fase paling berdarah di Asia Tenggara, karena diperkirakan merenggut nyawa sekitar 2 juta orang.
ADVERTISEMENT
Rezim yang dipimpin oleh Pol Pot, itu berupaya membawa Kamboja kembali ke Abad Pertengahan, dan memaksa jutaan orang dari kota untuk bekerja di pertanian komunal di pedesaan. Meski Khmer Merah telah runtuh pada 1979, nyatanya ada banyak cerita pilu di balik rezim yang pernah berkuasa di Kamboja tersebut, seperti halnya sebuah pulau satu ini.
Kisah pilu itu tersimpan di sebuah pulau indah bernama Koh Ksach Tonlea, yang terletak sekitar 30 km dari Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh. Pulau yang tenang, lengkap dengan pasir putih yang lembut, serta pemandangan laut lepas yang indah ini nyatanya memiliki cerita yang cukup memilukan.
Di balik keindahannya, pulau ini menjadi saksi bisu kejamnya pasukan Khmer Merah. Hal itupun diungkapkan oleh salah seorang penduduk pulau bernama Ech Mok.
Pria yang berprofesi sebagai pembuat kapal ini mengatakan, Pulau Koh ksach Tonlea memiliki nama lain, yaitu Koh Memay yang berarti Widow Island atau Pulau Janda.
ADVERTISEMENT
"Selama rezim Khmer Merah, pulau ini adalah tempat Khmer Merah menyimpan istri para korban laki-laki yang terbunuh,” ujar Mok, seperti dilansir Khmer Times.
“Tidak banyak orang yang tahu tentang ini. Salah satu dari wanita itu adalah mendiang ibuku,” lanjutnya.
Pria berusia 51 tahun itu mengatakan bahwa ada banyak wanita atau janda yang masih hidup, dan menceritakan kenangan akan suami-suami mereka yang tak pernah pulang saat perang berkecamuk.
Kebanyakan dari cerita mereka adalah cerita-cerita menyedihkan, penuh caci maki, dan kehilangan yang besar.
Pulau yang Dihuni Para Janda Korban Perang
Saat ditanya berapa janda yang disimpan di pulau tersebut saat rezim Khmer Merah berkuasa, Mok mengungkapkan tak ada jumlah pasti.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, ada desas-desus bahwa korbannya mencapai ratusan. Namun, ada juga yang menyebut korbannya mencapai ribuan.
Semua perempuan yang tinggal di Koh Ksach Tonlea adalah wanita yang ditinggalkan suaminya, korban pelecehan seksual, dan pernah beberapa kali diculik.
Singkatnya, mereka semua pernah berada dalam keadaan yang sangat sulit.
Meski punya sejarah yang kelam, Mok mengatakan bahwa para penduduk akhirnya bisa bangkit dari keterpurukan. Kini, mereka juga telah menjalani kehidupan dengan layak.
Kebanyakan para penduduk mengandalkan kehidupan mereka dari pertanian. Menariknya, para penduduknya juga menjadikan pulau tersebut sebagai salah satu tujuan wisata bagi turis.
Jadi Spot Wisata untuk Turis
Selain wisata sejarah, keindahan Koh Ksach Tonlea menjadi tempat yang tepat bagi mereka yang ingin berwisata. Adapun, beberapa kegiatan yang ditawarkan di sini, seperti berburu sunset, menikmati pantai, ataupun memancing.
ADVERTISEMENT
Mok menyebut ada beberapa spot di pulau yang menjadi favorit para turis. Sebab, mereka bisa menyaksikan keindahan Pnom Pehn dari pulau tersebut.
Untuk menuju ke sini, traveler bisa berangkat dari Monumen Kemerdekaan, menuju ke selatan di Jalan Nasional 2.
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam dan melewati kota Ta Khmao dan memasuki Distrik Sa'ang, Provinsi Kandal, belok ke Jalan Nasional Nomor 21. Setelah 20 menit lagi, kamu akan mencapai dermaga, di mana kamu dapat naik feri ke Koh Ksach Tonlea.
Kamu direkomendasikan melakukan perjalanan di pagi hari, karena akan disuguhkan pemandangan terbitanya matahari yang eksotis di sungai. Selain itu, di pagi hari kapal feri yang membawamu ke pulau ini juga tidak terlalu ramai.
ADVERTISEMENT
Adapun, biaya naik kapal feri ke Pulau Koh Ksach Tonlea berkisar 1.o00 riel atau sekitar Rp 3.700.
Saat mendekati dermaga kayu di pulau itu, kamu akan bisa membedakan daratan, ketika angin sejuk dan segar menerpa wajahmu. Kamu akan menyaksikan kehidupan para nelayan tangguh yang bekerja di kapal mereka di sekitar sungai, dibingkai oleh pemandangan eksotis yang khas.