Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ketersediaan akomodasi menjadi salah satu kunci penting dalam membangun sektor pariwisata. Hal inilah yang disadari seutuhnya oleh masyarakat Sembalun Lawang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Mereka kini punya pekerjaan sambilan yang hasilnya cukup menjanjikan, yaitu dengan mengelola homestay.
ADVERTISEMENT
Terdapat tujuh homestay yang berada di Sembalun Lawang. Ketujuh homestay tersebut merupakan homestay yang dimiliki dan dikelola langsung oleh warga. Awal mula adanya homestay ini, tidak terlepas dari bantuan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) melalui program Pengembangan Masyarakat pada 2017 lalu.
Saat itu BNI memberikan bantuan material secara cuma-cuma bagi warga Sembalun Lawang yang rumahnya telah di survei dan layak untuk dijadikan homestay. BNI memberikan bantuan renovasi fasat, kamar tidur untuk dipercantik, serta penambahan fasilitas kamar mandi.
Konsep yang diusung BNI adalah live in, sehingga tidak ada sekat antara pemilik homestay dengan tamu yang menginap. Ini akan jadi momen yang seru, sebab tamu bisa berinteraksi langsung dengan warga lokal.
Homestay ini kemudian diberi nama geohomestay, karena Sembalun merupakan bagian dari Gunung Rinjani yang kini menyandang gelar geopark dunia dari UNESCO.
ADVERTISEMENT
Nasrulah, pemilik Nasrul Geohomestay bercerita bahwa sejak ia memutuskan menjadikan rumahnya sebagai homestay, ada banyak manfaat yang dirasakan, terutama dari segi penghasilan.
“Sangat bermanfaat, ternyata ya kalau dari saya yang menjalankan homestay ternyata ya lumayan untuk mendukung perekonomian keluarga,” ungkap Nasrul, kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Nasrul pun kemudian memutuskan untuk mengubah seisi rumahnya menjadi homestay. Di dalam rumah tersebut ada tiga kamar yang bisa disewakan kepada wisatawan.
Satu kamar harganya Rp 150 ribu per malam. Menurut Nasrul, dalam sebulan ia menerima sekitar tiga sampai empat kali kunjungan wisatawan yang memesan langsung ketiga kamar di geohomestay miliknya.
“(Dalam satu bulan) bisa sampai tiga atau empat kali mereka (wisatawan) datang. Kalau sekali datang saja saya berikan satu rumah ini, saya dapatkan Rp 450 ribu dikali tiga atau empat kali mereka datang sudah cukup untuk kebutuhan kami,” tuturnya.
Apalagi sejak Bukit Pergasingan menjadi viral di 2017, geohomestay yang ada di Sembalun Lawang pun ikut meraup berkah.
ADVERTISEMENT
Menurut Nasrul, setiap bulan sekitar 100-an wisatawan datang ke Sembalun Lawang khusus untuk mendaki Bukit Pergasingan yang punya trek ekstreme tersebut. Apalagi letak geohomestay yang ada di Sembalun Lawang sangat strategis, yaitu berada di jalur utama menuju Bukit Pergasingan.
Tak hanya mengandalkan wisatawan yang datang ke bukit tersebut, event-event besar seperti lomba marathon Rinjani 100 beberapa waktu lalu juga menjadi ladang meraup untung bagi pemilik homestay di Sembalun Lawang.
“Waktu Rinjani 100 itu semua geohomestay penuh minta ampun. Semuanya,” kisah Nasrul.
Bahkan, tak hanya pemilik geohomestay yang ketiban berkah, ramainya wisatawan juga menghidupkan warung-warung kelontong milik warga.
Nasrul berharap, ke depan pariwisata di Sembalun bisa makin berkembang dan dikenal hingga ke mancanegara sama seperti Gunung Rinjani. Bahkan, Nasrul juga bermimpi suatu saat ada banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di desa ini.
ADVERTISEMENT
“Semoga pariwisata di Sembalun makin berkembang, di sini aman, damai. Dan semoga ada banyak investor yang tertarik ke sini,” harapnya.