Desa Bersejarah di Gokayama Ini Tak Kalah Indah dari Shirakawa-Go

12 November 2019 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
ADVERTISEMENT
Gokayama menyimpan banyak hal yang bisa dinikmati para wisatawan, baik asing maupun lokal. Hal yang paling terkenal tentu Shirakawa-Go, sebuah kampung yang menjadi warisan budaya dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata Gokayama tak hanya memiliki Shirakawa-Go. Di sana terdapat satu surga tersembunyi lagi, yakni Ainokura Gassho-zukuri Village of Gokayama.
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
Tempat ini juga telah menjadi warisan wisata budaya dari UNESCO. Rumah-rumah kuno dari kayu berwarna cokelat berdiri kokoh dikelilingi oleh rumput berwarna hijau dan bunga warna-warni.
Di musim gugur, udara di sana cukup dingin. Semilir angin yang berembus membuatmu harus memakai jaket yang cukup tebal.
Suasana desa yang asri masih begitu kental, sama seperti Shirakawa-Go yang terlebih dahulu terkenal. Perbedaannya, tempat ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Jadi, tidak terlalu ramai dan kamu bisa leluasa menikmati keindahan alamnya.
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
Perjalanan menuju desa ini pun begitu menyenangkan. Kamu bisa berangkat dari berbagai daerah di Jepang, seperti Tokyo maupun Osaka. Transportasinya, kamu bisa naik bus highway.
ADVERTISEMENT
Pepohonan lebat hingga birunya air sungai bisa kamu nikmati dari dalam bus. Dari pusat kota, kamu hanya butuh waktu sekitar satu jam untuk menuju tempat ini.
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
Guide dari Desa Ainokura, Airi, menjelaskan Ainokura sangat ramai apabila musim dingin tiba. Itu berarti sekitar Desember hingga awal tahun.
Wisatawan dari berbagai negara biasanya memesan rumah-rumah kayu (minshuku) milik warga untuk menikmati musim dingin di Gokayama. Mereka ingin melihat suasana desa yang dingin, tapi tetap menyenangkan.
Atap-atap jerami dari rumah tersebut dipenuhi salju. “Di bulan November seperti sekarang ini, warga mulai memadati atap mereka dengan jerami. Biasanya mereka bergotong royong untuk menyambut wisatawan,” ungkap Airi.
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
Di pagi hari, wisatawan bakal disuguhkan deretan makanan khas Jepang. Tapi, bukan daging-dagingan, lho. Semuanya sayuran yang dipetik dari kebun mereka sendiri. Ada yang dijadikan tempura, ada juga yang disajikan bersama soba hangat.
ADVERTISEMENT
Di malam harinya, para wisatawan bakal merasakan sensasi tidur di atas futon, alas tidur khas Jepang yang sangat hangat.
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
Ada dua spot yang disediakan pihak pengelola untuk menikmati desa ini dari ketinggian. Biasanya, spot ini dijadikan tempat berswafoto maupun update di media sosial.
Di antara bangunan-bangunan yang ada, terdapat satu rumah yang usianya sudah 400 tahun. Tidak direvitalisasi dan tentu kini sudah tidak berpenghuni.
Desa Ainokura Gokayama. Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan
Rumah itu sengaja dibiarkan sebagai bentuk autentifikasi sejarah. Sementara rumah-rumah lain yang dihuni penduduk lokal tentu sudah direnovasi beberapa kali.
Ako, guide lainnya, menjelaskan, Gokayama memiliki potensi wisata yang luar biasa. Apalagi, nantinya, akan dibangun wisata halal untuk mengakomodasi turis dari Asia, seperti Indonesia dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
“Nanti di sini akan semakin ramai,” ungkap Ako.
Jadi, tertarik berlibur di desa anti-mainstream yang ada di Gokayama, Jepang ini?