Desa Ponggok, Dulu Miskin Kini Hasilkan Perdapatan Miliaran Per Tahun

26 April 2018 11:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang menyangka, Desa Ponggok yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini dulunya masuk dalam daftar desa termiskin se-Provinsi Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan, pengangguran hingga rendahnya tingkat pendidikan jadi sebab Desa Ponggok tertinggal dari desa-desa yang ada di wilayah tersebut.
Sebaliknya, kini Desa Ponggok menjadi desa dengan pendapatan miliaran pertahunnya. Hal tersebut tak lepas dari kegigihan Junaedi Mulyono, Kepala Desa Ponggok yang mengelola dana desa dari pemerintah dengan baik.
Junaedi sudah menjadi Kepala Desa Ponggok sejak tahun 2006. Sebelum dia menjabat, pendapatan Desa Ponggok di tahun 2005 hanya Rp 80 juta per tahun. Di tahun 2006 pendapatan meningkat menjadi Rp 120 juta.
"Pendapatan desa terus meningkat setiap tahunnya, terakhir tahun 2017 pendapat Desa Ponggok mencapai Rp3,9 miliar," ucap Junaedi saat ditemui kumparan (kumparan.com) di kediamannya pada Kamis (21/4).
Pendapat Desa Ponggok (Foto: Dok. Junaedi Mulyono)
Junaedi mengatakan dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat ke Desa Ponggok setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dana Desa Ponggok pada tahun 2015 sebesar Rp 277 juta dialokasikan untuk membangun infrastruktur dasar, seperti jalan desa, sanitasi, hingga MCK sebanyak 50 unit.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga untuk membangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ponggok, Tirta Mandiri. BUMDes tersebut sudah mampu meraup keuntungan hingga miliaran pertahun. Perlu diketahui, BUMDes dibentuk sebagai salah satu syarat penyaluran dana desa.
"BUMDes ini gunanya untuk mengelola sektor keuangan dan sektor real yang mana mampu mendorong di sektor keuangan yang ada di desa ini. Pertanian peternakan perikanan UKM itu bisa dikelola dengan baik oleh BUMDes," ujar Junaedi.
Selain mengelola sektor keuangan, BUMDes juga jadi perangkat yang mengatur sektor pariwisata yang ada di Desa Ponggok. Satu di antaranya ialah Umbul Ponggok. Umbul atau mata air yang populer di media sosial ini setiap bulannya dikunjungi oleh lebih dari 30 ribu wisatawan.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa kendala, dalam upayanya memajukan Desa Ponggok Junaedi mengaku kesulitan terbesar yang ia hadapi datang dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang kompeten di bidangnya.
"SDM dengan mindset dalam tanda kutip ya kita hidup di desa. Ini harus kita ubah pola mindset-nya dari mulai pertanian, perikanan, UKM dan lain-lain supaya pengelolaan ini bisa maksimal," ujar Junaedi.
Bapak Kades Junaedi Mulyono (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
Junaedi getol memberikan pelatihan-pelatihan, studi banding juga program satu rumah satu mahasiswa untuk meningkatkan skill masyarakat yang nantinya dapat bermanfaat untuk pembangunan desa.
"SDM yang ada di desa ini coba ditingkatkan dengan banyak-banyak pelatihan, study banding, ikut seminar, ikut pameran, ini akan mendorong peningkatan SDM di mana SDM-SDM ini benar-benar kita berdayakan untuk kemajuan masyarakat di desa," tambah Junaedi.
ADVERTISEMENT
Junaedi percaya, kemajuan dan kesuksesaan Desa Ponggok tidak lepas dari keterlibatan masyarakat juga transparansi dana desa yang dikelola oleh BUMDes.
Berkunjung ke Desa Wisata Ponggok (Foto: Lolita Claudia/kumparan)