Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Keberhasilan pariwisata tak hanya bisa dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan asing setiap tahunnya. Lebih dari itu, kualitas pariwisata juga diukur dari lama tinggal dan besarnya pengeluaran wisatawan dalam sekali kunjungan.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kualitas inilah yang akan menjadi fokus utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf ) dalam lima tahun ke depan.
“Kalau bicara grand design, bagaimana meningkatkan kualitas wisatawan itu lebih penting. Sehingga spending mereka lebih tinggi,” ujar Menparekraf Wishnutama Kusubandio, usai Rapat Koordinasi Indonesia Maju di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Rabu (13/11).
Menurut Tama, sapaan akrab Wishnutama, saat ini pengeluaran wisatawan asing ketika berlibur ke Indonesia tercatat sekitar 1.220 dolar Amerika Serikat AS atau sekitar Rp 17 juta per kunjungan. Angka ini jauh di bawah jumlah pengeluaran wisatawan saat liburan ke New Zealand yang tercatat sekitar 5.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 70 juta per kunjungan.
Padahal jumlah kunjungan wisatawan New Zealand hanya berkisar 4 juta orang. Sangat jauh bila dibandingkan jumlah wisawatan Indonesia yang menyentuh 18 juta orang.
ADVERTISEMENT
“Apakah wisatawan bisa mendatangkan devisa, itu yang penting. Datangnya wisatawan dapat memberikan manfaat. Itu yang penting. Itu yang akan kita tingkatkan,” ujarnya.
Salah satu kiat yang akan dilakukan Tama, yaitu dengan menggelontorkan semua potensi ekonomi kreatif. Semua sektor ekraf, seperti kriya, fashion, kuliner, konten, hingga film yang dikelola dengan baik dipercaya bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Bahkan kolaborasi pariwisata dengan ekraf juga bisa memberikan stimulus agar spending wisatawan lebih meningkat.
Kiat kedua yang disiapkan Tama, yakni dengan memperbanyak jumlah penerbangan internasional. Menurut Tama saat ini mayoritas bandara yang ada di Indonesia masih memiliki landasan pacu yang pendek. Akibatnya, penerbangan jarak jauh belum terakomodir dengan maksimal. Padahal dengan jika banyak penerbangan internasional yang masuk, hal tersebut juga bisa meningkatkan kualitas wisatawan.
“Menambah landasan pacu yang bisa menerima pesawat long haul. Itu bagian strategi. Wisatawan terbang jauh pasti spendingnya lebih besar, karena stay di sini lebih lama. Dengan membangun airport yang bagus, yang memadai maka dapat mengundang wisatawan lebih jauh lagi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lalu jika kualitas wisatawan meningkat, apa dampaknya bagi pariwisata Indonesia ?
Tama menjelaskan, dengan meningkatkan kualitas wisatawan maka dampak negatif pada pariwisata Indonesia bisa ditekan.
“Misalnya sampah. Pariwisata premium karena wisatawannya berkualitas, dia enggak akan merusak budaya kita,” tutupnya.