Erik Sukardi, Dulu Perusak Terumbu Karang, Kini Pelindung Tidung Kecil

27 Mei 2018 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Tidung (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Tidung (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pulau Tidung menjelma menjadi pulau dengan terumbu karang terbaik kedua di Indonesia setelah Papua. Kondisinya yang dulu rusak parah berangsur membaik seiring waktu dan perjuangan masyarakat yang bahu membahu dengan pemerintah lewat konservasi yang didirikan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Erik Sukardi, pria yang lahir pada 20 Juli 1968 silam itu adalah salah satu saksi dari perubahan Pulau Tidung. Tak hanya jadi saksi, ia menjadi pelopor budidaya terumbu karang di pulau ini.
Erik Sukardi (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Erik Sukardi (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
Pada kumparanTRAVEL Erik menuturkan, bahwa rasa peduli yang membuat ia belajar untuk membudidayakan terumbu karang. "Niat awalnya peduli, apapun bentuknya kalo semua orang punya peduli dia akan lakukan segala sesuatu tanpa harus dilihat orang lain," katanya.
Rasa peduli ini ternyata awalnya muncul karena ketidaksengajaan. Erik yang dulunya hanyalah seorang nelayan bercerita, bahwa ia mulai peduli setelah melihat dampak kerusakan terumbu karang yang dilakukan. Ia menuturkan bahwa dirinya dulu adalah salah satu pelaku perusak terumbu karang.
ADVERTISEMENT
"Saya dulunya nelayan, saya cari makan yang cukup buat makan. Awalnya saya cari ikan di satu tempat dan tangkap hasilnya lumayan. Besoknya saya ke situ lagi, hasilnya berkurang, besoknya lagi berkurang," cerita Erik.
Karena hasil ikan yang semakin berkurang, tanpa pikir panjang Erik mulai merusak karang untuk mendapatkan ikan. Ia pun memilih langkah menginjak karang untuk memicu ikan-ikan keluar dari tempat persembunyiannya.
"Besoknya saya injak karangnya, ikannya lari, lalu saya jaring. Nah, sebulan kemudian saya ke situ lagi udah enggak ada ikannya. Saya pikir, kalau begini semua nanti saya enggak dapat apa-apa, karena yang didapat enggak seberapa dan yang hancur lebih banyak. Dari situ, saya pikir saya harus kembalikan semuanya lagi," tuturnya.
Pulau Tidung Kecil, pusat budidaya dan konservasi (Foto: Dok. Konservasi Terumbu Karang Tidung)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Tidung Kecil, pusat budidaya dan konservasi (Foto: Dok. Konservasi Terumbu Karang Tidung)
Dari kejadian tersebut, mulai tahun 2003, Erik Sukardi memulai kebiasaan melakukan transplantasi terumbu karang. Dimulai dari menangkap ikan secara tradisional dan mencoba menanam terumbu karang untuk 'menebus' kesalahannya, ternyata pada akhirnya ia jatuh cinta dengan terumbu karang.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya saya jadi senang, karena dia juga kan makhluk hidup, harus dirawat. Misalnya lagi ada waktu kosong, ya saya ngerjain. Kata orang buat apa gitu enggak ada duitnya, tapi saya bilang enggak apa-apa," katanya.
Belajar menanam terumbu karang secara otodidak, Erik akhirnya mampu membuat kawasan terumbu karang Tidung sehat kembali. Pulau Tidung Kecil yang menjadi 'lahan bermainnya' kini telah memiliki kebun terumbu karang yang didominasi jenis Arcopora seluas 2,5 hektare.
Pulau Tidung (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Tidung (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Karya terumbu karang ini juga dapat kamu saksikan saat melewati Jembatan Cinta, yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Karena di sisi kiri, kanan, dan di bawah jembatan terdapat kebun karang yang telah ditata dengan rapi.
ADVERTISEMENT
Menariknya, dengan keberadaan terumbu karang ini, dari Jembatan Cinta kamu bisa melihat ikan-ikan yang bermain di sekitar terumbu karang tersebut. Apalagi saat ini alas berjalan jembatan berwarna merah muda tersebut tak hanya kayu dan beton saja, tetapi juga diselingi kaca transparan.
Selain mulai menanam terumbu karang, Erik bersama dengan teman-teman dari konservasinya mencoba melarang pengambilan terumbu karang pada warga. Ia menuturkan, bahwa terumbu karang merupakan salah satu biota esensial di laut yang pasti akan mengurangi jumlah pendapatan nelayan jika dirusak.
"Terumbu karang itu sumber kehidupan, terumbu karang itu rumahnya ikan. Kalau seandainya rumahnya diganggu, tentu ikannya akan lari, dia tidak akan berkembang biak, jangankan bertelur, mau kawin aja dia susah.Sekarang saya juga buat pelampung untuk nelayan agar tidak buang jangkar. Jadi saat mau menjaring ikan, tinggal ikat kapal di pelampung," pungkasnya.
Konservasi Terumbu Karang Pulau Tidung (Foto: Dok. Konservasi Terumbu Karang Tidung)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi Terumbu Karang Pulau Tidung (Foto: Dok. Konservasi Terumbu Karang Tidung)
Dari seorang nelayan yang hanya lulusan SMP, Erik Sukardi membuktikan niatnya untuk membangun wisata advokasi di Tidung Kecil. Ia mulai membudidayakan karang dengan membiakkannya lewat substrat (media tanam terumbu karang). Setiap tamu yang datang ia tawari kegiatan menanam terumbu karang.
ADVERTISEMENT
"Hari itu harganya masih murah, masih Rp 10 ribu, dan sekarang saya punya ribuan substrat, harganya jadi Rp 25 ribu untuk satu subtrat. Setiap ada tamu saya kasih tahu bahwa ada karang yang bisa ditanam," ujarnya.
Konservasi ini dipimpin oleh Erik Sukardi (Foto: Dok. Konservasi Terumbu Karang Tidung)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi ini dipimpin oleh Erik Sukardi (Foto: Dok. Konservasi Terumbu Karang Tidung)
Meski sempat dijuluki orang gila karena melakukan pekerjaan yang 'tidak ada duitnya', ia tidak menyerah. Sekarang Erik sudah bekerja di bangku pemerintahan, bekerja untuk merawat terumbu karang lewat konservasi terumbu karang di Pulau Tidung Kecil.
Sampai saat ini, ia merasa senang dengan pekerjaannya, karena bukan sekadar bekerja, tetapi karena dirinya mampu memiliki kenangan indah dengan alam.