Esai Foto: Potensi Ekonomi Biru Kepingan Surga Kalimantan Timur

25 Januari 2025 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung menyelam di kedalaman kawasan Goa Halo Tabung, Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung menyelam di kedalaman kawasan Goa Halo Tabung, Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Dua orang pengunjung berjalan di depan tulisan Pulau Maratua di Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang pengunjung berjalan di depan tulisan Pulau Maratua di Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Kekaguman Ismail Marzuki atas tanah airnya, Indonesia, tertuangkan dalam sebuah lagu berjudul Rayuan Pulau Kelapa.
ADVERTISEMENT
Meski berada di garis terluar Indonesia, pulau bernama Maratua nyatanya memiliki daya pikat seperti yang tergambarkan dalam lagu karya Ismail Marzuki itu.
Sejumlah penari Dalling berpose usai menyambut kedatangan pengunjung yang tiba di Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Hamparan pasir putih, hutan mangrove, hutan tropis, danau air tawar, perairan laut yang kaya biota laut, serta kawasan karst dengan gua di dalamnya berpadu jadi satu. Tak salah bagi siapa yang pernah datang ke pulau seluas 384,36 kilometer persegi itu menyebut Maratua bak kepingan surga di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Foto udara hamparan Pulau Maratua. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Kekayaan-kekayaan alam itu dapat dinikmati di sejumlah tempat di Maratua, seperti Derawan, Teluk Harapan, Teluk Alulu, Danau Haji Buang, dan Laguna Kehe Daing.
Sejumlah anak membaca buku koleksi dari perpustakaan keliling di Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Tak hanya alam yang sangat kaya, budaya masyarakat yang di dalamnya pun memiliki daya pikat yang tak kalah. Sekitar 5.000 penduduknya yang mayoritasnya merupakan Suku Bajo telah turun temurun menghuni wilayah yang terapit perairan seluas 3.735,18 kilometer persegi yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Filipina.
Perajin menunjukkan liontin kalung berbahan dasar batok kelapa di Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Kehidupan sebagai nelayan yang merupakan jalan hidup orang-orang Bajo membentuk kearifan lokal tersendiri yang menarik untuk diselami.
ADVERTISEMENT
Pengunjung berada di dalam Goa Kabok di Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Selain manusia, harmoni alam pun ditunjukkan dengan banyaknya penyu yang menetaskan telur-telurnya di Maratua, khususnya Pulau Sangalaki dengan menjaga kelestarian penyu dari praktik perburuan liar. Oleh karena itu, konservasi tersebut juga diupayakan melalui penetesan telur-telur penyu untuk selanjutnya tukik-tukik penyu itu dilepasliarkan ke laut bebas.
Foto udara Laguna Kehe Daing, Pulau Kakaban, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Melihat daya tarik tersebut, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) ingin mengembangkan wisata berkelanjutan di Maratua. YKAN berupaya melalui pendampingan Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) setempat mengembangkan konsep Ekonomi Biru pada pariwisata di Maratua.
Sejumlah wisatawan mancanegara melihat penyu yang akan dilepasliarkan di Pulau Sangalaki, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Konsep tersebut menekankan pembangunan  ekonomi berkelanjutan untuk memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal yang berdaya saing tinggi dengan tetap memperhatikan keberlangsungan ekosistem laut.
Wisatawan mancanegara melihat penyu yang akan dilepasliarkan di Pulau Sangalaki, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Ditunjukkan juga oleh Sablon, panggilan akrab dari Hadianto, mantan nelayan Kampung Harapan itu banting setir untuk memanfaatkan batok kelapa yang disulap menjadi liontin kalung berbentuk biota laut seperti penyu dan pari manta yang saat ini sudah menembus pasar Republik Ceko.
Pengunjung mendayung perahu saat berkunjung di Laguna Kehe Daing, Pulau Kakaban, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
YKAN bersama Komunitas Maratua Peduli Lingkungan (KMPL) mengajak wisatawan lokal maupun mancanegara untuk terus bergerak melestarikan dan rehabilitasi terumbu karang, serta menjaga kebersihan pantai dari sampah-sampah kiriman yang tersapu ombak.
Pegiat alam mengecek konservasi terumbu karang di Pratasaba Resor, Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Perlahan tapi pasti, upaya optimalisasi ekonomi biru yang sudah terjalin sejak beberapa tahun terakhir semakin tampak. Menurut Penjabat Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, jumlah wisatawan di Maratua terus meningkat. Tercatat, dari tahun 2021 (masa COVID-19) tercatat 4.900 pengunjung, pada tahun 2022 meningkat menjadi sekitar 6.000 orang. Bahkan, pada tahun 2023 wisatawan melonjak lebih 19.700 orang.
ADVERTISEMENT