Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu tujuan wisata andalan wisatawan dunia, Venesia sering kali dibanjiri turis. Saking populernya, Kota Gondola itu bahkan mesti mengalami overtourism selama beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Karena kesulitan, pemerintah setempat bahkan mengenakan pajak masuk bagi wisatawan, termasuk bagi daytripper (traveler yang hanya jalan-jalan sehari tanpa menginap). Kapal pesiar yang biasa mampir di Venesia pun dialihkan rutenya.
Sayang, selama empat bulan belakangan, Venesia bukannya berhasil mengurangi jumlah turis, tapi justru kehilangan turis. November 2019 lalu, Venesia dihantam ombak setinggi 1,87 meter.
Ombak tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1966 yang mencapai 1,94 meter. Seperti belum cukup, Venesia kena imbas virus corona yang menghantui Italia.
ADVERTISEMENT
Karnival Venesia yang sudah menjadi tradisi tahunan bahkan dibatalkan untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 yang lebih luas. Dilansir New York Times, sejak November lalu, pariwisata Venesia diperkirakan telah kehilangan 800 juta Euro atau sekitar Rp 12,6 triliun.
Ketua Associazione Venezia Albergatori, sebuah asosiasi pemilik hotel lokal bernama Vittorio Bonacini, mengatakan bahwa sejak virus corona mewabah pada 21 Februari lalu, hotel-hotel di Venesia telah kehilangan hampir 70 persen wisman. Sekitar 50 persen pemesanan dibatalkan pada minggu lalu.
"Situasinya dramatis bagi industri ini," katanya seperti diberitakan New York Times.
Destinasi wisata ternama dan populer di Venesia yang terbiasa padat jadi sepi, termasuk alun-alun St. Mark's.
"Rasanya seperti salah satu film zombie yang didalamnya ada satu orang berjalan di tengah New York yang kosong," kata Matteo Secchi, seorang resepsionis hotel. Dia mengatakan turis yang takut virus ini membatalkan reservasi mereka hingga April.
ADVERTISEMENT
Venesia sendiri sebenarnya bukanlah pusat penyebaran virus corona. Kota itu bahkan tidak ditutup untuk turis. Sangat berbeda dengan Milan yang memang ditutup dan diisolasi.
Bahkan banyak maskapai memilih untuk tak terbang ke sana, Delta dan American Airlines adalah dua di antaranya. "Kita mungkin bisa menangani kondisi seperti ini selama satu bulan, tapi jika terjadi berlarut-larut, orang-orang akan menganggur," ujar Secchi lagi.
Terlebih selama ini Venesia hanya menggantungkan pendapatannya pada pariwisata. Tidak seperti Milan dan Roma yang tetap memiliki pendapatan lain di luar itu.
"Selama berabad-abad, kami mempertaruhkan segalanya pada pariwisata massal," kata Ussardi, salah seorang aktivis masyarakat. "Kami benar-benar perlu memikirkan kembali itu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT