Foto: Merawat Songket Silungkang

11 Februari 2021 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang perajin memintal benang sebelum ditenun mnejadi kain Songket Silungkang. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang perajin memintal benang sebelum ditenun mnejadi kain Songket Silungkang. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Silungkang, sebuah nagari atau desa di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, berlokasi sekitar 79 kilometer dari Kota Padang. Mayoritas penduduk di desa ini adalah petani padi dan palawija. Dahulu hasil pertanian di desa itu dipasarkan hingga ke provinsi lain bahkan sampai ke Malaysia.
ADVERTISEMENT
Sekitar abad ke-19, ketika sejumlah petani memasarkan hasil pertaniannya ke daerah Pahang, mereka tertarik pada tenun songket yang ada di sana. Saking tertariknya, mereka membawa pulang ke Silungkang dan membuat tenun songket sendiri.
Perajin melakukan proses menghani yakni pembuatan benang lungsi untuk kebutuhan tenun. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
Tenun songket awalnya merupakan seni budaya dari daratan negeri China sejak 1.000 tahun yang lalu.
Lalu tenun Songket singgah ke Negeri Siam (Thailand), menyebar ke Semenanjung Malaysia dan Brunei Darussalam kemudian menyeberang ke Pulau Sumatera yakni ke Silungkang, Siak, dan Palembang.
Pekerja mewarnai benang yang akan ditenun menjadi songket Silungkang. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
Tenun Songket Silungkang mengandung nilai-nilai kehidupan di masyarakat. Nilai-nilai itu adalah kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
Ciri khas Songket Silungkang terletak pada corak dan motifnya. Motif Kaluak Paku, Pucuak Rabuang, Itiak Pulang Patang, Bintang, Buruang Merak, Rangkiang dan Buruang Dalam Rimbo menjadi motif yang banyak dibuat oleh perajin.
Perajin menenun kain songket Silungkang. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
Pewarna songket pun diracik dari bahan alami seperti kulit pohon, kulit jengkol, daun gambir bahkan batubara. Pewarna alam tersebut dianggap bisa menghasilkan songket yang berkualitas sekaligus meningkatkan harga jual. Tenunan dasar songket Silungkang biasanya berwarna merah tua, hijau tua atau biru tua.
Perajin menenun kain songket Silungkang. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
Meski dibuat dengan peralatan sederhana, keindahan songket Silungkang bernilai jual sangat tinggi. Pedagang menjualnya mulai harga Rp 350 ribu hingga Rp 10 jutaan per helai, tergantung motif dan bahannya.
ADVERTISEMENT
Pemkot Sawahlunto berupaya melestarikan tenun songket Silungkang dengan rutin menggelar Sawahlunto International Songket Carnival (SISCA) setiap tahunnya dan memasukkannya ke kalender agenda nasional.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.