Gamplong Studio, Lokasi Syuting yang Jadi Destinasi Wisata Populer di Yogyakarta

9 Desember 2020 8:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa Wisata Gamplong, Yogyakarta  Foto: ocika karodina
zoom-in-whitePerbesar
Desa Wisata Gamplong, Yogyakarta Foto: ocika karodina
ADVERTISEMENT
Yogyakarta memiliki banyak lokasi wisata menarik untuk dikunjungi. Mulai dari wisata budaya hingga desa wisata ada di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satu destinasi wisata yang tengah menjadi sorotan adalah Desa Wisata Gamplong yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Desa wisata Gamplong atau yang populer dengan Gamplong studio ini mulai dikenal wisatawan sejak kawasan ini dijadikan studio syuting atau proses produksi film yang dibangun oleh sutradara Hanung Bramantyo. Hingga saat ini, ada 15 film karya Hanung Bramantyo, yang dibuat di lokasi tersebut, seperti Bumi Manusia, Sultan Agung, Habibie & Ainun 3, dan baru-baru ini Gatotkaca.
Jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, membuat lokasi wisata ini jauh dari keramaian kota, sehingga wisatawan dapat merasakan kehidupan pedesaan yang asri dan tenang. Melihat potensi pariwisata yang cukup tinggi di Desa Gamplong, pada 2017 Hanung Bramantyo, bersama pemerintah desa setempat sepakat untuk menyulap beberapa kawasan di desa tersebut sebagai studio film.
ADVERTISEMENT
Mereka akhirnya bekerja sama untuk mengubah beberapa hektare tanah kas desa di Gamplong menjadi studio alam pendukung proses pengambilan gambar film kolosal Sultan Agung. Bangunan bernuansa Keraton Mataram menjadi jantung Studio Alam Gamplong.
Ada pula kompleks Kampung Mataram yang dirancang sedemikian rupa untuk menggambarkan kehidupan masyarakat era 1.600-an. Ada rumah-rumah Jawa kuno yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu, lengkap dengan kandang sapi dan gerobak kayu. Ada pula area Kampung Belanda, Kampung Pecinan, serta replika Kali Ciliwung.
Setelah dijadikan lokasi syuting film Sultan Agung The Untold Love Story, studio ini diserahkan sebagai aset daerah oleh Hanung Bramantyo. Kini, wisatawan dapat menikmati nuansa era lampau di area lahan seluas 10 hektare tersebut. Sebelum menjadi lokasi pembuatan film, desa ini dikenal sebagai desa penghasil kerajinan tenun di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sudah hampir 70 tahun, atau sejak tahun 1950, Gamplong dikenal sebagai sentranya kerajinan tenun. Keterampilan menenun yang dimiliki oleh warga setempat ini diperoleh secara turun temurun dari generasi ke generasi lainnya.
Hanung Bramantyo dan pemain film gatot Kaca di Desa Wisata Gamplong, Sleman, Yogyakarta Foto: Hanung Bramantyo
Di sini, wisatawan bisa melihat secara langsung bagaimana terampil dan telatennya warga setempat menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk membuat kain lurik, stagen, dan berbagai kerajinan tenun lainnya. Setidaknya ada 15 toko tenun yang bisa menjadi tujuan wisatawan untuk berbelanja aneka kerajinan tenun. Wisatawan juga bisa sekalian belajar menenun atau merajut bersama ahlinya langsung.
Bukan hanya menjadi lokasi syuting, daya tarik lainnya yang dimiliki tempat ini adalah banyaknya spot instagramable. Spot-spot menarik yang dimiliki oleh Desa Wisata Gamplong adalah hasil dari setting tempat yang digunakan oleh Hanung Bramantyo untuk membuat film Bumi Manusia. Film ini sendiri memiliki latar waktu di era kolonial.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika kawasan desa ini dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang mengusung arsitek ala Eropa, seperti jalanan kota tua, rumah, dan bangunan tua ala kolonial. Bagi kamu para penikmat karya Bumi Manusia versi novel karangan Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia versi filmnya setidaknya memberikan gambaran setting tempat dan waktu yang menjadi latar belakang film tersebut.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).