Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Google: Traveler Banyak Habiskan Waktu Buat Bikin Rencana daripada Traveling
23 November 2023 17:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Setelah era pemulihan efek pandemi dan ‘revenge travel’ mencapai puncaknya pada periode akhir 2021-2022, industri pariwisata saat ini dinilai memasuki tahap relatif tenang dan stabil. Apalagi dengan banyaknya informasi yang beredar di era digital, traveler akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bikin rencana daripada benar-benar pergi traveling.
ADVERTISEMENT
Dalam risetnya yang dipaparkan di acara MarketHub Asia 2023 by Hotelbeds, Google menyebut bahwa 67% responden di Indonesia melakukan pengecekan ulang tentang informasi yang mereka dapatkan tentang sebuah destinasi wisata. Hal ini berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih sulit.
“Ada sekitar 33 traveler touch points di Google sebelum mereka melakukan pemesanan,” kata Travel Client Lead Google Thailand, Chatkamol Supanusonti di hotel Amari Bangkok, Rabu (23/11).
Chatkamol menambahkan bahwa traveler menghabiskan lebih banyak waktu untuk bikin rencana daripada benar-benar melakukan pemesanan dan berwisata. Secara rata-rata, traveler berubah pikiran sebanyak dua kali sebelum mengambil keputusan akhir.
“77 % waktu dipakai untuk bikin rencana, dreaming dan booking,” ujar dia.
Bagaimana teknologi mengubah masa depan travel?
Sudah bukan rahasia lagi bahwa generative artifficial intelligence menjadi alat yang efisien dalam membantu aktivitas dan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu penggunaan AI dalam industri pariwisata diyakini bisa memberikan dampak signifikan dari sisi bisnis untuk memberikan pengalaman yang lebih personal pada konsumen.
ADVERTISEMENT
Menurut Chief Technology Officer Hotelbeds, Paula Falstead, saat ini 53% hotel sudah berinvestasi pada chatbot untuk layanan pelanggan. Maka kualitas data yang dimiliki pemilik bisnis harus komprehensif agar layanan yang diberikan bisa maksimal.
“Kualitas data sangatlah penting. Teknologi, data dan manusia adalah rumus ajaib agar penggunaan AI bisa maksimal,” ujarnya.
Menurut riset Amazon Web Service, generative AI diprediksi bisa menambah 2,6 triliun hingga 4,4 triliun dolar AS ke ekonomi global. Tak seperti kecerdasan buatan tradisional, generative AI fokus pada pengenalan pola atau klasifikasi, dan memproduksi jawaban kreatif dan original yang menyerupai kreativitas manusia.
“Generative AI menggunakan algoritma machine learning, teknik deep learning seperti neural network untuk mempelajari pola dan struktur dari dataset yang sangat besar,” tambah Head of AI and Machine Learning ASEAN AWS Dr. Chomchana Trevai.
ADVERTISEMENT
Dalam risetnya lebih lanjut, Google memprediksi 80% marketing akan menggunakan AI pada 2030. Jadi, para profesional bukanlah berkompetisi dengan AI, tetapi bisnis dan marketer yang menggunakan AI.
“Personalisasi dengan AI bukan pertanyaan soal ‘jika’, tapi ‘kapan’,” tutup Chatkamol.