Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Grebeg Syawal Hingga Perang Topat, Ini 7 Tradisi Unik Saat Lebaran di Indonesia
21 Mei 2020 9:08 WIB

ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia, setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tak hanya disambut dengan suka cita, sebagian besar masyarakat Indonesia menyambut Lebaran dengan beragam tradisi unik.
ADVERTISEMENT
Meski tahun ini suasana Lebaran sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena adanya pandemi virus corona dan kamu mesti di rumah aja, ternyata ada beberapa tradisi unik Lebaran di Indonesia yang menarik kamu ketahui, lho.
Mulai dari tradisi Grebeg Syawal hingga Perang Topat alias perang ketupat, yang melambangkan rasa syukur serta kerukunan umat beragam. Berikut tujuh tradisi unik menyambut Lebaran di Indonesia.
1. Grebeg Syawal, Yogyakarta
Keraton Yogyakarta atau Surakarta umumnya melakukan pesta Grebeg Syawal. Tradisi yang dilakukan setiap tanggal 1 Syawal ini, dilangsungkan dengan cara mengarak berbagai gunungan dari hasil bumi, seperti sayuran dan buah-buahan.
Gunungan hasil bumi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu Gunungan Kakung dan Gunungan Putri. Gunungan ini menjadi simbol sedekah sultan kepada rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Gunungan berbentuk kerucut tersebut kemudian diarak oleh pengawal keraton dan akan dibagikan pada warga setelah didoakan. Cara pembagiannya juga unik, bukan dibagi-bagikan secara harafiah, tetapi diperebutkan oleh warga. Konon, yang bisa mendapatkan bagian dari gunungan ini akan mendapat kesejahteraan dan berkat.
2. Festival Meriam Karbit, Pontianak
Setiap tahun di Kalimantan Barat, penduduk Pontianak merayakan malam takbiran dengan mengikuti Festival Meriam Karbit. Dalam festival ini, kamu akan mendengar suara dentuman keras bersahut-sahutan yang berasal dari meriam yang diletakkan berderet di tepi Sungai Kapuas.
Meriam sepanjang 60 sentimeter tersebut dibuat dari kayu dan bambu. Awalnya suara keras dari meriam ini digunakan untuk mengusir makhluk astral seperti kuntilanak. Namun, saat ini meriam menjadi salah satu atraksi yang ditunggu-tunggu oleh penduduk di bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
3. Tellasan Topak, Madura
Ada yang unik dengan perayaan Lebaran yang ada di Madura, tepatnya di hari ketujuh bulan Syawal. Namanya Tellasan Topak atau yang disebut juga 'lebaran ketupat.'
Perayaan ini sebenarnya dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dari umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa sunah enam hari setelah Idul Fitri. Perayaan ini digelar dengan beragam tradisi, seperti Pawai Dokar Hias dan sebagainya.
4. Ngejot, Bali
Meski Pulau Dewata dikenal dengan penduduk mayoritas pemeluk agama Hindu, bukan berarti Bali tak memiliki tradisi unik untuk menyambut Lebaran.
Muslim di Bali punya tradisi ngejot untuk merayakan hari kemenangan. Ngejot merupakan tradisi berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan, sebagai wujud terima kasih kepada tetangga-tetangganya tanpa melihat latar belakang agamanya.
ADVERTISEMENT
Tradisi yang dilakukan setiap tahunnya ini, tak hanya sebagai ungkapan syukur, tetapi juga sebagai simbol kerukunan antarumat beragama. Sebaliknya, tradisi serupa juga biasanya dilakukan oleh pemeluk agama Hindu saat hari besar keagamaan Hindu berlangsung, seperti Galungan atau Kuningan.
5. Tradisi Binarundak, Motoboi Besar
Lebaran biasanya identik dengan ketupat, tetapi beda halnya dengan Sulawesi Utara. Di daerah Motoboi Besar, perayaan Lebaran dilakukan dengan memakan nasi jaha lewat tradisi Binarundak. Tradisi ini dipercaya dapat mempererat tali silaturahmi.
Dilakukan tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri, nasi jaha dimasak di dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang. Dibakar beramai-ramai di lapangan dengan menggunakan sabut kelapa. Setelah nasi tersebut matang, maka warga sekitar akan memakannya secara bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan.
ADVERTISEMENT
6. Tumbilotohe, Gorontalo
Tradisi Tumbilotohe dalam bahasa Indonesia disebut sebagai malam pasang lampu. Berasal dari bahasa Gorontalo, 'Tumbilo' berarti memasang dan 'Tohe' yang berarti lampu.
Lampu-lampu yang digunakan adalah lampu tradisional dengan minyak tanah yang disebut sebagai Tohetutu. Dalam perayaan ini, penduduk setempat akan memasang lampu di halaman rumah dan jalan menuju masjid sebagai penanda berakhirnya bulan Ramadhan di Kota Gorontalo.
Dilakukan pada tiga malam terakhir jelang Hari Raya Idul Fitri, pemasangan lampu dimulai sejak maghrib hingga menjelang subuh.
Tahun 2007 silam, perayaan Tumbilotohe berhasil masuk Museum Rekor Indonesia (MURI), karena menghias Gorontalo dengan lima juta lampu. Bukan sekadar lampu di tepi jalan saja, Tohetutu dibuat dalam berbagai formasi, seperti masjid, alquran, dan kaligrafi.
ADVERTISEMENT
7. Perang Topat, Lombok
Perang Topat merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Lombok pada enam hari setelah Lebaran. Meski disebut Perang Topat alias perang ketupat, sama sekali tidak tersirat rasa benci di dalamnya.
Malahan, tradisi ini justru melambangkan rasa syukur serta kerukunan umat beragama di Lombok. Tradisi ini dilakukan dengan mengarak berbagai hasil bumi, kemudian dilanjutkan dengan selebrasi saling melempar ketupat antara suku Sasak dan Bali. Yang menarik, acara ini dilakukan di sebuah pura, yaitu Pura Lingsar di Lombok Barat.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT