Halangi View Gunung Fuji, Apartemen di Jepang Dibongkar Meski Hampir Selesai

13 Juni 2024 9:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Fuji terlihat dari sebuah pesawat di Jepang pada 24 November 2019. Foto: REUTERS / Remo Casilli
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Fuji terlihat dari sebuah pesawat di Jepang pada 24 November 2019. Foto: REUTERS / Remo Casilli
ADVERTISEMENT
Sebagai ikon paling populer di Jepang, Gunung Fuji merupakan destinasi wajib bagi wisatawan. Enggak hanya mendaki, keindahan gunung tertinggi di Jepang itu juga bisa dinikmati secara langsung.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, baru-baru ini sekelompok warga memprotes keberadaan sebuah gedung yang menghalangi panorama Gunung Fuji. Akibatnya, gedung itu pun akhirnya dirobohkan, meski pembangunannya yang sudah hampir selesai.
Sebuah bangunan kondominum atau apartemen 10 lantai yang terletak di barat Tokyo harus dihancurkan, karena dianggap menghalangi panorama Gunung Fuji.
Ilustrasi bangunan di Tokyo yang menghalangi view ke Gunung Fuji. Foto: Stock2468/Shutterstock
Sekisui House, pengembang bangunan tersebut mengatakan bahwa pihaknya memutuskan untuk menghancurkan bangunan dan tak melanjutkan proyek ini, karena alasan tertentu. Menurut seorang juru bicara Sekisui House, bangunan tersebut dibongkar karena perusahaan dianggap tidak cukup mempertimbangkan dampak proyek terhadap wilayah sekitar dan lanskap Gunung Fuji.
“Tidak dapat disangkal bahwa situasi saat ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap bentang alam. Kami memutuskan untuk memprioritaskan pemandangan dari jalan raya,” tulis pernyataan resminya seperti dilansir AFP.
ADVERTISEMENT
Apartemen baru ini berada tidak jauh dengan jalan Fujimi atau "Fuji Viewing", salah satu spot populer untuk melihat Gunung Fuji. Karena struktur bangunannya yang cukup tinggi, apartemen tersebut dianggap menghalangi separuh pemandangan Gunung Fuji.
Meski menuai protes dari warga, kala itu pembangunan tetap dilanjutkan, dengan pertimbangan pihak pengembang memberikan penjelasan terkait pembangunan bangunan tersebut.
Tak hanya itu, Sekisui House juga menyatakan bahwa seluruh perizinan dan pembangunan apartemen legal, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Para penyewa apartemen juga dijadwalkan akan segera menempati unit tersebut pada bulan Juli nanti.
Akan tetapi, warga setempat tetap memprotes bangunan itu, karena dianggap menghalangi pemandangan Gunung Fuji.

Bangunan Bermasalah Sejak Awal

Ilustrasi bangunan di Tokyo yang menghalangi view ke Gunung Fuji. Foto: Fotokon/Shutterstock
Pihak pengembang mengatakan bahwa pembangunan apartemen sudah dimulai sejak lama. Adapun, gedung megah Gurandomezon Kunitachi Fujimi-dori ini terdiri dari 18 unit apartemen.
ADVERTISEMENT
Bangunan ini juga dipromosikan sebagai kondominium pertama yang dijual di jalan Kunitachi Fujimi-dori, sejak 10 tahun silam.
Seperti dilansir Asahi, pembangunan apartemen telah menjadi perdebatan sejak awal. Warga berulang kali menyatakan keprihatinannya mengenai dampak bangunan tersebut terhadap pemandangan Gunung Fuji setinggi 3.776 meter ini, serta sinar matahari terhadap pemukiman di sekitarnya.
Gunung Fuji di Jepang Foto: Thinkstock
Pada bulan Juni 2021, dewan pembangunan kota yang terdiri dari pakar akademis dan warga bertemu untuk membahas apa yang bisa dilakukan. Mereka menyimpulkan bahwa jika apartemen tersebut selesai dibangun akan tumpang tindih, dan merusak pemandangan Gunung Fuji.
Menanggapi hal itu, Sekisui House memutuskan untuk mengubah struktur apartemen dari 11 lantai menjadi 10 lantai. Dianggap masih belum cukup, pada bulan Juli 2022, berdasarkan rekomendasi dari dewan kota setempat pihak pengembang akhirnya melakukan perhitungan kembali terhadap struktur gedung dan mengurangi ketinggiannya.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Maret dan April, pengembang mengadakan pertemuan dengan warga setempat untuk membahas masalah tersebut.
Pada pertemuan ini, warga meminta agar ketinggian apartemen dikurangi menjadi empat lantai dari aslinya. Selain itu, luas bangunan dan total luas lantai juga dikurangi.
Pengembang pun mengatakan bahwa perubahan yang mereka usulkan akan memberi tekanan pada potensi bisnis untuk menghasilkan keuntungan.
Diskusi berjalan berputar-putar. Pada akhirnya, diputuskan bahwa akan sulit mencapai kompromi antara kedua pihak dan tidak ada prospek untuk merekonsiliasi pendapat. Pembahasan dihentikan setelah dua kali pertemuan yang berujung pada pembongkaran gedung tersebut.