Harga Tiket Pesawat ke Bali Masih Mahal, Cok Ace Harapkan Subsidi Silang

12 Agustus 2022 12:04 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali Foto: Dok. AP I
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali Foto: Dok. AP I
ADVERTISEMENT
Mahalnya harga tiket pesawat tak hanya jadi momok bagi para pelaku pariwisata di berbagai daerah, tetapi juga wisatawan. Di Bali misalnya, harga tiket pesawat dari luar negeri ke Bali sangat mahal, dibandingkan dengan destinasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal itu pun diungkapkan oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Pria yang akrab disapa Cok Ace, itu berharap ada subsidi silang yang diberikan pemerintah pusat, sehingga harga tiket pesawat ke Pulau Dewata bisa lebih wajar.
Sebuah pesawat udara berada di kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: Antara/Fikri Yusuf
"Sekarang harga tiket pesawat dari Australia ke Bali lebih mahal, dibandingkan dari Australia ke Thailand," kata Cok Ace, seperti dikutip dari Antara, Jumat (12/8).
Dalam forum diskusi bertajuk Recover (Bali) Together: Menanti Solusi Kelangsungan dan Pemulihan Usaha, Cok Ace mengungkapkan mahalnya harga tiket pesawat ke Bali turut menjadi tantangan bagi pemulihan pariwisata.
"Itu (harga tiket pesawat-red) kebijakannya di pusat. Oleh karena itu, kami mohon pada pusat. Kenapa kalau penerbangan ke daerah lain bisa disubsidi silang oleh negaranya, kenapa Indonesia tidak?" ucap pria yang juga Ketua PHRI Bali itu.
ADVERTISEMENT

Minta Subsidi Silang untuk Harga Tiket Pesawat

Ilustrasi Penumpang Pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: Dok. AP 1
Terkait persoalan mahalnya harga tiket pesawat ke Bali, Pemprov Bali sudah berusaha untuk memberikan masukan ke pemerintah pusat, supaya harga tiket pesawat ke Pulau Dewata bisa lebih wajar.
"Tiket yang mahal ini bagi wisatawan, kami bekerja keras untuk memperbaiki destinasi dan memberikan pelayanan yang terbaik, namun kembali lagi pada permodalan pengusaha," ujar Cok Ace.
Selain mahalnya tiket pesawat, para pelaku pariwisata di Bali juga masih menghadapi tantangan lainnya karena pandemi COVID-19.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace. Foto: Dok. Pemprov Bali
Para pengusaha dihadapkan pada persoalan biaya operasional, SDM, hingga kewajiban untuk membayar utang.
Ia mengemukakan, meskipun hotel-hotel sudah beroperasi, tetapi sejatinya kamar yang siap 'dijual' itu kisaran 40-60 persen dari total kamar yang dimiliki, karena kerusakan sarana prasarananya akibat vakum selama dua tahun.
Ilustrasi tempat wisata di Bali. Foto: Guitar photographer/Shutterstock
Selain itu, pelaku pariwisata di Bali tidak mudah juga untuk mendidik tenaga kerja profesional, karena tidak sedikit SDM pariwisata Bali yang profesional beralih bekerja di kapal pesiar.
ADVERTISEMENT
"Jika soft loan (pinjaman lunak) dikasih, andai kata utang (relaksasi restrukturisasi kredit-red) ditunda hingga 2025, apakah selesai persoalannya? Tentu belum," kata Penglingsir (tokoh) Puri Ubud itu.
Ia pun memprediksi kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali hingga akhir 2022 masih di bawah 2 juta orang. Jumlah tersebut terpaut jauh dengan kunjungan wisman sebelum pandemi sebanyak 6,3 juta jiwa.
Oleh karena itu, melalui forum diskusi itu, Cok Ace, mengharapkan ada rekomendasi yang berguna bagi semua kalangan dan rekomendasi yang bisa dilakukan pemerintah.