IATA: 2020 Tahun Terburuk Bagi Industri Penerbangan

10 Agustus 2021 13:58 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bandara  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bandara Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebut 2020 menjadi tahun terburuk bagi industri penerbangan dunia. Hal tersebut disebabkan karena pandemi COVID-19 yang berdampak pada turunnya jumlah penumpang pesawat.
ADVERTISEMENT
Dilansir Breaking Travel News, hal tersebut terungkap dalam publikasi tahunan World Air Transport Statistic yang menyatakan, bahwa jumlah penumpang yang terbang di tahun 2020 mengalami penurunan sekitar 60 persen atau hanya 1,8 miliar penumpang. Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun lalu, ada 4,5 miliar orang yang melakukan penerbangan pada 2019.
Puluhan pesawat Boeing 737 MAX yang dilarang terbang terlihat diparkir di Bandara Internasional Grant County di Moses Lake, Washington, AS, Selasa (17/11). Foto: Lindsey Wasson/REUTERS
Hal ini pun berimplikasi pada jumlah permintaan perjalanan udara di seluruh dunia. Sebab, diukur dalam revenue passenger-kilometers (RPK), jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 66 persen year-onyear (yoy).
Total pendapatan penumpang dalam industri penerbangan juga mengalami penurunan sebesar 69 persen menjadi 189 miliar dolar AS pada 2020. Dengan kerugian bersihnya adalah 126 miliar dolar AS.

IATA Sebut Perjalanan Udara Turun Drastis di 2020

IATA menambahkan, konektivitas udara juga mengalami penurunan lebih dari setengahnya pada 2020, dengan jumlah rute yang menghubungkan bandara turun drastis saat krisis dan turun lebih dari 60 persen yoy pada April 2020.
ADVERTISEMENT
Pihaknya mencatat, penurunan penumpang udara yang diangkut pada 2020 merupakan yang terbesar sejak RPK global mulai dilacak pada 1950-an.
Ilustrasi penumpang pria duduk di bangku tengah pesawat Foto: Shutter Stock
"Tahun lalu merupakan tahun yang ingin kamu lupakan. Namun, menganalisa statistik kinerja tahun ini mengungkapkan ketekunan yang luar biasa," ujar Direktur Jenderal IATA, Willie Walsh.
Walsh menambahkan, ketika krisis yang terjadi pada 2020, sebanyak 60 persen maskapai penerbangan dunia menangguhkan penerbangannya. Hal ini dilakukan karena pemerintah masing-masing menutup perbatasan internasional dan memperketat syarat perjalanan.
Ilustrasi penumpang menunggu waktu boarding di bandara. Foto: Shutter Stock
"Satu juta pekerjaan hilang dan kerugian industri untuk tahun ini mencapai 126 miliar dolar AS. Banyak pemerintah menyatakan bahwa kontribusi penerbangan adalah hal yang penting dengan memberikan berbagai bentuk dukungan lainnya," lanjut Walsh.
Meski demikian, Walsh menyebut berbagai tindak cepat yang dilakukan maskapai dan komitmen dari penerbangan memberikan peluang yang lebih besar untk bertahan. Meski, tahun tersebut adalah tahun tersulit dalam industri penerbangan.
Ilustrasi bandara Foto: Pixabay
Walau 2020 menjadi tahun tersulit dalam industri penerbangan, China berhasil menjadi pasar domestik terbesar untuk pertama kalinya. Hal tersebut dikarenakan perjalanan udara pulih lebih cepat menyusul upaya pengendalian COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, kesuksesan pengendalian COVID-19 menjadi kunci kembali pulihnya industri penerbangan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)