Indahnya Desa Adat Wae Rebo, Negeri di Atas Awan dari Timur Indonesia

12 Juli 2021 14:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wae Rebo Foto: Muhammad Adimaja/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Wae Rebo Foto: Muhammad Adimaja/Antara
ADVERTISEMENT
Wae Rebo merupakan sebuah desa adat yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa ini berada di ketinggian 1000 mdpl yang dikelilingi oleh perbukitan yang masih sangat alami. Keindahannya sudah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 silam.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju ke desa tersebut, kamu harus menempuh perjalanan sekitar 6 km dari Desa Dintor ke Desa Denge terlebih dahulu menggunakan jalur darat. Kemudian lanjut dari Desa Denge menuju Desa Wae Rebo selama 3 jam dengan memasuki hutan dan menyeberangi sungai.
Wae Rebo Foto: Muhammad Adimaja/Antara
Di sini kamu dapat melihat-lihat rumah adatnya, serta mempelajari budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Ada berbagai macam rumah-rumah tradisional berbentuk kerucut dengan arsitektur yang sangat unik, yang masih dilestarikan sampai saat ini.
Menariknya, masyarakat Desa Wae Rebo merupakan keturunan Minang, Sumatera Barat. Dilansir dari beberapa sumber, nenek moyang Wae Rebo berasal dari Minangkabau yang merantau ke mana pun, kemudian menetap di Flores. Meski keturunan darah Minang, nama-nama penduduk tidak seperti nama orang Minang yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Wae Rebo Foto: Muhammad Adimaja/Antara
Selain memperkenalkan budaya dan rumah adatnya, Desa Wae Rebo memperbolehkan untuk wisatawan menginap di sini dengan fasilitas yang memadai. Biaya menginapnya cukup terjangkau, kamu hanya perlu merogoh kocek mulai dari Rp 325 ribu saja.
Rasakan sensasi menginap di rumah adat tradisional ala Desa Wae Rebo. Selain menyenangkan, kamu akan disuguhkan panorama alamnya yang asri ketika pagi maupun sore hari. Namun jika tidak ingin menginap, kamu akan dikenakan tarif mulai Rp 200 ribuan saja.
Tertarik untuk mengunjunginya?
Penulis: Rani Nuraeni Khairunissa