Intip Pola Perjalanan Traveler di Tahun 2023: Transportasi hingga Akomodasi

13 Desember 2022 18:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi traveler bahagia yang traveling dengan smartphone. Foto: Tom Wang/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveler bahagia yang traveling dengan smartphone. Foto: Tom Wang/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seiring berjalannya waktu, tren traveling diprediksi akan terus mengalami perubahan. Di penghujung 2022 ini, sudah mulai banyak prediksi bermunculan mengenai tren perjalanan di tahun 2023 nanti.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, seperti apa kah pola perjalanan traveler di waktu yang akan datang?
Co Founder & Chief Marketing Officer tiket.com, Gaery Undarsa, mengungkap deretan tren traveling wisatawan yang akan terjadi di tahun 2023. Ia mengatakan, pola perjalanan wisatawan yang terjadi pada saat ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun depan atau 2023.
Ilustrasi traveler traveling di alam sambil membuka smartphone. Foto: A_B_C/Shutterstock
"Kalau menurut saya sendiri, pola traveling-nya ini bakal melanjuti apa yang ada kemarin pada saat pandemi. Jadi, akan ada banyak tren-tren baru seperti yang kemarin staycation itu menurut saya masih menjadi sesuatu yang menarik," kata Gaery dalam webinar nasional tiket.com yang digelar secara daring, Selasa (13/12).
Selain tren-tren baru yang bermunculan, Gaery menjelaskan bahwa perjalanan internasional akan menggeliat. Itu dikarenakan banyak negara yang telah membuka kembali pintu masuknya bagi wisatawan.
ADVERTISEMENT
"Tapi karena border internasional negara-negara ini (telah dibuka). Jadi, kemungkinan nih kita sudah bisa melihat international travel (perjalanan internasional) itu makin giat dan bukan cuman gitu doang sebenarnya salah satunya outbound. Tapi sebenarnya mungkin lebih banyak lagi inbound, jadi makin makin banyak juga turis-turis yang dari luar negeri akan masuk Indonesia," kata dia.
Ilustrasi traveler yang traveling di perkotaan sambil melihat smartphone. Foto: kitzcorner/Shutterstock
Selain mengungkapkan pola perjalanan wisatawan di waktu yang akan datang, Gaery juga mengatakan bahwa isu resesi di 2023 yang mencuat tak mempengaruhi perjalanan wisatawan.
"Jadi ini menurut saya menarik, walaupun banyak isu-isu resesi ekonomi tetapi revenge trevel itu akan tetap ada. Karena ada demand yang ditahan dan travel itu kasarnya akan tetap jadi sesuatu yang primary atau kalau bisa dibilang kebutuhan basic gitu ya," katanya.
ADVERTISEMENT
"Walaupun mungkin ada isu isu ekonomi dan lain. Saya rasa wisata itu akan menjadi sesuatu yang diprioritaskan sih sama market atau customer semuanya. Jadi, tetap kita coba lihat ya inovasi-inovasi apa yang bisa kita lakukan untuk untuk Indonesia terutama pada saat mereka ada kebutuhan untuk wisata mereka itu," imbuh dia.

Perjalanan Wisatawan Tak Terlepas dari Kondisi Saat Ini

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Addin Maulana, mengatakan bahwa tren atau pola perjalanan wisatawan tak terlepas dari kondisi yang terjadi saat ini.
Sebagai contoh, wisatawan akan berpikir rasional sebelum memutuskan akan pergi traveling.
"Wisatawan itu berpikir rasional ketika sedang ada kritis terkait dengan terorisme mereka akan mengutamakan safety dan security. Ketika dia sedang pandemi saat ini, apa pun yang terkait dengan kesehatan pasti mereka pertimbangkan," ujarnya.
Ilustrasi traveler menunggu boarding di kursi yang menerapkan physical distancing. Foto: Shutter Stock
Untuk mengetahui pola perjalanan wisatawan, ia pun mengolah data dari tiket.com yang kemudian dikompilasikan dengan data nasional dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan lain sebagainya. Dari data tersebut, ia mencoba untuk mengetahui bagaimana perilaku perjalanan, lama tinggal wisatawan dari memesan tiket, kira-kira berapa lama waktu yang dihabiskan hingga perkembangannya perjalanan dari tahun 2019 hingga 2022.
ADVERTISEMENT
"Jumlah pemesanan dibandingkan dengan jumlah cancellation ratio, kita lihat kurvanya sejalan dengan kurva dari pandemic dan presenting. Kalau 2020 sangat tinggi, kita lihat uncertainty (ketidakpastian)-nya sangat tinggi saat itu, mulai ke sini mulai turun ini tingkat uncertainty-nya orang-orang mulai semangat lagi melakukan perjalanan dengan pesawat domestik," katanya.
Ilustrasi traveler yang memakai sandal jepit di bandara. Foto: ALPA PROD/Shutterstock.
Adapun, untuk jumlah pemesanan tiket perjalanan jumlahnya sudah mulai mengalami peningkatan sama seperti sebelum adanya pandemi.
"Recovery level untuk jumlah booking per bulan mencapai 82 persen masih di bawah 2019 lalu atau di bawah 18 persen dibanding data 2019. Tapi jumlah penumpang perbulan itu recovery levelnya lebih tinggi 90,3 persen dan 10 persen lagi mencapai di angka 2019, karena travel companion (teman perjalanan)-nya bertambah dari 1,5 persen jadi 1,7 persen," ungkap dia.
Ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali Foto: Dok. AP I
Adapun, pesawat, kereta api, hingga transportasi pribadi masih menjadi pilihan bagi traveler. Adapun, untuk penerbangan domestik sudah mulai pulih khususnya permintaan penerbangan domestik menuju 5 Destinasi Super Prioritas.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita lihat di Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) itu sudah kembali. Artinya sudah lebih banyak orang yang mengunjujngi provinsi tersebut walaupun belum tentu mengunjungi DSP. Siapa tahu mmereka menggunakan kereta api atau menggunakan moda transportasi lain. Selain dari kereta api dan juga pesawat kemungkinan adalah menggunakan kendaraan pribadi," katanya.
Selain pemesanan tiket perjalanan atau transportasi, ia mengatakan kecenderungan wisatawan menginap sudah lebih lama dari sebelumnya.
"Tren menginap di hotel cenderung lebih lama dari sebelumnya. Kalau disinggung orang ingin tinggal di hotel untuk staycation. Kecenderungan staycation lebih meningkat. Orang sudah mulai berani untuk melakukan perjalanan pun juga untuk menginap di hotel rata-rata buktinya kalau kita lihat per bulan di tahun 2022 ini atau lebih 16 persen dibandingkan dengan tahun 2019," pungkasnya.
ADVERTISEMENT