Jalan-jalan Keliling Kota Bandung Naik Bandros, Seru Euy!

31 Januari 2020 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bandros tiba di NuArt Sculpture Park di Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bandros tiba di NuArt Sculpture Park di Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
Jarum jam telah menunjukkan pukul 09.30 WIB, kumparan dan awak media sudah berkumpul di lobby samping Crowne Plaza Hotel Bandung. Hari itu kami telah dijanjikan untuk berkeliling Kota Bandung yang indah dengan menggunakan bus wisata ikoniknya, Bandros.
ADVERTISEMENT
Di hadapan kami telah terparkir dua buah Bandros, satu berwarna kuning, dan satunya lagi berwarna biru. Masing-masing Bandros dikomandoi seorang supir dan pemandu wisata.
Bandros di Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sesuai dengan kepribadian saya yang riang, saya pun memilih bus dengan kuning ngejreng. Warna kuningnya mengingatkan saya pada bus sekolah yang biasa tampil di film atau serial televisi dari Hollywood. Saya tentu jadi makin excited.
Setelah seluruh penumpang masuk, sang pemandu kami, Pak Deni dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) pun memperkenalkan diri. Ia akan menemani kami sepanjang hari mulai pukul 08.30 WIB sampai selesai.
Pak supir mulai menghidupkan mesin mobil, bunyi derum mobil mulai terdengar. Perlahan tapi pasti, Bandros pun mulai mengaspal. Pak Deni pun memulai pekerjaannya. Memandu kami mengenali setiap sudut Kota Bandung yang katanya dibuat ketika Tuhan sedang tersenyum itu.
Pak Deni, Pemandu Wisata dari HPI Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tempat pertama yang diperkenalkan Pak Deni adalah Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Museum ini merupakan saksi perjuangan prajurit Siliwangi bersama rakyat Jawa Barat dalam mempertahankan daerahnya.
ADVERTISEMENT
Museum Mandala Wangsit Siliwangi juga berada tepat di depan Hotel Crowne Plaza Bandung. Jadi, buat kamu yang senang mendalami sejarah, tak perlu berjalan jauh hanya untuk mengunjunginya.
Pak Deni kemudian melanjutkan ceritanya. Memperkenalkan asal mula Bandung. Menurut penuturan Pak Deni, ada dua versi yang dipercaya sebagai sejarah Kota Bandung.
Bandros mengaspal di Bandung Foto: Dok. Dodi Wiraseto
Versi pertama, Bandung berasal dari kata "Dibendung". Bandung terbentuk dari Sungai Citarum yang dibendung. Versi kedua berasal dari kisah meletusnya Gunung Sunda.
Ketika Gunung Sunda meletus, letusan tersebut membentuk kaldera dan memunculkan air di sekitarnya. Air yang semakin meninggi itu kemudian menjadi danau. Danau itu kini dikenal sebagai Situ Sanghyang Tikoro.
Tugu Maung yang ikonik di Kota Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bus Bandros yang kami tumpangi kemudian berjalan semakin jauh. Melewati Tugu Maung bergaya art deco yang berdiri tegak di persimpangan jalan. Sementara bus melaju, awak media yang menumpang bandros asyik menikmati pemandangan dan segarnya hawa Kota Bandung pada pagi hari.
ADVERTISEMENT
"Untung kita berangkat pagi, jadi enggak kena macet. Kalau sudah agak siangan, pasti nanti kita terjebak macet," tutur Pak Deni saat memandu kami, Selasa (28/1).
Titik nol Kota Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Selain Tugu Maung, kami juga melalui Titik Nol Kilometer di Jalan Asia Afrika yang merupakan tonggak sejarah, sekaligus saksi berdirinya Kota Bandung. Menurut kisah yang dituturkan Pak Deni, dulu Gubernur Jenderal Daendels menancapkan tongkatnya di tempat ini.
Ia menyatakan harapannya agar kelak ketika kembali, tempat ia menancapkan tongkat tersebut sudah menjadi sebuah kota. Kini tempat Daendels menancapkan tongkat dijadikan sebagai kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat.
Wajah Daendels juga diabadikan dalam bentuk patung dan dipamerkan di samping tugu kendaraan dengan dominasi warna hitam. Perpaduan warna menyala dan kisah sejarah itu kemudian memantik semangat awak media untuk mengabadikannya.
Awak media memotret titik nol kilometer Bandung dari Bandros Foto: Dok. Dodi Wiraseto
"Jalan Asia Afrika dibangun sepanjang 1.000 km pada saat zaman keemasan Bandung. Dibangun oleh Daendels dan kini jadi titik 0 km Bandung," cerita Pak Deni lagi.
ADVERTISEMENT
Ia juga berkisah tentang Museum Asia Afrika yang dulunya digunakan sebagai tempat dansa oleh Bangsa Belanda. Di dalamnya dituliskan larangan masuk bagi pribumi dan anjing.
"Larangan ini seperti menyamaratakan pribumi dengan anjing dan membuat Soekarno sakit hati. Makanya ketika merdeka, Soekarno kemudian mengganti nama gedung ini jadi Gedung Merdeka," lanjutnya.
Museum Asia Afrika berisi beragam foto dan informasi terkait KAA dan dampak Perang Dunia II pada negara-negara yang bekerja sama dalam konferensi tersebut Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bandros terus melaju. Sebagai selingan dalam perjalanan, Pak Deni juga menceritakan asal mula bus Bandros. Nama Bandros atau Bandung Tour on the Bus berasal dari jajanan khas Bandung yaitu Bandros. Di beberapa daerah, Bandros dikenal pula sebagai kue pancong.
Bandros tadinya memiliki bentuk seperti bus double decker yang biasa kamu temukan di Eropa. Bus wisata itu hadir ketika Ridwan Kamil masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Kehadiran Bandros merupakan wujud usaha Ridwan Kamil untuk mempopulerkan pariwisata dan kuliner Kota Kembang.
ADVERTISEMENT
Sayang, pada 2015 lalu, seorang mahasiswa terpaksa mengalami nasib naas karena asyik selfie di atas Bandros. Sejak saat itu, seluruh Bandros yang beroperasi di Bandung tak lagi memiliki tempat duduk pada bagian atas. Bandros menjadi bus wisata biasa dengan tampilan vintage dan warna cerah mempesona.
Bandros mengaspal di Bandung Foto: Dok. Dodi Wiraseto
Tanpa menggunakan AC atau jendela kaca, Bandros sangat nyaman untuk dinikmati baik saat solo traveling, jalan-jalan bersama orang tercinta, maupun dengan keluarga.
Tak perlu takut disalip orang, sejauh pengalaman yang pernah kumparan alami, tidak ada pemotor atau pengguna mobil nakal yang tega mengambil jalan milik Bandros. Karakteristik unik dan khas dari Bandros adalah warnanya yang menyala.
Kata Pak Deni, Bandros pertama di Bandung berwarna merah, karena merupakan hasil CSR salah satu provider telekomunikasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kemudian seiring waktu, Bandros bertambah hingga menjadi tujuh buah. Dua unit berwarna biru, satu unit dari Wardah, dua unit berwarna kuning, dan tambahan 1 unit lagi dari salah satu departemen store Bandung.
Rumah dinas Gubernur Jawa Barat di Kota Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Beberapa tempat lainnya yang kami lewati saat berkeliling Kota Bandung dengan Bandros adalah rumah dinas Gubernur Jawa Barat, sel penjara Banceuy, Masjid Al Imtizab yang bergaya Tiongkok, Jalan Braga, Jalan Pasteur, Taman Dewi Sartika, Taman Jomblo, dan Alun-Alun Kota.
Salah satu yang menarik perhatian saya saat berkeliling dengan Bandros adalah Jalan Braga. Sekilas jalanan tersebut tampak kumuh dengan gedung-gedung tua yang mungkin kebanyakan tak terurus.
Tetapi di sisi kiri dan kanannya, kamu akan melihat beragam lukisan hasil karya seniman Bandung yang tampak indah tanpa butuh banyak usaha. Paduan warna dalam kanvas terlihat saling bermain untuk menampilkan karya-karya yang memanjakan mata.
Bandros permen di Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Di Braga, terdapat sebuah restoran yang menghidangkan sajian makanan asli Belanda. Nama restoran legendaris tersebut adalah Braga Permai.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ saja, Braga juga dikenal luas sebagai saksi dari peristiwa penyobekan bendera Belanda yang terjadi di Gedung DENIS atau De Eerste Nederlandsch Indische Spaarkas (sekarang Gedung BJB) pada 1945.
Setelah asyik berkeliling Kota Bandung, Bandros yang kami tumpangi pun akhirnya meniti jalan menuju NuArt Sculpture Park milik maestro Nyoman Nuarta. Galeri seni tersebut berlokasi di Ciwaruga, Parongpong, Bandung Barat.
Karya Nyoman Nuarta di NuArt Sculpture Park, Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
NuArt Sculpture Park akan menjadi penutup perjalanan kami. Di dalamnya, kamu bisa menikmati kesejukan khas Bandung, serta rindangnya pepohonan. Saksikan pula karya-karya seni memukau hasil 'racikan' tangan Nyoman Nuarta.
Nyoman Nuarta adalah seniman asal Bali yang kini berdomisili di Bandung. Pria ini merupakan otak di balik Garuda Wisnu Kencana yang dibangun megah di Bali.
ADVERTISEMENT
Asyik mengitari museum, perut yang lapar dapat kamu puaskan juga dengan menikmati kopi Bali atau sekadar menyantap pisang goreng, lengkap bersama teh manis di Laxmi Resto Gallery di lokasi yang sama. Dijamin bikin betah berlama-lama dan malas pulang.
Laxmi Resto Gallery di NuArt Sculpture Park, Bandung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Puas berkeliling di NuArt Sculpture Park, kini tiba saatnya untuk pulang. Kembali ke hotel dan bersiap untuk pulang ke Jakarta. Meski perjalanan yang ditempuh untuk mengelilingi Bandung terhitung singkat, tapi menurut saya, Bandros memberikan pengalaman yang menyenangkan dan wajib dicoba.
Karena selain bicara tentang sejarah (yang mungkin tak semua orang suka), pemandu wisata akan memberikan rekomendasi tempat makan enak di sekitar Bandung. Atau tempat-tempat nongkrong yang populer sejak lama.
Para pemandu juga akan menceritakan fakta-fakta unik di balik nama-nama jalan di Kota Bandung. Misalnya saja Jalan Dago yang berasal dari bahasa Sunda "Dagoan" yang berarti saling menunggu.
ADVERTISEMENT
Kalau beruntung, ada saja pemandu yang senang menceritakan urban legend di Bandung. Seperti patung pastor di Taman Maluku atau kisah Rumah Kentang yang dikenal berhantu dan selalu memunculkan bau kentang rebus pada malam hari.
Bandung Tour on Bus (Bandros) Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
Untuk kamu yang berminat jalan-jalan di Bandung menggunakan Bandros, cukup merogoh kocek sebesar Rp 20 ribu per orangnya. Ada beberapa titik yang dapat disambangi untuk naik Bandros, seperti Taman Dewi Sartika dan Alun-Alun Kota Bandung. Durasi perjalanannya sendiri sekitar satu jam.
Bandros juga bisa, lho, disewa secara tersendiri untuk acara pribadi, seperti kumpul keluarga, reuni, atau kantor. Biayanya sekitar Rp 900 ribu per kendaraan tidak termasuk parkir dan bensin.
Satu bus Bandros dapat memuat 24 orang. Turnya sendiri berlangsung selama delapan jam dengan rute sesuai kebutuhan pengguna. Jadi, kamu bisa memilih sendiri rute yang kamu mau. Tertarik naik Bandros keliling Bandung?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT