Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Jamuan Malam, Sensasi Makan Malam Gemerlap Cahaya di Hutan Tahura Juanda Bandung
12 September 2021 14:26 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Tatanan permainan cahaya beraneka warna menghiasi sejumlah titik di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda, Kota Bandung . Hutan yang letaknya berdekatan dengan perkotaan dan segala mitosnya itu, kini tak lagi terasa menyeramkan. Para pemuda dan pemudi justru terlihat santai menikmati malam di hutan dengan mencicipi aneka hidangan yang disajikan.
ADVERTISEMENT
Terlihat pula, ada anak-anak berlari kegirangan dengan didampingi orang tuanya. Mereka terkadang berhenti di satu titik untuk berfoto atau mengamati aneka tumbuhan yang tersebar di sisi kanan dan kiri jalan setapak yang dihiasi cahaya. Meski jalanan sedikit licin karena habis diguyur hujan, tak menyurutkan semangat mereka untuk menikmati malam di hutan.
Tahura Jamuan Malam jadi nama dari kegiatan wisata itu. Kegiatan itu diinisiasi Sembilan Matahari bersama The Lodge Maribaya dan Satoe Komunika dan telah berlangsung sejak tanggal 4 September lalu. Jamuan Malam menjadi ide yang tercetus usai kegiatan Hutan Menyala harus ditunda gelarannya akibat pemberlakukan PPKM.
"Karena di Tahura sendiri ada cafe ini Cultural Space terus ini tempatnya enak outdoor terus kita ada instalasi kenapa gak kita bikin konsep makan malem yang agak beda sedikit lah ya gitu, outdoor terus ada lampu-lampu yang bisa dilihat," kata Marcom dari Sembilan Matahari, Yupitri Oktalika ketika ditemui, Sabtu (11/9) malam.
Yupitri menjelaskan, instalasi lampu disiapkan selama sekitar 3 bulan hingga melibatkan warga di sekitar lokasi. Dalam kegiatan itu, protokol kesehatan diterapkan secara ketat. Di bagian depan, petugas yang berjaga melakukan pengecekan suhu tubuh terlebih dahulu lalu pengunjung yang hendak masuk pun dibatasi hanya 100 orang tiap sesinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tak ada batasan usia dalam kegiatan Jamuan Malam. Anak-anak diperkenankan untuk masuk ke dalam area hutan tanpa mesti takut tersesat. Terdapat petugas yang berjaga di sejumlah titik untuk memberikan arahan. Adapula papan berisi petunjuk untuk mengingatkan para pengunjung mengenai area mana saja yang boleh dan tidak dikunjungi.
"Untuk satu sesinya sendiri hanya 100 pax dan maksimal 60 menit untuk makan, kita ngikutin peraturan. Tapi setelah mereka makan 60 menit mereka masih bisa jalan-jalan di sekitaran sini," ujar dia.
Sementara itu, disinggung mengenai kegiatan utama yakni Hutan Menyala, Yupitri belum mengetahui secara pasti waktu pelaksanaannya karena masih menunggu keluarnya izin dari pemerintah setempat. Akan tetapi, dia mengungkapkan sedikit bocoran soal kegiatan tersebut.
Nantinya, total 1.000 m² lahan di Tahura akan digunakan untuk Hutan Menyala dan dibagi ke dalam 9 zona. Tiap zona memiliki cerita terhubung yang ditampilkan melalui paduan tatanan cahaya dan suara. Adapun inti dari cerita yakni seputar legenda dan dongeng tentang Bandung.
ADVERTISEMENT
"Pengennya sih nanti pengunjung kayak bisa berfantasi sendiri, Tahura ini dulunya apa sih dan danau itu dulunya apa sih terus ada apa saja di tahura sendiri. Kalau Hutan Raya Juanda ini kan dia punya binatang sama tumbuhan khusus, nah itu juga kita munculkan," kata dia.
Yupitri mengajak warga untuk menikmati Jamuan Malam terlebih dahulu sebelum Hutan Menyala. Sebagian kecil dari instalasi cahaya telah ditampilkan dalam Jamuan Malam. Dia pun mengingatkan warga yang datang agar tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Kalau misalnya pengin menikmati satu pengalaman baru kuliner , silakan datang ke Tahura, di sini memang belum full hutan menyala 100 persen kita kasih lihat tapi ada bocoran 20 persen lah. Tapi tetep jaga prokes ya," kata dia.
ADVERTISEMENT
Di lokasi yang sama, Chief Technology Officer Sembilan Matahari Erdianto mengatakan, tatanan cahaya yang ditampilkan memiliki makna. Adapun total energi listrik yang dikerahkan untuk menata cahaya menggunakan LED dan RGB sebanyak 30 ribu Watt.
"Itu kan (cahayanya) keliatan kayak kunang-kunang gitu, nah kenapa kunang-kunang kalau kunang-kunang itu di tempat bahwa tempat itu bersih dari polusi. Kita ngangkat itu sih kenapa di hutan ada kunang-kunang karena kunang-kunang itu menandakan kalau tempat itu baik," jelas dia.
Erdianto menambahkan, tatanan cahaya itu akan terus diperbarui dan dikembangkan sehingga dapat semakin maksimal. "Akan dikembangkan, di-maintenance kalau ada yang kurang ditambah. Nanti sama kita diperbarui lagi jadi gak berhenti sampai di sini saja," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, seorang pengunjung Arlen Sulintang (23) mengaku terkesan dengan wisata Jamuan Malam. Dia menilai tatanan cahaya warna-warni yang ditampilkan di hutan menjadi begitu mempesona. Dia pun mengaku tak sabar untuk mengikuti kegiatan Hutan Menyala.
"Keren ini sih. Gak nyangka bisa dibuat gini. Jadi gak serem lagi ya Tahura," kata dia.
Bagi warga yang hendak menikmati Jamuan Malam dapat melakukan reservasi terlebih dulu secara online. Untuk reservasi dikenakan tarif senilai Rp 76 ribu yang sudah termasuk tiket masuk ke Tahura dan paket makan.
Sebagian kecil uang yang diterima penyelenggara akan disisihkan untuk pembibitan dan upaya konservasi alam. Informasi lebih lanjut soal Jamuan Malam dan Hutan Menyala dapat dicek di akun Instagram @hutanmenyala. Yuk, menikmati alam!
ADVERTISEMENT