Jokowi Berharap Jembatan Youtefa Dijadikan Wisata Bahari

29 Oktober 2019 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jembatan penghubung Holtekamp dan Hamadi diatas teluk Youtefa, Papua. Foto: Dok. PP Construction and Investment
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan penghubung Holtekamp dan Hamadi diatas teluk Youtefa, Papua. Foto: Dok. PP Construction and Investment
ADVERTISEMENT
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) berharap Jembatan Youtefa di Jayapura, Papua, setelah diresmikan dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari di Kota Jayapura.
ADVERTISEMENT
"Saya harap masyarakat Jayapura dan pemerintah daerah menjaga jembatan ini, dipercantik dengan lampu dan taman karena sekarang Jembatan Youtefa sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Papua," katanya di Jayapura, belum lama ini.
Jembatan penghubung Holtekamp dan Hamadi diatas teluk Youtefa, Papua. Foto: Dok. PP Construction and Investment
Seperti yang dilansir dari Antara, Selasa (29/10), Presiden Joko Widodo turut menambahkan, jembatan yang menjadi penghubung Holtekamp dan Hamadi ini menjadi tonggak sejarah di Tanah Papua, bukan hanya simbol penting yang menyatukan, tetapi lambang kemajuan untuk membangun Bumi Cenderawasih.
"Tanah Papua harus maju seperti daerah lainnya di Indonesia, Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi, di mana jika dihitung-hitung saya sudah 13 kali ke Papua," ucapnya.
Jembatan penghubung Holtekamp dan Hamadi diatas teluk Youtefa, Papua. Foto: Dok. Kantor Staf Presiden
Dia menjelaskan sudah menjadi tugas bersama untuk menjaga dan membangun Papua, itulah kenapa pada periode kedua ini, dirinya bersama Wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin melakukan kunjungan kerja pertama ke Bumi Cenderawasih.
ADVERTISEMENT
"Yang saya lakukan setelah dilantik adalah mengunjungi Tanah Papua, semua itu untuk memastikan Bumi Cenderawasih dibangun dan tidak dilupakan," katanya.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo menambahkan waktu periode pertama, pihaknya sudah mengunjungi pedalaman-pedalaman Indonesia Timur, dan di situlah dilihat ada ketimpangan infrastruktur antara wilayah Indonesia Barat, tengah dan timur yang belum tersentuh oleh pembangunan.