Kajian Fodor's Travel Tak Pengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Jatiluwih

26 November 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara suasana kawasan wisata Jatiluwih di Tabanan, Bali, Kamis (23/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara suasana kawasan wisata Jatiluwih di Tabanan, Bali, Kamis (23/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Laporan Fodor's Travel yang memasukkan Bali sebagai destinasi yang sebaiknya tak dikunjungi pada 2025, diyakini tidak mempengaruhi kunjungan pariwisata ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih Tabanan, Bali.
ADVERTISEMENT
Manajer Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih, I Ketut Purna, mengatakan bahwa kunjungan wisatawan ke Jatiluwih tidak mengalami penurunan.
"Kunjungan wisatawan ke DTW Jatiluwih tidak ada pengaruh sama sekali. Hal ini dilihat dari data kunjungan Sabtu, 23 November kemarin, dalam satu hari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 409 orang, dan wisatawan domestik (wisdom) 502 orang," kata Purna, seperti dikutip dari Antara.
Desa Jatiluwih, Bali. Foto: Dok. Pegipegi
Meskipun ada pemberitaan tersebut, Ketut Purna meyakini hal itu tidak akan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan, baik domestik dan mancanegara yang berlibur ke DTW Jatiluwih, Tabanan, Bali.
Sementara itu, mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali di tahun 2023, menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada tahun 2023 mencapai 5.273.258 orang. Angka ini naik 144,61 persen, dibandingkan tahun 2022 yang hanya 2.155.747 kunjungan.
Wisatawan di Bali. Foto: Kemenparekraf
Secara kumulatif, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali pada Januari-Agustus 2024 sudah mencapai 4.155.540 orang. Angka ini naik 21,55 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023, yang berada di angka 3.418.667 orang.
ADVERTISEMENT
Ketut Purna mengatakan untuk menghindari adanya penumpukan wisatawan di wilayah Bali bagian selatan, maka diperlukan upaya dari berbagai pihak dan para pemangku kepentingan untuk mengenalkan daerah Bali utara, timur, dan barat, agar tidak menumpuk di selatan.
"Termasuk Ketika Fodor's memasukkan Bali dalam daftar permasalahan overtourism, hal tersebut bisa teratasi dengan memaksimalkan lagi upaya mempromosikan potensi pariwisata di Bali," katanya.

Daya Tarik Bali agar Tetap Terjaga

Wisatawan menyaksikan penari yang menampilkan Tari Kecak Uluwatu di kawasan Uluwatu, Badung, Bali, Kamis (11/4/2024). Foto: Fikri Yusuf/ Antara Foto
Agar Pulau Bali tetap memiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara, Ketut Purna mengajak seluruh elemen untuk menjaga budaya Bali, agar tidak hilang ditelan zaman.
"Memang Pulau Bali jika dibandingkan negara lain, keindahan alam tidak ada yang menandingi. Ayo kita bekerja sama siapa pun itu untuk menjaga budaya Bali agar tetap lestari," ujar Ketut Purna.
ADVERTISEMENT
Ia meyakini wisatawan mancanegara datang ke Bali bukan sekadar melihat alam, tetapi yang utama adalah kebudayaan Bali.
Dengan menjaga budaya Bali, dalam kondisi apa pun pariwisata di daerah ini menurutnya, tetap akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Dewata.

Desa Jatiluwih Masuk Daftar Desa Terbaik

Wisatawan berswafoto dengan latar belakang persawahan saat mengunjungi Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali, Kamis (3/6/2021). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
Sebelumnya, UNWTO atau UN Tourism mengumumkan 55 desa wisata dengan predikat baik atau Best Tourism Villages yang diterima langsung oleh I Ketut Purna di Kolombia pada Jumat (15/11). Desa Jatiluwih terpilih dari total 260 desa wisata lain yang berasal dari 60 negara anggota UN Tourism.
UN Tourism menyebutkan 55 desa wisata dengan predikat baik itu dinilai berdasarkan sembilan indikator, yakni sumber daya alam dan budaya, promosi dan konservasi budaya, keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan, integrasi rantai nilai dan pembangunan pariwisata, tata kelola dan prioritas pariwisata, konektivitas dan infrastruktur, serta keselamatan, keamanan dan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Selain Desa Jatiluwih, Desa Wukirsari Kapanewon Imogiri di Bantul, DI Yogyakarta, juga meraih penghargaan serupa.
Tak hanya itu, setelah mendapat predikat Desa Wisata Terbaik dari PBB, DTW Jatiluwih juga berhasil menerima Sertidewi (Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan) dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Sertifikat ini diserahkan pada Forum Kolaborasi Mitra Strategi ADWI 2024.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai upaya desa dalam menjaga kelestarian alam, melestarikan nilai-nilai budaya lokal, serta memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan.
Jatiluwih, dengan filosofi Tri Hita Karana yang menekankan keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas, telah menjadi contoh nyata desa wisata yang mampu mengintegrasikan keberlanjutan dengan daya tarik pariwisata.
"Penghargaan ini merupakan bukti nyata dari dedikasi masyarakat Jatiluwih dalam menjaga harmoni budaya, lingkungan, dan kesejahteraan bersama. Kami akan terus berinovasi untuk memberikan pengalaman wisata yang otentik dan berkelanjutan, sekaligus mempertahankan nilai-nilai tradisional yang menjadi kekuatan desa ini," pungkas Ketut Purna.
ADVERTISEMENT