Kampung Tradisional Terakhir di Singapura yang Masih Bertahan

10 November 2018 9:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/Jnzl's Photos)
zoom-in-whitePerbesar
Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/Jnzl's Photos)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di balik kemegahan gedung pencakar langit di Singapura, ada sisi lain yang jauh dari gemerlap kota modern ini. Pasalnya, di sana terdapat sebuah kampung sederhana yang masih bertahan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Culture Trip, kampung tersebut bernama Kampong Lorong Buangkok. Terletak di kawasan Hougang, kampung ini sudah berdiri sejak 1956 dari tanah yang dibeli oleh seorang pedagang obat tradisional asal China yang bernama Sng Teow Koon.
Kampung ini juga disebut Selak Kain dalam bahasa Malaysia yang berarti mengangkat sarung. Hal ini dikarenakan dahulu orang-orang mengangkat sarung mereka untuk menyeberangi banjir setiap kali desa mengalami banjir.
Tepatnya ketika banjir bandang yang terjadi di Singapura sekitar abad ke-20 yang juga menerjang kampung tersebut.
Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/YL Tan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/YL Tan)
Pada awalnya Sng Teow Koon membangun rumah di desa ini bersama keluarganya, setelah sebelumnya memang sudah ada beberapa rumah yang sudah dibangun di atas tanah tersebut.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, tanah tersebut akhirnya diwariskan kepada anak-anaknya. Hingga akhirnya tempat ini berevlousi menjadi sebuah kampung yang dikenal dengan Kampong Lorong Buangkok.
Kampong Lorong Buangkok adalah salah satu kampung tradisional yang mampu memesona banyak orang. Karena bagaimana tidak, jika biasanya kampung dikelilingi lahan yang hijau, lain hal dengan Kampong Lorong Buangkok ini yang justru dikelilingi gedung-gedung tinggi di Singapura.
Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/Jnzl's Photos)
zoom-in-whitePerbesar
Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/Jnzl's Photos)
Kampung ini dihuni sebanyak 30 keluarga terdiri dari berbagai latar belakang etnis dan agama.
Terdapat kurang lebih 28 rumah di kampung ini dan warganya hidup dalam kebersamaan dan kerukunan yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Yang tak kalah menariknya dari kampung ini adalah bagaimana kehidupan modern hampir tidak menyentuh mereka.
ADVERTISEMENT
Kampung ini tetap mempertahankan keasriannya dan juga sisi tradisionalnya di tengah modernisasi yang ada. Sehingga kampung ini bisa dibilang kampung terakhir yang masih bertahan hingga saat ini di Singapura.
Tak hanya itu, ternyata kampung ini juga pernah diabadikan ke dalam sebuah film dokumenter yang berjudul The Last Kampong yang menceritakan tentang kehidupan di kampung terakhir yang ada di Singapura tersebut.
Kampung ini juga terbuka bagi para pengunjung atau wisatawan yang ingin berkunjung, lho. Jadi tidak perlu ragu bagi kamu yang ingin datang dan melihat langsung kehidupan di kampung tersebut.
Masjid yang ada di Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/Jnzl's Photos)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid yang ada di Kampong Lorong Buangkok (Foto: Flickr/Jnzl's Photos)
Ketika memasuki kampung tersebut, kamu akan menemui beberapa bangunan tradisional yang masih dipertahankan di kampung tersebut, mulai dari perumahan, toko, dan juga sebuah masjid.
ADVERTISEMENT
Walaupun pembangunan bangunan-bangunan mewah tetap dan terus berlangsung di sekelilingnya, Kampong Lorong Bangkok masih bertahan hingga saat ini.
Namun, entah sampai kapan Kampong Lorong Bangkok bisa bertahan menjadi saksi bisu Singapura yang terus berkembang menjadi kota yang modern.
Tertarik untuk berkunjung?