Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Keindahan Malam Seb-i Arus di Konya, Peringatan 750 Tahun Wafatnya Sang Sufi
20 Desember 2023 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mevlana Celaleddin-i Rumî atau yang juga dikenal dengan nama Jalaluddin Rumi adalah tokoh penting, seorang sufi, dan filsuf Islam yang ajarannya menjadi salah satu paling berpengaruh di dunia. Rumi terkenal dengan sifatnya yang sangat peduli kepada sesama manusia, merangkul semua agama, budaya, dan masyarakat tanpa memandang bulu.
Ajaran Rumi, serta tulisannya dianggap sebagai puncak sastra Islam. Penyair sufi ini menjalani sebagian besar hidupnya di kota Konya, Anatolia Tengah. Dia dikenal saat ini karena puisi enam jilidnya Masnavi, sebuah landasan sastra Islam tempat sebagian besar ajarannya dikumpulkan.
Meskipun ingatannya dihidupkan kembali melalui beberapa warisan, ajarannyalah yang menyusun warisan utama dengan yang paling terkenal adalah tujuh nasihatnya. Salah satunya berbunyi;
"Dalam kemurahan hati dan menolong orang lain jadilah seperti sungai."
ADVERTISEMENT
Kediaman terakhir Rumi, Konya, setiap tahunnya kini menjadi tuan rumah bagi acara rangkaian upacara Seb-i Arus. Jika biasanya hari kematian seseorang diperingati dengan kesedihan, Rumi justru bertitip pesan kepada keturunan dan sahabatnya, untuk jangan menjadikan kematiannya sebagai hari kesedihan. Sebab, ia merasa, hari kematiannya adalah perayaan dirinya bisa kembali ke Sang Pencipta, Allah SWT.
Sejak 1937, masyarakat Konya, Turki, kini setiap 17 Desember, memperingati kematian Sang Sufi dengan perayaan indah. Mereka menghadirkan malam Seb-i Arus. Rangkaian upacara tersebut tahun ini menandai peringatan ke-750 tahun dan mengangkat tema "Waktu Reuni" (Vuslat Vakti).
Rumi percaya bahwa mati berarti terbebas dari kurungan yang kita sebut tubuh, dan dengan demikian menemukan kebahagiaan yang seutuhnya; berbeda dengan kebahagiaan sementara yang hanya bisa dirasakan di bumi.
ADVERTISEMENT
Rumi menganggap kematian sebagai cara untuk bersatu dengan “Sang Kekasih” – Tuhan dalam terminologi sufi, maka Seb-i Arus tidak selalu merupakan minggu berkabung, tetapi sebuah minggu perayaan. Upacara peringatan tersebut menampilkan beberapa kegiatan yang telah menjadi bagian dari tradisi, yang paling umum adalah pertunjukan tarian Sema, ritual terkenal para darwis dengan gerakan berputar (semazens).
Tahun ini, kumparanTRAVEL mendapat kesempatan untuk menyaksikan langsung perayaan penting ini. Kumparan menjadi satu-satunya media dari Indonesia yang bisa menyaksikan keindahan malam puncak Seb-i Arus.
Pertunjukan Tarian Sema yang Dibawakan Para Darwis Menjadi Puncak Acara Malam Seb-i Arus di Konya, Turki
Dalam Sema Hall di Mevlana Cultural Center, ratusan orang memadati area pertunjukan. Sebelum pertunjukan utama tarian sema, acara dibuka dengan konser dari penyanyi klasik Turki, Ahmet Ozhan, yang menyanyikan lagu-lagu sufistik.
Kemudian puncak acara tarian sema berlangsung setengah jam. Ada 40 penari darwis yang menunjukkan tarian indahnya sambil berputar-putar mengikuti arah jam.
ADVERTISEMENT
Setiap gerakan dan putaran yang dilakukan penuh dengan filosofis. Ketika berputar, darwis harus membagi dalam dua langkah. Langkah putaran pertama mereka harus menyebut "Al" dan langkah kedua menyebut "Lah". Sehingga setiap putarannya akan menyebut "Allah".
Sambil berputar tangan para darwis juga terbagi menjadi beberapa fase gerakan. Gerakan pertama, kedua tangan diletakkan di depan dada seperti merangkul diri sendiri. Gerakan ini melambangkan seolah-olah mereka merangkul alam semesta.
Kemudian, gerakan kedua, tangan kanan dengan jari terbuka menghadap ke atas, dan tangan kiri dengan jari terbuka menghadap bawah. Gerakan ini memiliki arti, tangan kanan akan menerima kebaikan Allah, dan tangan kiri akan memberi atau meneruskan kebaikan yang diberikan Allah kepada sesama di bumi.
ADVERTISEMENT
Upacara Seb-i Arus yang berlangsung selama 10 hari itu menarik lebih banyak pengunjung setiap tahunnya. Hal ini menandai perkembangan yang signifikan, mengingat kutipan abadi seorang Sufi: “Ayo, siapa pun Anda.”
Pengunjung baik dari masyarakat setempat maupun wisatawan asing, tampak ikut menyaksikan acara ini dengan khidmat. Selain malam puncak acara, sebelumnya di Kota Konya juga sudah terlaksana rangkaian acara lain, seperti simposium, konser, pameran, hingga bazar yang berlangsung di jantung kota Konya.