Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Keinginan Trinity untuk Berhenti Menulis Buku The Naked Traveler
22 Desember 2018 9:26 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam dunia traveling, terutama bagi kamu pecinta jalan-jalan, nama Trinity sudah tidak asing lagi di telinga. Mendengan kata Trinity, setiap orang pasti akan langsung mengasosiasikannya dengan The Naked Traveler.
ADVERTISEMENT
Julukan yang berasal dari nama buku dan blognya itu begitu lekat dengan sosok Trinity yang digambarkan sebagai perempuan pemberani yang senang jalan-jalan dan mengeksplorasi masyarakat lokal di mana pun ia menginjakkan kaki.
Bukan yang hanya sekadar memuaskan wanderlust dan mengambil foto kekinian seperti traveler kebanyakan, dalam setiap perjalanannya, Trinity seakan menyelami kehidupan masyarakat lokal. Sehingga wajar saja, siapa pun yang membaca tulisannya seakan merasakan pengalaman yang sama.
Sayang di tahun 2018, ia telah membulatkan tekad untuk mengakhiri buku perjalanan berseri yang telah membesarkan namanya, The Naked Traveler. Ditutup dengan seri yang kedelapan, The Naked Traveler 8 (TNT 8) menjadi penutup perjalanan sekaligus ucapan perpisahan Trinity dengan para pembaca setianya.
ADVERTISEMENT
Mengapa? Karena ia tak hanya mengakhiri The Naked Traveler saja, tapi juga berencana hiatus sementara. Masa hiatus itu ia namai sebagai masa hibernasi.
Dalam kunjungannya ke kantor kumparan, pada kumparanTRAVEL Trinity mengungkapkan bahwa hiatus bukan berarti ia akan berhenti menulis. Mengutip kata-kata pengarang ternama Pramoedya Ananta Toer, bagi Trinity menulis adalah pekerjaan keabadian.
"Jadi, ya, nulisnya pasti enggak bisa diberhentiin. Jalan-jalannya apa lagi. Cuma enggak dibuat jadi seri, dengan format seperti itu lagi, kayaknya enggak, ya, maksudnya udahlah di blog aja gitu.
Mudah-mudahan blognya juga masih, ya, tapi pasti, sih. Maksudnya, gila itu blog dari 2005, travel blog pertama di Indonesia. Jadi, ya, blognya sih masih, terus kayaknya memang mesti setia sama blog itu. Karena dari blog itu jadi membuka pintu-pintu lainnya," kata perempuan yang berulang tahun tiap tanggal 11 Januari itu.
Bagi Trinity, blog The Naked Traveler tak sekadar berisi catatan perjalanan saja, tapi juga arsip petualangannya. Apalagi ia memulai perjalanan sejak traveling belum jadi gaya hidup masyarakat Indonesia pada umumnya, ketika belum ada maskapai berbiaya hemat, dan belum ada perangkat elektronik canggih seperti telepon selular atau internet.
ADVERTISEMENT
"Bayangin saja, aku mulai traveling pada saat belum ada handphone dan internet. Dulu traveling di mana di pesawat aja masih boleh merokok. Sampai sekarang pun traveling tujuannya sudah mulai berubah," tutur Trinity.
Semakin ke sini, Trinity merasa bahwa traveling bukan lagi jadi ranah eksplorasi atau pencarian jati diri. Tapi lebih menjurus ke eksistensi di dunia maya melalui berbagai unggahan di media sosial.
"Kalau sekarang orang jalan-jalan, kan, 'aku pengin foto di situ buat dimasukkin ke Instagram nih,' dan memang maknanya jadi berubah," ungkapnya. Terutama setelah bukunya difilmkan, Trinity mendapat pembaca baru dari kalangan milenial yang belum pernah membaca buku-buku sebelumnya.
Sehingga ia kembali dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang khas ditanyakan oleh para pembaca awam. Seperti cara packing dan memperoleh uang untuk traveling.
ADVERTISEMENT
"Pokoknya aku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar yang masih sering ditanyain, 'kayak gimana caranya packing?' Orang nanyanya itu terus, sampai sekarang sudah 13 tahun blogging, pertanyaannya itu terus. Padahal kita tahu, sudah baca, tapi masih pengin ditanya,"kata wanita kelahiran Sukabumi itu.