Kenapa Natal Selalu Identik dengan Pohon Cemara? Ini Sejarahnya

23 Desember 2022 8:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi merayakan natal secara virtual di saat pandemi. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merayakan natal secara virtual di saat pandemi. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Natal menjadi salah satu hari besar yang ditunggu-tunggu umat Kristiani di seluruh dunia. Perayaan yang digelar setiap tanggal 25 Desember tersebut diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.
ADVERTISEMENT
Selain tradisi bertukar kado, perayaan Natal biasanya juga identik dengan berbagai ornamen khas berwarna merah ataupun putih. Tak hanya itu, saat Natal kamu juga bisa menemukan pohon Natal dengan berbagai hiasan yang menghiasi rumah-rumah.
Ilustrasi menghias pohon natal bersama anak Foto: Shutter Stock
Namun, pernahkah terlintas di benakmu kenapa pohon Natal selalu identik dengan pohon cemara? Bisakah pohon Natal terbuat dari pohon lain selain cemara? Ternyata hal tersebut ada jawabannya, lho.
Dilansir Britannica, penggunaan pohon cemara sebagai pohon Natal ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Penggunaan pohon cemara sebagai rangkaian hiasan Natal berbentuk bulat (wreath) atau memanjang (garland) merupakan kebiasaan orang Mesir Kuno, China, dan Ibrani untuk melambangkan kehidupan yang abadi.

Sejarah Pohon Natal

Berbeda dengan Eropa, pohon cemara menjadi simbol taubat mereka ke dalam agama Kristen.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, bagi orang Skandinavia, mendekorasi rumah dengan pohon Natal menjadi salah satu cara untuk menakut-nakuti iblis, menangkal kekuatan sihir, serta penyakit.
Ilustrasi Natal di Mercure Jakarta Gatot Subroto. Foto: Dok. Mercure Jakarta Gatot Subroto
Berbeda dengan di Skandinavia, di Jerman para penduduknya biasanya akan memasang pohon Yule di pintu masuk atau di dalam rumah ketika musim dingin tiba.
Hanya saja, pohon Natal modern yang digunakan sekarang ternyata berakar dari budaya Jerman bagian barat.
Pohon Natal yang terbuat dari cemara lengkap dengan hiasannya direpresentasikan sebagai pohon surga di Taman Eden. Penyebutan itu tidak terlepas dari kisah Adam dan Hawa.
Ilustrasi Bulu Mata Berbentuk Pohon Natal Foto: Dok. Shutterstock
Pohon tersebut dipajang di rumah-rumah mereka di setiap tanggal 24 Desember. Tanggal tersebut diketahui sebagai hari raya keagamaan Adam dan Hawa.
Selain apel, mereka juga menggantungkan wafer di atasnya sebagai simbol perjamuan Ekaristi. Di sekitarnya, juga dipasang sejumlah lilin sebagai simbol Kristus yang menerangi dunia.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-18, tradisi tersebut akhirnya tersebar luas di kalangan Lutheran Jerman. Namun, baru pada abad ke-19 pohon Natal menjadi tradisi yang mengakar di Jerman.
Lukisan hari pernikahan Ratu Victoria dengan Pangeran Albert Foto: Wikimedia Commons
Tradisi menghias pohon cemara sebagai pohon Natal juga diperkenalkan oleh Pangeran Albert, suami Ratu Victoria yang berdarah Jerman. Saat itu, ia memperkenalkan Pohon Victoria yang dihiasi dengan mainan, hadiah, dan juga lilin kecil.
Kebiasaan tersebut akhirnya menyebar ke berbagai tempat. Tradisi menghias pohon Natal juga dibawa oleh seorang pemukim Jerman hingga akhirnya tradisi ini tersebar luas di Austria, Swiss, Polandia, hingga Belanda. Adapun, di China dan Jepang, pohon Natal diperkenalkan oleh misionaris Barat pada abad ke-19 dan 20.