Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kenapa Natal Selalu Identik dengan Pohon Cemara? Ini Sejarahnya
23 Desember 2022 8:02 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, pernahkah terlintas di benakmu kenapa pohon Natal selalu identik dengan pohon cemara? Bisakah pohon Natal terbuat dari pohon lain selain cemara? Ternyata hal tersebut ada jawabannya, lho.
Dilansir Britannica, penggunaan pohon cemara sebagai pohon Natal ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Penggunaan pohon cemara sebagai rangkaian hiasan Natal berbentuk bulat (wreath) atau memanjang (garland) merupakan kebiasaan orang Mesir Kuno, China, dan Ibrani untuk melambangkan kehidupan yang abadi.
Sejarah Pohon Natal
Berbeda dengan Eropa, pohon cemara menjadi simbol taubat mereka ke dalam agama Kristen.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, bagi orang Skandinavia, mendekorasi rumah dengan pohon Natal menjadi salah satu cara untuk menakut-nakuti iblis, menangkal kekuatan sihir, serta penyakit.
Berbeda dengan di Skandinavia, di Jerman para penduduknya biasanya akan memasang pohon Yule di pintu masuk atau di dalam rumah ketika musim dingin tiba.
Hanya saja, pohon Natal modern yang digunakan sekarang ternyata berakar dari budaya Jerman bagian barat.
Pohon Natal yang terbuat dari cemara lengkap dengan hiasannya direpresentasikan sebagai pohon surga di Taman Eden. Penyebutan itu tidak terlepas dari kisah Adam dan Hawa.
Pohon tersebut dipajang di rumah-rumah mereka di setiap tanggal 24 Desember. Tanggal tersebut diketahui sebagai hari raya keagamaan Adam dan Hawa.
Selain apel, mereka juga menggantungkan wafer di atasnya sebagai simbol perjamuan Ekaristi. Di sekitarnya, juga dipasang sejumlah lilin sebagai simbol Kristus yang menerangi dunia.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-18, tradisi tersebut akhirnya tersebar luas di kalangan Lutheran Jerman. Namun, baru pada abad ke-19 pohon Natal menjadi tradisi yang mengakar di Jerman.
Tradisi menghias pohon cemara sebagai pohon Natal juga diperkenalkan oleh Pangeran Albert, suami Ratu Victoria yang berdarah Jerman. Saat itu, ia memperkenalkan Pohon Victoria yang dihiasi dengan mainan, hadiah, dan juga lilin kecil.
Kebiasaan tersebut akhirnya menyebar ke berbagai tempat. Tradisi menghias pohon Natal juga dibawa oleh seorang pemukim Jerman hingga akhirnya tradisi ini tersebar luas di Austria, Swiss, Polandia, hingga Belanda. Adapun, di China dan Jepang, pohon Natal diperkenalkan oleh misionaris Barat pada abad ke-19 dan 20.