Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Kopi Lego Banyuwangi di Antara Kopi Nusantara
25 September 2017 19:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Pernah mendengar Kopi Lego Banyuwangi?
Kopi berjenis robusta yang berasal dari Desa Gombengsari, Kalipuro, Banyuwangi ini memang tak seterkenal robusta Kerawang atau Masurai. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis-jenis arabika yang menguasari 70 persen pangsa pasar seperti kopi Gayo, Mandailing, Bali Kintamani, hingga Wamena Papua.
ADVERTISEMENT
Kopi Lego sebagai merek produk kopi unggulan mereka memang masih seumur jagung. Biasanya kopi yang berasal dari daerah di Perkebunan Kali Klatak ini dikirim ke Malang.
Namun sejak awal 2016, pemuda dan para petani di desa kopi ini berupaya untuk memperkenalkan produk kopinya sendiri. Melalui wisata mereka memperkenalkan potensi desanya sekaligus meningkatkan nilai jual kopi di petani.
"Dulu ini hanya sekadar menanam kopi, setelah ditanam dipanen. Tapi kita generasi penerus ini mulai mengubah, setelah awalnya kita petik, dari petik ini kita jadi ose (green bean), setelah ose kita jual, tapi kita sekarang ubah," ujar Taufik, salah satu petani kopi di Gombengsari.
"Kita ubah, coba, kita produksi sendiri. Dari sini kita proses menjadi bubuk. Kenapa seperti itu? Karena kita yang punya kopi, kita yang nanam, justru yang mengolah orang lain. Penginnya kami bagaimana kita yang mengolah," lanjutnya.
Kini, selain bisa menjual biji kopi, petani di Gombengsari juga mulai memasarkan bubuk kopi produksinya sendiri yang diolah secara tradisional. Pasar kopi berjenis robusta memang terbilang kecil, hanya sekitar 30 persen saja. Namun pemainnya pun jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan arabika yang telah padat pesaing.
ADVERTISEMENT
Selain itu kopi memiliki potensi lain selain di bidang agribisnis. Aneka kopi dari Sabang sampai Merauke dapat menjadi alasan wisatawan untuk mengunjungi berbagai daerah di Indonesia.
Hal itu sempat disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti, dalam konferensi pers Food & Hotel Indonesia (FHI) 2017, Selasa (21/3)
"Kemudian juga, cara pengelolaannya itu juga menarik untuk wisatawan,” imbuh Esthy. “Cara minumnya juga bervariasi dari masing-masing daerah. Nah itu menjadi daya tarik tersendiri, ya.”
Potensi wisata kopi itulah yang tengah dikembangkan.
"Kopi sudah sangat populer dan hampir semua di kota-kota sekarang mulai muncul kedai, warung kopi mulai dari yang sederhana sampai yang mewah. Yang pasti ini produknya petani. Ini petani yang punya, yah harapannya kopi di tingkat petani harus ada kenaikan," ujar Haryono, pionir wirausaha Kopi Lego di Desa Gombengsari, Banyuwangi
ADVERTISEMENT
Meski namanya belum begitu dikenal di nusantara, setidaknya harga kopi di tingkat petani mulai mengalami kenaikan.
Melalui pariwisata Banyuwangi yang tengah menggeliat, mengambil kesempatan untuk memposisikan diri di pasar kopi nusantara memang pilihan yang layak dicoba.