Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kota di Eropa Ini Bakal Kasih Makan Siang Gratis Buat Turis yang Jaga Kebersihan
12 Juli 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Warga setempat menyemprotkan pistol air ke turis seraya mengusir mereka. Enggak hanya Barcelona, Kota Venesia juga dilanda permasalahan yang sama dengan Barcelona. Bedanya, mereka memilih untuk memberlakukan pajak turis bagi yang datang harian ke sana.
Namun, berbeda dengan Barcelona dan Venesia, Kopenhagen di Denmark justru punya cara unik untuk mengubah citra pariwisata yang negatif, seperti overtourism ke arah yang lebih positif. Dilansir Fortune, Ibu Kota Denmark tersebut meluncurkan promosi pariwisata baru yang mengajak turis untuk ikut berpartisipasi dalam pariwisata berkelanjutan.
Alih-alih 'mengusir' turis atau menaikkan pajak buat turis, mereka justru meluncurkan program promosi pariwisata baru yang disebut dengan CopanPay, yang mengajak turis untuk ambil bagian dalam pariwisata yang lebih berkelanjutan. Lewat program tersebut, turis yang ikut menjaga kebersihan lingkungan, membantu memunguti sampah, bahkan, membersihkan kota atau destinasi yang dikunjungi, bakal diberikan sebuah rewards atau hadiah.
ADVERTISEMENT
Hadiahnya pun beragam. Turis bisa mendapat makan siang gratis, kopi gratis, bahkan atraksi wisata, seperti tur kayak gratis hingga masuk ke museum gratis.
Diluncurkan mulai 15 Juli 2024, program ini kurang lebih telah diikuti 24 atraksi wisata di Kopenhagen, mulai dari rental sepeda hingga museum The National Gallery of Denmark.
Tujuan Promosi Wisata CopenPay
Tujuan dari kampanye pariwisata ini adalah untuk meningkatkan kesadaran terhadap wisatawan yang berkunjung ke Denmark, bahwa mereka bisa ikut andil dalam menjaga kota.
Misalnya, Copenhagen Surf School akan menyediakan makan siang gratis kepada para peselancar yang membantu membersihkan pantai selama 30 menit setelah pelajaran selancar mereka.
"Ini adalah sebuah eksperimen dan langkah kecil menuju penciptaan pola pikir baru di kalangan turis," kata Mikkel Aarø-Hansen, CEO Wonderful Copenhagen, organisasi pariwisata resmi kota tersebut, dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
Menurut data Wonderful Copenhagen, turis seringkali bersedia untuk bergabung dalam kampanye pariwisata berkelanjutan. Namun, hanya sedikit dari mereka yang merealisasikan hal itu.
Untuk menjawab hal tersebut, Kopenhagen pun melakukan pendekatan yang baru untuk turis yang dibangun berdasarkan kepercayaan.
Inisiatif Baru Pariwisata untuk Lebih Baik
Wonderful Copenhagen mengatakan inisiatif ini tidak dimaksudkan untuk meningkatkan pariwisata, namun hanya mempromosikan cara yang lebih baik untuk mencapainya.
"Dengan proyek khusus ini, fokus kami adalah mengembangkan praktik berkelanjutan dan meningkatkan pengalaman perjalanan bagi mereka yang sudah ada di sini, dibandingkan menarik lebih banyak wisatawan. Dan mungkin, untuk menginspirasi kota-kota lain agar mengadopsi Copenpay, jika proyek percontohan tersebut berhasil dilaksanakan," kata Rikke Holm Petersen, Direktur Komunikasi dan Pemasaran Wonderful Copenhagen.
Eropa selalu menjadi tujuan liburan indah. Namun, belakangan ini hal tersebut juga menjadi momok menakutkan, seperti overtourism.
ADVERTISEMENT
Overtourism memberikan dampak negatif bagi penduduk lokal yang dinilai dapat membahayakan kualitas hidup, dan biaya hidup mereka secara keseluruhan.
Langkah-langkah ini menunjukkan betapa destinasi-destinasi populer di Eropa harus menyeimbangkan antara membatasi jumlah pengunjung, tanpa membuat mereka putus asa. Pariwisata adalah penyumbang devisa dan pembuka lapangan kerja utama bagi banyak perekonomian kota setempat.
Jika proyek percontohan Kopenhagen berhasil mengubah pariwisata menjadi kekuatan untuk kebaikan, hal ini dapat menjadi percontohan bagi kota-kota lain.
"Kita harus mengubah pariwisata dari sekadar beban lingkungan, menjadi kekuatan untuk perubahan positif. Salah satu langkah penting dalam transformasi ini adalah mengubah cara kita bergerak di suatu destinasi, apa yang kita konsumsi, dan cara kita berinteraksi dengan penduduk setempat," pungkas Aarø-Hansen.
ADVERTISEMENT