Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Lebaran Sapi, Tradisi Unik Arak-arakan Hewan Ternak Warga Lereng Gunung Merapi
21 Mei 2021 12:00 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dilansir Antara, Lebaran Sapi merupakan tradisi unik yang biasa dilakukan warga di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi yang digelar tiap tahun ini dilakukan dengan mengarak hewan ternak seperti sapi dan kambing keliling desa.
Menurut Darmaji, salah satu tokoh masyarakat setempat, tradisi arak-arakan hewan ternak ini diawali dengan berdoa bersama. Setelah doa bersama dilanjutkan makan kenduri di lingkungan RT masing-masing warga Desa Sruni yang mayoritas kehidupannya sebagai peternak sapi dan kambing.
Setelah melakukan doa bersama dan kenduri, kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing mengambil ternaknya dibawa ke jalan utama desa untuk berkumpul. Jika satu desa jumlahnya ada 250 ekor lebih ternak dengan diiringi kelompok musik gamelan khas Jawa reog untuk diarak keliling kampung.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana asal-usul Lebaran Sapi ini dan apa maksud tujuannya?
Tradisi untuk Melestarikan Budaya Nenek Moyang
Tradisi Lebaran Sapi yang digelar setiap bulan Syawal ini bertujuan untuk melestarikan budaya nenek moyang. Hal itu diungkapkan oleh Sesepuh warga Desa Sruni Boyolali, Hadi Sutrano.
"Tradisi tersebut hanya melestarikan dari nenek moyang, setiap Syawalan atau Lebaran Ketupat selalu mengeluarkan seluruh ternaknya baik sapi maupun kambing dari kandangnya untuk diarak keliling kampung," katanya.
Pada acara tradisi konon katanya, Nabi Sulaiman yang menguasai hewan memeriksa ternak milik petani. Setelah itu, dengan perkembangan zaman, tradisi dibudayakan oleh masyarakat lereng Gunung Merapi hingga sekarang bersamaan merayakan Lebaran Ketupat.
Tradisi arak ternak sapi tersebut, kata dia, biasanya digelar warga di Kampung Mlambong, Gedong dan Rejosari. Ada sebanyak 110 kepala keluarga, dan setiap KK memiliki ternak mulai dua ekor hingga 10 ekor, sehingga ada ratusan ekor sapi yang ikut diarak keliling kampung.
Menurut dia, ternak sapi sebelum diarak keliling kampung diberikan makanan ketupat dan kemudian dioleskan atau diberikan minyak wangi sehingga baunya juga harum. Ternak sapi dimanjakan oleh peternaknya karena melalui ternak itu, dapat memberikan kehidupan kesejahteraan bagi keluarga masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Darmaji mengatakan, ada yang berbeda pada penyelenggaraan tahun ini. Karena masih adanya pandemi, tradisi ini digelar secara terbatas untuk mencegah terjadinya kerumunan massa.
"Tradisi digelar tidak secara resmi seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi terbatas di lingkungan RT masing-masing karena COVID-19," kata Darmaji.
Padahal tahun-tahun sebelumnya, biasanya ada ratusan ekor ternak sapi dan kambing milik masyarakat di Desa Sruni dikeluarkan dari kandangnya kemudian dikumpulkan dan diarak keliling kampung.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )