Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Siapa yang enggak tahu Museum Madame Tussaud? Saking terkenalnya, Museum Madame Tussaud bisa kamu temukan di berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Museum Madame Tussaud dikenal mengoleksi beragam patung lilin figur-figur populer. Enggak sembarangan patung, patung lilin di tempat ini sangat mirip dengan manusia aslinya.
Kamu bisa menemukan raut wajah, kerutan kulit, rambut, bola mata, hingga guratan nadi di dalam patung. Mengunjungi tempat ini seperti memberikanmu kesempatan bertemu dengan tokoh hebat di dunia nyata. Di beberapa patung disediakan pula properti seru untuk pengunjung berfoto.
Mulai dari tokoh politik, atlet olahraga, penyanyi papan atas, hingga artis Hollywood dan Bollywood ada di sini. Walau begitu, tidak banyak tokoh yang diabadikan di Museum Madame Tussaud.
Biasanya mereka yang diabadikan dalam bentuk monumen di museum ini merupakan orang-orang yang memiliki peran penting atau membawa perubahan. Sehingga terkadang kehadiran patung di Museum Madame Tussaud seakan semakin memperkuat popularitas seseorang.
ADVERTISEMENT
Salah satu tokoh Indonesia yang diabadikan dalam museum ini adalah Ir. Soekarno, Bapak Proklamasi Indonesia dan penyanyi populer Anggun C. Sasmi.
Melihat eksklusivitas dan juga popularitas Museum Madame Tussaud yang tak sembarangan, kamu pernah enggak, sih, merasa penasaran dengan sosok wanita yang dijadikan sebagai nama museum tersebut?
Sesuai dengan namanya Museum Madame Tussaud tentu saja mengambil nama seorang wanita bernama Madame Tussaud. Dilansir dari National Geographic dan informasi resmi dalam museumnya, Madame Tussaud dilahirkan dengan nama Anne Marie Grosholtz di Strasbourg, Prancis Timur pada 1761.
Ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga yang bekerja untuk ahli anatomi, sekaligus pembuat patung lilin, Dr. Philippe Curtius. Sementara sang ayah adalah seorang tentara Jerman yang mati terbunuh dalam perang yang dikenal sebagai Seven Years' War.
ADVERTISEMENT
Semasa kecil, Marie tumbuh di Kota Bern, Swiss. Ia dan ibunya kemudian pindah ke Paris pada 1767, setelah Dr. Curtius memilih untuk mendalami seni di Kota Cinta itu dan meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter.
Karena tak memiliki ayah, akhirnya Dr. Curtius mengambil posisi sebagai wali bagi anak itu dan menganggapnya seperti seorang keponakan. Hasil kerja Curtius rupanya sangat mengesankan.
Ia berhasil mengumpulkan banyak fans dan membuat pameran pertamanya pada 1770. Saking suksesnya, Curtius kemudian dipindahkan ke istana kerajaan pada 1776.
Sembari melayani kerajaan, Curtius juga mengajari Marie cara membuat patung dari lilin. Kala itu, Marie berusia sekitar 15-16 tahun.
Marie adalah murid yang rajin, patuh, dan juga berbakat. Pada usia ke-17, Marie kemudian membuat patung lilin dengan mengambil figur filsuf ternama, Voltaire.
Marie yang lihai dan berbakat kemudian menjadi favorit di Istana Versailles. Ia bahkan dipanggil untuk mengajar Madame Elizabeth, saudara perempuan raja untuk mematung.
ADVERTISEMENT
Dua tokoh yang kerajaan yang diabadikan Marie selama ia menjadi guru bagi Kerajaan Prancis adalah Raja Louis XVI dan Ratu Maria Antoinette.
Semua tampak sukses dan indah, hingga akhirnya ketika Revolusi Prancis pecah, Marie harus merasakan pengalaman tak menyenangkan. Ia ditangkap dan dipenjara selama tiga bulan pada masa Pemerintahan Teror (Reign of Terror) yang berlangsung dari musim gugur 1793 hingga musim panas 1794.
Ia dan Joséphine de Beauharnais, calon istri Napoleon ditangkap karena dianggap sebagai simpatisan kerajaan. Rambutnya dicukur dan ia didakwa dengan hukuman eksekusi. Namun, ketika tengah menanti persiapan eksekusi, ia dan sang paman mendapat pengampunan dan dibebaskan dari penjara.
Meskipun demikian, ada imbalan dari grasi tersebut, yaitu membuat topeng kematian sebagai bentuk dukungan atas Revolusi Prancis. Topeng kematian adalah topeng yang dibuat dari wajah dan kepala orang-orang yang dieksekusi selama Revolusi Prancis, termasuk di dalamnya Raja Louis XVI dan Ratu Maria Antoinette.
ADVERTISEMENT
Curtius yang memiliki sense bisnis yang baik mengajak Marie untuk mengadaptasi era tersebut sebagai bentuk patung mereka agar dapat tetap selamat. Sejak saat itu, para pemimpin revolusioner dan tokoh-tokoh yang harus mati dengan cara dipenggal menjadi bintang baru di galerinya.
Majikan ibunya yang kemudian menjadi paman, sekaligus mentornya tersebut diketahui meninggal pada September 1794 dan mewariskan seluruh karyanya, termasuk museum patung lilinnya pada Marie. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1795, Anne Marie Grosholtz kemudian menikah dengan Francois Tussaud.
Dari pernikahan inilah Marie kemudian lebih dikenal sebagai Madame Tussaud atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Nyonya Tussaud.
Madame Tussaud kemudian memiliki dua anak laki-laki. Anak pertamanya lahir 1798 dan diberi nama Joseph. Anak keduanya kemudian lahir pada 1800 dan diberi nama Francis.
ADVERTISEMENT
Pernikahan Marie dan Francois rupanya tak berlangsung baik. Bisnis patung lilinnya bahkan hampir hancur terdampak revolusi. Saat itulah ia bertemu ilusionis asal Jerman, Paul Philidor. Bersama Paul, Marie yang telah berusia 41 tahun mengadu nasib ke Inggris.
Selama 33 tahun di Inggris, Madame Tussaud menggelar beragam pameran. Ia membawa patung lilin karyanya ke semua kota di Inggris.
Ia mendandani dan memberikan pakaian yang baik pada patung-patungnya. Untuk memudahkan mobilitas, wanita dari Prancis itu menggunakan mobil karavan untuk bepergian dari satu kota ke kota lain.
Ia mempromosikan karyanya sendirian menggunakan iklan dan brosur. Selama 33 tahun ia berjuang sendirian di negeri orang, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Walau terpisah jauh dari keluarga, Madame Tussaud tetap mengirimkan uang untuk keluarganya di Prancis.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, suami Madame Tussaud rupanya lebih memilih untuk menghabiskan uang itu dengan berfoya-foya. Suaminya tersebut bahkan memaksa Marie untuk menjual patung lilinnya yang tersisa di Prancis.
Mengetahui kenyataan pahit itu, Madame Tussaud memilih tak lagi kembali ke Prancis dan melanjutkan pekerjaannya di Inggris. Sekitar 1820-an, anak-anak Madame Tussaud datang ke Inggris dan bergabung bersama dengan ibunya untuk mengusahakan bisnis sang ibu.
Hingga akhirnya pada 1835, Madame Tussaud berhasil membuat pusat pameran permanen miliknya di London bernama Madame Tussaud. Salah satu pengunjung setia Madame Tussaud adalah Duke of Wellington. Ia sangat senang dengan patung Napoleon dan patung dirinya yang dibuat oleh Madame Tussaud.
Madame Tussaud meninggal dalam tidurnya pada April 1850 di usianya yang ke-88. Bisnisnya kemudian dilanjutkan oleh anak laki-laki dan cucunya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1884, cucu Madame Tussaud memindahkan pameran ke ruang yang lebih besar di Marylebone Road. Lokasi baru ini sempat kebakaran dan terkena bom udara selama Perang Dunia II yang menyebabkan kerusakan serius pada koleksi patung di dalamnya. Meski begitu masih ada beberapa patung yang berhasil diselamatkan.
Kerusakan yang terjadi juga tak menjadi penghalang bagi Pameran Madame Tussaud untuk tetap digemari pengunjung di London. Hingga saat ini, Madame Tussaud sudah menjadi nama yang mendunia, sekaligus atraksi wisata yang paling banyak dikunjungi di Ibu Kota Inggris itu.
Saat ini, Madame Tussaud telah memiliki 24 museum, tujuh di Eropa dan Amerika, satu di Australia, dan sembilan di Asia. Keren sekali, ya.
ADVERTISEMENT