Makna Relief Tanaman Pangan di Candi Borobudur: Proteksi Ketahanan Pangan

14 Agustus 2023 14:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relief di Candi Borobudur. Foto: AFP/GOH CHAI HIN
zoom-in-whitePerbesar
Relief di Candi Borobudur. Foto: AFP/GOH CHAI HIN
ADVERTISEMENT
Relief-relief yang menghiasi Candi Borobudur selalu mengundang decak kagum para pengunjung dan peneliti. Namun, baru-baru ini, ada sebuah analisis menarik yang menghubungkan relief-relief tersebut dengan ketahanan pangan pada masa Wangsa Syailendra.
ADVERTISEMENT
Seorang ahli pertanian dari President University, Dani Lukman Hakim, memperlihatkan bagaimana gambaran tanaman pangan di Candi Borobudur, mencerminkan komitmen zaman tersebut terhadap ketahanan pangan.
Candi Borobudur, yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, terletak di Magelang, Jawa Tengah, dan diperkirakan selesai dibangun pada abad ke-9 oleh Wangsa Syailendra.
Ilustrasi Candi Borobudur. Foto: Oyi Kresnamurti/EyeEm/Getty Images
Candi ini terkenal karena arsitekturnya yang megah, dan relief-relief yang melingkupi struktur candi ini ternyata memiliki makna yang sangat mendalam.
Menurut Dani, relief-relief tanaman pangan di Candi Borobudur mencerminkan pentingnya ketahanan pangan dalam kehidupan masyarakat pada masa Wangsa Syailendra.
Relief-relief tersebut menampilkan berbagai jenis tanaman yang terdiri dari 34 famili, 53 genus, dan 63 spesies dan beberapa di antaranya jenis tanaman strategis, seperti jewawut, padi, jagung, sukun dan ubi-ubian.
Relief di Candi Borobudur. Foto: commons.wikimedia.org
Dalam pandangan Dani, itu adalah gambaran yang mencerminkan fokus utama masyarakat saat itu untuk memastikan pasokan pangan yang cukup dan beragam.
ADVERTISEMENT
"Ketahanan pangan bukanlah konsep baru. Pada masa Wangsa Syailendra, masyarakat sudah memahami betapa pentingnya memiliki sumber pangan yang andal untuk menjaga kelangsungan hidup. Relief-relief di Candi Borobudur seakan-akan menjadi karya seni yang merekam nilai-nilai penting ini," kata Dani.
Dani juga menyoroti dalam relief-relief tersebut terdapat penggambaran teknik pertanian yang maju pada zamannya. Gambaran irigasi dan sistem penanaman teratur menjadi bukti masyarakat saat itu telah mengembangkan pengetahuan pertanian yang maju.
"Penggambaran berbagai jenis tanaman pangan juga menunjukkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya variasi pola tanam. Keanekaragaman tanaman adalah aspek penting dalam menjaga ketahanan pangan, karena jika satu tanaman gagal panen, tanaman lain masih bisa memberikan pasokan," jelas Dani.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Foto: Shutterstock
Analisis ini memberikan wawasan baru tentang cara masyarakat pada masa Wangsa Syailendra mengelola sumber daya pangan mereka dan bagaimana hal tersebut tercermin dalam seni relief mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami filosofi dan tindakan masa lalu, masyarakat saat ini dapat mengambil pelajaran yang berharga untuk diterapkan dalam konteks ketahanan pangan modern.
Dalam konteks global yang semakin kompleks, kisah tentang relief-relief tanaman pangan di Candi Borobudur mengingatkan akan urgensi menjaga keanekaragaman budaya dan alam.
Relief di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO
Keduanya saling terhubung dan memberikan wawasan berharga untuk menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, seimbang, dan mampu memberikan ketahanan pangan yang kokoh bagi semua lapisan masyarakat.
"Ketika kita melihat relief-relief ini, kita bisa melihat bagaimana masyarakat pada masa Wangsa Syailendra memahami pentingnya menjaga keseimbangan alam dan ekosistem. Tanpa menguras sumber daya secara berlebihan, mereka mampu menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan," kata Dani.
Lebih jauh, analisis ini juga menunjukkan pentingnya melestarikan warisan budaya dan arkeologi. Relief-relief di Candi Borobudur bukan hanya karya seni indah, tetapi juga jendela ke dalam pemahaman manusia tentang aspek vital kehidupan, seperti ketahanan pangan.
ADVERTISEMENT
(LAN)