Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Solo Safari, Taman Safari Indonesia. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01hhtsj20j220k3jcxdwacgzjn.jpg)
ADVERTISEMENT
Zookeeper atau penjaga kebun binatang mungkin jadi profesi yang terkadang dianggap sebelah mata. Padahal kenyataannya, mereka adalah orang yang paling berjasa dalam menjaga dan merawat hewan setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Tanpa adanya keeper, tentu kita tak akan bisa menyaksikan beragam hewan-hewan di kebun binatang. Meski tak menawarkan carrier path dan gaji yang fantastis, namun profesi ini cukup diminati masyarakat Indonesia.
Umumnya, zookeeper terbagi menjadi beberapa jenis, seperti zookeeper gajah, unta, kucing besar, burung, hingga spesies lainnya yang ada di air. Mereka membantu memelihara dan merawat binatang yang ada di kebun binatang, sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Di Solo Safari misalnya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi bagi kamu yang ingin menjadi seorang zookeeper. General Manager Solo Safari, Shinta Adithya, mengatakan salah satu syarat untuk proses recruitment-nya, yaitu harus cinta dengan satwa.
"Kenapa? Kalau cinta dengan satwa mau sepanas apa pun, mau areanya seluas apa pun, dia akan mencintai pekerjaannya," ujar Shinta, saat ditemui kumparan di Solo beberapa waktu lalu.
Shinta pun menceritakan salah satu keeper yang ada di Solo Safari, yang ternyata dulunya adalah seorang barista. Karena si karyawan tersebut mencintai satwa, ia akhirnya memilih menjadi keeper harimau di Solo Safari.
ADVERTISEMENT
"Saya punya keeper satu, keeper harimau saya itu adalah dulunya barista, tapi dia cewek, cantik, dia cinta satwa," ujarnya.
Selain harus mencintai satwa, ada pula syarat jenjang pendidikan dan kualifikasi lainnya.
Proses Training hingga Bekerja
Nantinya, setelah proses seleksi atau rekrutmen, para pelamar juga akan menjalani serangkaian training sebelum akhirnya menjadi keeper di kebun binatang.
Untuk di Taman Safari Indonesia Group sendiri, proses training atau pelatihan para pegawainya menelan waktu hingga 1-2 bulan.
"Jadi training itu wajib pada saat awal, yang memberikan training pastinya expertise dari Taman Safari Indonesia Group, baik itu dari Bogor, Prigen, dan lainnya," ujar Shinta.
Setelah menjalani training, barulah para zookeper akan ditugaskan sesuai dengan job desknya masing-masing. Saat menjadi keeper, mereka juga tidak boleh sembarangan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contohnya, mereka yang merawat hewan herbivora (pemakan tumbuhan), tidak boleh merawat hewan karnivora (pemakan daging).
"Kalau untuk karnivor dia selain megang singa, bisa megang harimau, khusus karnivor. Nanti untuk yang kaki empat, dia bisa pegang kaki empat lagi, misalnya dia pegang zebra, bisa juga pegang wildebeest, jadi satu orang bisa pegang beberapa satwa. Tapi kalau herbivora pegang karnivor itu enggak boleh, karena baunya. Jadi satwa itu suka sama baunya," ungkap Shinta.
Namun, berbeda dengan satwa lainnya, gajah ternyata hanya memiliki seorang penjaga atau mahout.
"Cuma kalau mahout gajah itu harus satu orang satu, karena dia cuma nurut sama satu mahout," kata Shita.
Menariknya, 80-90 persen karyawan Solo Safari adalah Generasi Z dan Milenial.
ADVERTISEMENT
"Sebenernya enggak di-setting tapi memang, mungkin karena teman-temannya masih muda, jadi mereka bawa temannya juga. Bahkan, kalau pengunjung yang datang ke sini, biasanya ibunya senang makan, anaknya liat satwa, bapaknya ngobrol di setiap titik, ada customer experience yang bisa storytelling dari semua itu. Ini bener-bener tempat family yang bikin nyaman buat semuanya," tutur Shinta.
"Jadi karyawan saya umurnya rata-rata 20-25 (tahun), tapi yang datang itu memang karyawan saya yang anaknya masih muda-muda. Supaya vibes-nya muda terus," pungkasnya.