Mebuug Buugan, Tradisi Mandi Lumpur Usai Hari Raya Nyepi di Bali

14 Maret 2021 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Mebuug-buugan Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Mebuug-buugan Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
Setiap tahun baru Saka, umat Hindu seluruh Indonesia melaksanakan Hari Raya Nyepi, salah satunya di Bali. Tahun baru Saka 1943 pada tahun ini jatuh pada Minggu (14/3).
ADVERTISEMENT
Selama hari raya Nyepi, umat Hindu harus menjalani sejumlah ritual, baik sebelum hari raya hingga sesudah hari raya. Tradisi usai nyepi yang populer adalah Mebuug Buugan atau mandi lumpur.
Buugan merupakan permainan rakyat dengan menggunakan media lumpur yang selalu dilakukan masyarakat Bali usai perayaan Nyepi. Tradisi ini memiliki tujuan memohon anugerah terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) agar umat manusia diberikan kesejahteraan dan keselamatan.
Tradisi Mebuug-buugan Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Dalam bahasa Bali, Buug memiliki arti kotor atau lumpur. Tradisi Mebuug-buugan merupakan Tradisi Sakral yang dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Nyepi oleh masyarakat Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Menurut umat Hindu, tradisi ini bertujuan untuk menetralisir sifat buruk manusia. Dalam tradisi ini, lumpur menjadi simbol dosa yang melekat pada manusia dan saat tahun baru Caka dibersihkan.
ADVERTISEMENT
Ritual adat ini juga memiliki pesan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dilansir situs resmi Kemendikbud, Tradisi Mebuug-buugan ini telah ada sebelum penjajah masuk Indonesia namun sekitar Tahun 1963 dan dilanjutkan pada 1965 saat G30S PKI.
Namun, tradisi ini terhenti sementara hingga akhirnya bangkit kembali sejak 2014 silam. Secara sosial masyarakat ingin menunjukkan kebersamaan setelah melakukan Catur Bratha Penyepian selama satu hari penuh.
Biasanya, tradisi Mebuug Buuganakan melibatkan ratusan penduduk Bali yang seluruhnya adalah kaum laki-laki, mulai anak-anak hingga orang tua. Tradisi ini akan dilakukan di hutan Mangrove di desa setempat.
Dalam perang lumpur itu, semua pesertanya adalah kaum laki-laki semua usia mulai anak-anak sampai orang tua. Dengan bertelanjang dada, mereka akan saling melemparkan lumpur dalam suasana keceriaan dan kebersamaan.
ADVERTISEMENT
Kata Mebuug-buugan berasal dari kata buug atau becek dan berhubungan dengan lumpur. Lumpur dianggap sesuatu yang kurang baik. Tradisi Mebuug-buugan sebagai simbol manusia yang melepas kotoran di tubuhnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).