Melihat Finlandia, Negeri Tanpa Gelandangan di Eropa

20 Februari 2019 15:21 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Finlandia pada musim salju Foto: Flickr/Ninara
zoom-in-whitePerbesar
Finlandia pada musim salju Foto: Flickr/Ninara
ADVERTISEMENT
Melihat gelandangan tidur sembarangan di emperan toko, trotoar, atau jalan raya pastinya sudah jadi pemandangan yang cukup lumrah kamu temukan saat berada di Indonesia, khususnya Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pemandangan khas kota urban ini nyatanya bukan cuma bisa kamu temukan di Indonesia, tapi juga negara lainnya seperti Inggris, Prancis dan Amerika. Namun, ada satu negara di Eropa yang berhasil membantu para gelandangan untuk mendapatkan rumah.
Katedral di Finlandia jelang sunset Foto: Flickr/Giuseppe Milo
Hasilnya, sepanjang mata memandang, kamu tidak akan menemukan satu pun tunawisma beraktivitas di jalanan, baik pada siang maupun malam hari. Adalah Finlandia, negara yang jadi asal mula handphone Nokia itu berhasil menyediakan 3.500 rumah baru untuk para tunawisma.
Dilansir BBC, Finlandia ternyata sudah mengusahakan perumahan baru khusus bagi tunawisma itu sejak tahun 2007 silam. Pemerintah setempat menerapkan kebijakan yang diberi nama 'Housing First'. Atau yang jika dipahami dalam bahasa Indonesia yaitu, 'Perumahan Lebih Dulu'.
Tunawisma di Finlandia Foto: Shutter Stock
Kebijakan ini memberikan kesempatan pada tunawisma untuk bisa memiliki rumah sesegera mungkin. Nantinya setelah mendapatkan rumah, tunawisma yang ditampung kemudian akan mendapatkan bantuan dan dukungan sesuai kebutuhannya masing-masing.
Natal di Ruka, Finlandia Foto: Flickr/Timo Newton-Syms
Mulai dari dukungan mengatasi kecanduan, mendapatkan pelatihan, pendidikan, menguasai keterampilan baru, dan memiliki pekerjaan. Wakil Wali Kota Helsinki, Sanna Vesikansa mengungkapkan, bahwa ia percaya tunawisma bukan hanya sebuah kewajiban moral tapi juga penghematan jangka panjang bagi pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Tunawisma yang tidur di jalan bukanlah sesuatu yang tidak bisa kita terima, tapi ini bukanlah model masyarakat atau kota yang ingin kita huni. Lagipula, kami memahami bahwa kebijakan ini akan lebih berguna.
Karena mereka biasanya memiliki masalah kesehatan yang lebih parah, sehingga harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan darurat," ungkapnya.
Kota Helsinki di Finlandia Foto: Flickr/Sami C
Memang tidak murah, pasalnya Finlandia ternyata harus mengeluarkan biaya sebesar 300 juta Euro atau sekitar Rp 4,8 triliun dalam 10 tahun terakhir untuk menyediakan perumahan bagi tunawisma. Serta mempekerjakan lebih dari 300 petugas baru untuk membantu dan mendukung mereka.
Juha Kaakinen, salah satu pendiri program perumahan di Finlandia menuturkan bahwa hal ini hanya bisa berhasil apabila para pejabat terkait benaröbenar terlibat. Mereka bahkan menjadi salah satu penggerak kebijakan Housing First agar jadi kebijakan nasional.
ADVERTISEMENT
Sunset di Lapland, Finlandia Foto: Flickr/Jukka Kervinen
Sebab menurutnya, kurangnya perumahan sosial yang terjangkau jadi alasan terbesar tunawisma bertebaran di jalanan. Melihat hal tersebut, Helsinki Deaconess Institute (HDI), salah satu organisasi yang menyediakan akomodasi untuk warga Finlandia yang tunawisma ini pun tak tinggal diam.
HDI yang memiliki 403 rusun di Kota Helsinki dan Espoo, telah membantu banyak tunawisma untuk mendapatkan rumah dan memperbaiki kehidupannya. Tunawisma yang tinggal di sana akan membayar uang sewa melalui tunjangan perumahan negara yang mereka terima.
Mereka juga bisa memilih untuk tinggal di tempat tersebut seumur hidup, dan melakukan apa pun yang mereka mau sesuai keinginannya masing-masing. Bahkan meskipun tunawisma itu masih memiliki kecenderungan menggunakan narkoba atau penyalahgunaan alkohol, selama mereka masih tetap berhubungan dengan para petugas.
Aruora Borealis di Langit Finlandia Foto: Alexander Kuznetsov/Reuters
Sebagai contoh, Thomas Salmi salah satu di antaranya. Ia telah menghabiskan tiga tahun hidup menghadapi kerasnya ibu kota Finlandia, setelah berusia 18 tahun, karena ia mesti meninggalkan panti asuhan. Ia tinggal di pinggir jalan Kota Helsinki selama tiga tahun, ketika suhu rata-rata musim dingin pada bulan Februari mencapai -7 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
"Mereka bilang pada saya bahwa ini adalah rumah saya sendiri. Dan saya tak perlu keluar apabila ada orang lain yang lebih membutuhkan, karena ini jadi milik saya pribadi.
Dan setelah memiliki rumah sendiri seperti ini, saya berusaha menciptakan segala sesuatunya agar sesuai. Seperti pekerjaan, belajar, mencari teman, dan membangun keluarga. Tapi ketika berada di jalanan, kamu tidak punya apapun," ungkapnya.
Snow Castle Restaurant, Finlandia Foto: Facebook/LumiLinnaSnowCastle
Ia bahkan mengakui bahwa kecanduan alkohol yang ia miliki mulai berkurang sejak ia menjadi bagian dari kebijakan perumahan baru milik Finlandia itu. Thomas yang terbiasa mengonsumsi alkohol secara berlebihan kini hanya menikmatinya di akhir pekan saja.
Tentunya selain membuat hidup penduduknya semakin nyaman, Finlandia memberikan kondisi yang aman dan lebih nyaman bagi para traveler. Sebab, tidak akan ada orang yang menghentikan langkahmu untuk mengemis, atau sekadar meminta-minta di jalanan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurutmu, mungkin enggak, ya, kalau kebijakan Finlandia ini ada di Indonesia?