Melihat Penampakan Gunung Anak Krakatau Sebelum dan Sesudah Erupsi

12 Januari 2019 15:12 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampak Gunung Anak Krakatau yang diambil pada 19 Oktober 2017 (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Tampak Gunung Anak Krakatau yang diambil pada 19 Oktober 2017 (Foto: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
Sebelum erupsi, Gunung Anak Krakatau menjadi salah satu destinasi pilihan dan populer di Lampung Selatan bagi traveler.
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau muncul pada tahun 1927, sekitar 40 tahun setelah Gunung Krakatau Purba meletus. Karena merupakan gunung berapi, maka tak heran jika Gunung Anak Krakatau dikelilingi tanah subur dan hutan tropis.
Kawah Gunung Anak Krakatau sebelum erupsi yang diambil pada 19 Oktober 2017 (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Kawah Gunung Anak Krakatau sebelum erupsi yang diambil pada 19 Oktober 2017 (Foto: Shutter Stock)
Gunung Anak Krakatau bahkan dijadikan salah satu spot trekking di Lampung
Gunung Anak Krakatau bersifat aktif dan tercatat 'rajin' memuntahkan lava panas, hingga akhirnya erupsi pada 22 Desember 2018 dan memicu Tsunami Selat Sunda.
Para pengunjung menggunakan kapal menuju Gunung Anak Krakatau pada 6 Oktober 2016 (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Para pengunjung menggunakan kapal menuju Gunung Anak Krakatau pada 6 Oktober 2016 (Foto: Shutter Stock)
Lautan di sekitar Gunung Anak Berapi juga jernih dan indah, sehingga sering dijadikan sebagai spot snorkeling oleh traveler
Menikmati indahnya pemandangan bawah laut dan hopping island bisa kamu lakukan sembari menjajal medan Krakatau yang eksotis nan menawan.
Gunung Anak Krakatau sebelum erupsi dilihat dari pulau terdekat (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau sebelum erupsi dilihat dari pulau terdekat (Foto: Shutter Stock)
Pemandangan Gunung Anak Krakatau sebelum erupsi dilihat dari pulau terdekat
ADVERTISEMENT
Trek daki Gunung Anak Krakatau pun relatif mudah, karena tidak terlalu tinggi dan didominasi pasir berwarna hitam. Selain itu, ada pula pepohonan hijau yang menghiasi kawasan gunungnya, sehingga terasa sejuk.
Gambar udara kondisi Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar udara kondisi Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
Asap tebal berwarna putih membumbung tinggi menyelimuti Gunung Anak Krakatau setelah erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018
Berdasarkan hasil gambar yang didapat dari citra satelit TerraSAR-X pada 29 Desember 2018, akibat erupsi dan longsor, terjadi kekurangan lahan sebesar 49 hektare di kawasan Gunung Anak Krakatau.
Bagian Gunung Anak Krakatau yang hilang (Foto: ESA, Google Maps.)
zoom-in-whitePerbesar
Bagian Gunung Anak Krakatau yang hilang (Foto: ESA, Google Maps.)
Gunung Anak Krakatau mengalami penyusutan dari segi tinggi dan volume akibat erupsi
Berdasarkan pengamatan visual dan pengukuran tinggi, Gunung Anak Krakatau yang semula 338 meter, kini hanya mencapai 110 meter. Begitu juga dengan volume Anak Krakatau mengalami penurunan sekitar 150-180 juta meter kubik menjadi sekitar 40-70 juta meter kubik.
ADVERTISEMENT
Penampakan Gunung Anak Krakatau yang diambil oleh James Reynold pada 11 Januari 2019
Melalui video yang diunggah oleh James dalam akun media sosial Twitter dan Instagramnya, terlihat ada air berwarna coklat yang mengelilingi gunung berbentuk kaldera tersebut.
Warna coklat pada laut yang berada di sekeliling Gunung Anak Krakatau terlihat sangat kontras dengan pemandangan sebelum erupsi
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar, warna orange kecoklatan itu nantinya akan menghilang seiring bertambahnya konsentrasi air
Saat ini, Gunung Anak Krakatau berada pada status Siaga Level III
Meski masih menimbulkan gempa vulkanik berintensitas rendah, masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah.
ADVERTISEMENT